20: BRATVA: PRAJURIT BRATVA DARI ELANG MERAH

73 15 14
                                    

Perhatian! Memuat konten BxB. Cerita ini fiksi. Kemungkinan masih banyak penulisan yang salah, luput saat tahapan edit. Bacaan ini untuk orang dewasa (18 tahun) karena terdapat kata-kata kasar, adegan kekerasan, dan vulgar. Happy reading.

ini lanjutan dari bab 20 sebelumnya. Untuk sementara dipisah, nanti jika sudah tamat akan digaung. Hehehehe. Bersenang-senang semua 🤞🤣😍

Bratva kalo versi westrem 🤣🤞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bratva kalo versi westrem 🤣🤞

Bratva kalo versi Asia, my Bratva ❤😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bratva kalo versi Asia, my Bratva ❤😘

.

.

.

.

Helikopter memboyong kami ke Utara, Bentengnya, kali ini bersih dari kabut, seolah menyambut kedatangan kami, dalam kemenangan. Beta Lusio menjemput kami langsung. Semua kawanku bersorak-sorak sepanjang pengudaraan—seolah mereka akan pulang ke rumah sungguhan. Jauh dalam lubuk hatiku, aku merasa telah pulang, baru kali ini kurasakan bagaimana rasanya kembali kepada orang dan tempat yang penting. Aku tersenyum, membiarkan kawan-kawanku terlarut dengan semua ekspresi tak percaya mereka akan kemenangan kami.

Cassandra mendadak jadi primadona, dia ditarik ke sana-sini untuk menceritakan detail kejadian di panggung ketika aku dengan cerdiknya mengelabui Byron, menjatuhkan diri dari panggung dan menarik bendera Elang Merah ke puncak.

Tampaknya, para peserta telah sepenuhnya kembali dari arena perbatasan. Kami dikumpulkan di muka Benteng yang ruangnya seperti aula besar, sanggup memuat lusinan orang. Di tengah ruangan itu ada panggung yang permukaannya lebih tinggi dari lantai lainnya, dengan lima undakan menuju. Siapa pun yang akan berdiri di sana, pastilah pemimpin atau seseorang yang berkuasa aras pasukan tertentu.

Kawan-kawanku beristirahat sejenak, tetapi mereka sempat-sempatnya mencuri beberapa botol bir dan membaginya. Dari satu tangan ke tangan lainnya. Peserta lainnya juga berkumpul membentuk kelompok acak. Mereka tidak segan mengucapkan selamat kepadaku atau kelompok. Mereka dengan wajah yang tidak bisa ditebak memuji usahaku berhadapan dengan Byron. Kelompok-kelompok kecil di sudut-sudut sengaja memanggilku dengan suara yang membuatku cepat menolah, mereka bersorak menyelamatiku. Aku melambaikan tangan agak bingung, tidak pernah disoraki seperti itu sepanjang hidupku. Aku mulai yakin bahwa orang-orang ini sebenarnya menyenangkan.

ALPHA MIKAEL (Breaking THE Wall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang