09: BRATVA: WAKTU

362 49 69
                                    

TIME || WAKTU

Selamat berjumpa kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat berjumpa kembali. Ada yang nungguin ga nih?

Perhatian! cerita ini fiksi, banyak typo. BxB. kesamaan nama tokoh, tema, latar, dan nama tempat, dan lain sebagainya merupakan hal yang tidak disengaja. Bacaan ini untuk orang dewasa (18 tahun) karena terdapat kata-kata kasar, adegan kekerasan dan vulgar. Happy reading.

Absen dong, kalian lagi di mana baca bab ini?

Emot versi kalian sebelum baca bab ini?

.

.

.

.

BRATVA

Aku akan berada di mana seharusnya aku berada.

Aku akan berdiri pada posisi yang seharusnya kutempati, aku tidak akan melangkah pada batas yang bahkan tidak kukenal. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Tidak bisa kukatakan bahwa aku kecewa atau pun marah karena aku memang tak berhak atas itu.

Aku tidak berhak kecewa pada El.

Tidak juga marah pada El.

Bagaimana mungkin aku kecewa padanya, hanya karena dia tidak memberitahuku kapan dia akan kembali setelah siang itu aku mengetahuinya memiliki wujud manusia.

Bagaimana bisa aku marah padanya, hanya karena dia tak kembali selama berhari-hari. Aku berusaha memahami tanggung jawab yang El miliki di pundaknya. Dia adalah pemimpin dan aku adalah orang baru yang tidak akan memahami siapa Mikael sebenarnya. Namun, jauh di dalam lubuk hatiku, aku ingin melihatnya kembali.

Apakah itu berlebihan?

Kurasa ya, dan sebaiknya aku bersikap normal saja. Alih-alih melanjutkan latihanku, setelah undur diri dari hadapan Samuel, aku justru berjalan ke area hutan di dekat kastil. Kubiarkan kakiku melangkah sesuai keinginan hatiku. Pepohonan begitu rimbun, ranting mereka melambai di sepanjang jalan, dan akar mereka berserakan seperti jalan setapak yang keras.

Angin sejuk ini seperti di Timur, mengingatkanku pada lautan hutan di Timur. Tanganku menyentuh sebuah pohon, tinggi dengan kulitnya yang keriput kusam seperti buah kulit buah melon. Aku tidak pernah melihat pohon seperti ini. Ketika aku mendongak, daunnya berwarna ungu kemerahan. Aku cukup terkejut, daunya berwarna aneh, berguguran di tanah dan tidak sadar menginjak dedaunan aneh pohon ini yang telah mengering.

Oh, Tuhan ....

Aku menemukan lebih banyak dari satu pohon anah ini di depan mataku. Rasanya seperti menuju dimansi lain. Di bawah bukan lagi tanah, tetapi rerumputan hijau tua yang tumbuh subur. Katakan bahwa aku tidak bermimpi, kan?

ALPHA MIKAEL (Breaking THE Wall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang