CHAPTER TIGA PULUH SATU

159 31 7
                                    

Acara pertunangan diselenggarakan di Hotel Amara besok siang, meskipun begitu, keluarga Sebastian Putra sudah disibukkan dengan persiapan acara besok. Sebastian selaku kepala keluarga, tentu sibuk berbincang dengan calon besannya bersama sang istri Rita. Mereka berbincang dan merencanakan banyak hal di ruang tengah keluarga.

Heri pun terlihat sudah begitu akrab dengan kedua kakak laki-laki Sindy, Roy dan Ryan. Tak heran, mereka sama-sama pebisnis. Sementara Sindy, masih disibukkan dengan perawatan dan persiapan baju serta perintilan perhiasan yang akan digunakannya besok, ditemani Lily istrinya Ryan, dan Kia istrinya Roy. Sebenarnya, Leanna juga ada diantara mereka, hanya saja, ia berada sedikit menjauh, mungkin seperti dirinya tak ada. Dalam hati, ia meyakinkan diri kalau ini hanya berlangsung sampai besok, ia harus menahan dirinya.

"Lea," panggil Lily pelan.

"Ya?"

"Aku lupa, itu ada alat make up di mobil. Bisa tolong ambilin gak?" tanya Lily.

Leanna tahu, Lily sedang mencoba menggambar alis untuk Sindy, sehingga ia tak mungkin bisa mengambil kotak makeup itu sendiri. Lagipula, di ruangan ini hanya Leanna yang tak begitu sibuk. Jadi, Leanna mengambil kunci mobil Lily untuk mengambil kotak makeup yang dimaksud.

"Nah ini, nih. Kakak perempuannya Sindy," ucap Sebastian saat Leanna baru saja menuruni tangga hendak keluar.

"Lea, sini, Nak..." Sebastian kembali memanggilnya hingga mau tak mau Leanna menghampiri mereka dengan sedikit canggung dan kikuk karena dress yang dipaksakan Mamanya untuk dipakai olehnya selama di rumah.

"Hallo, Leanna ya?" sapa Tante Dewi, ibunda Heri. Dan di sebelahnya, ada seorang laki-laki bertubuh berisi bernama Hariyanto, ayah Heri.

"Iya, saya Leanna, Om, Tante," jawab Leanna tersenyum ramah.

"Ya ampun, manis sekali ya, Leanna. Ini kamu serius kakak nya Sindy? Kok kaya adiknya ya?" ledek Om Hariyanto tertawa pelan.

"Mungkin karena badannya Lea mungil ya," sahut Sebastian ikut meledek lalu mereka semua tertawa, termasuk Leanna. Baginya, sudah biasa diledek pendek atau mungil, apapun itu.Daniel yang menyebutnya kurcaci saja ia tak malasah.

"Oh iya, sekarang lagi sibuk apa Lea? Katanya kamu kerja di luar kota ya?" tanya Om Hariyanto.

"Lea kan lulusan sekolah pariwisata lho," ucap Sebastian.

Leanna tersenyum, ia memang membenarkan itu.

"Oh, berarti apa nih? Di bidang perhotelan, atau kuliner? Chef ya kayanya ..."

"Saya ..."

"Lea lagi aktif ikut seminar-minar bisnis kuliner di Jakarta. Dia juga ikut komunitas pengusaha muda makanya daripada pulang pergi kan, lebih aman kalau kos di sana," sergah Rita sebelum Leanna menyebutkan kesibukannya yang sebenarnya, sebagai seorang asisten. Dan siapa menyangka, ternyata ibunya masih begitu menekankan padanya untuk berkecimpung di dunia bisnis.

"Iya, Lea ini sibuk banget di Jakarta. Kemarin aja sampai Sindy harus nyusulin dia ke Jakarta," ucap Sebastian menambahkan, dan mereka semua tertawa tanpa memperdulikan Leanna yang berdiri kikuk di tempatnya karena merasa benar-benar asing di rumah ini.

"Om, Tante, maaf. Ini Lea tadi diminta untuk ngambil kotak makeup Kak Lily di mobil, permisi ya," ucap Leanna berpamitan sebelum dirinya semakin merasa tak nyaman di tengah-tengah mereka.

Ia melangkahkan kakinya cepat menuju halaman rumah dan membuka pintu mobil Lily. Dengan gerakan cepat, Leanna meraih kotak makeup yang dimaksud itu, kemudian menutupnya lagi. Leanna berbalik, ia segera menaiki tangga sebelum para orang tua itu kembali menyadarinya. Tapi kemudian langkahnya terhenti di depan pintu kamar Sindy. Mendengar mereka tertawa bukanlah hal yang aneh bagi Leanna, tapi yang membuatnya berhenti adalah ketika ia mendengar namanya disebut dalam obrolan mereka.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang