CHAPTER EMPAT PULUH

173 29 1
                                    

Arka benar-benar tak habis pikir, mana pernah ia mengira kalau kucingnya akan sangat menyukai roti? Padahal sejauh ini Arka memberikan makanan yang memang seharusnya untuk kucing.

Setelah memastikan kucingnya menghabiskan makanannya, Arka segera meraih tasnya. Ia keluar dari apartemen sambil mengunyah sisa roti tersebut. Berkat Leanna, ia jadi tak perlu membeli sarapan di luar. Karena baginya makan beberapa roti di pagi hari sudah cukup mengenyangkan. Meskipun sebenarnya Arka tak begitu memperhatikan cita rasa dari rotinya. Karena ini buatan Leanna, di otaknya sudah terpatri kalau roti ini enak.

Arka menertawakan dirinya sendiri sambil memakai helm-nya. Apa yang ia pikirkan barusan? Rasanya aneh untuk membicarakan hal semacam itu meskipun hanya pada dirinya sendiri.

Tapi begitu Arka baru menyalakan motornya, pandangannya beralih ke arah mobil camry hitam milik Daniel yang berhenti mendadak di depan parkiran gedung apartemen. Dari sini, Arka bisa melihat Leanna keluar dari kursi kemudi, begitu juga dengan Daniel. Mereka bertemu di depan bumper mobil saling tertawa, lalu entah apa yang mereka bicarakan, tapi Daniel mengacak rambut Leanna pelan sebelum mereka bertukar posisi dan masuk kembali ke dalam mobil.

Senyum Arka luntur ketika ia tak bisa menampik lagi kalau memang ada yang berbeda setiap kali ia melihat interaksi antara Leanna dan Daniel. Mereka sangat tidak terlihat seperti bos dan asisten. Tapi bukankah itu hanya karena efek mereka tinggal bersama?

Arka mengedikkan bahunya tak mau ambil pusing lagi. Ia segera melajukan motornya keluar dari area gedung apartemen.

***

Begitu mobil camry Daniel sampai di depan kantor penerbit, Andreas yang tahu kalau mereka akan membawa buku-buku novel eksklusif Daniel pun menghampiri mobil. Bagaimana pun, Andreas tak ingin kejadian saat itu terjadi lagi, di mana Leanna terjatuh karena membawa barang-barang Daniel.

Tapi begitu melihat Daniel yang keluar dari kursi kemudi, Andreas sudah tercengang heran. Tentu saja ia sudah mulai terbiasa selama ada Leanna, pastilah gadis itu yang akan menyetir. Tapi ada apa dengan hari ini?

Begitu Daniel membuka pintu bagasi, Leanna juga dengan sigap mengeluarkan tumpukan buku novel itu dari dalam mobil.

"Stop, kamu bawa ini aja." Daniel menahan Leanna, lalu ia menyodorkan tas laptop dan tas yang berisi obat-obatan pribadinya kepada Leanna.

"Daniel, saya bisa kok."

Daniel menggelengkan kepalanya sambil mengangkat tumpukan novel tersebut keluar bagasi.

"Tutup lagi bagasinya," ujar Daniel sambil membawa buku-buku itu.

"Kesurupan apa lo?" tanya Andreas dengan nada meledek. Daniel tak menjawab, ia malah terang-terangan mengalihkan sebagian tumpukan novel yang dibawanya ke tangan Andreas. Laki-laki itu refleks langsung memeluk buku tersebut sementara senyumnya menghilang karena keterkejutannya.

"Berat banget," gumam Daniel sedikit meringis. Ia sendiri tak bisa membayangkan bagaimana bisa tangan kecil Leanna membawa semua ini.

"Kita ke mana dulu?" tanya Leanna menghampiri dua laki-laki itu setelah mengunci mobil Daniel. Sontak, Daniel kembali berdiri tegap dan memasang wajah biasa saja. Ya, hal itu diperhatikan oleh Andreas yang kembali tercengang bingung.

"Langsung ke ruang rapat di lantai sepuluh," ucap Daniel berjalan duluan dengan langkah kaki panjangnya memasuki gedung kantor penerbit.

Leanna melirik ke arah Andreas yang sepertinya menyadari juga ada yang salah dengan Daniel. Tapi Andreas tiba-tiba malah tertawa sambil menggelengkan kepalanya dan berjalan menyusul Daniel bersama Leanna.

"Mood-nya lagi bagus," gumam Andreas.

"Apa dia selalu begitu kalu mood-nya bagus? Ini ... agak berlebihan," ucap Leanna sedikit berbisik.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang