13: BRATVA || HARTA KARUN

269 35 13
                                    

TREASURE || HARTA KARUN

Perhatian! cerita ini fiksi, banyak typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perhatian! cerita ini fiksi, banyak typo. BxB. kesamaan nama tokoh, tema, latar, dan nama tempat, dan lain sebagainya merupakan hal yang tidak disengaja. Bacaan ini untuk orang dewasa (18 tahun) karena terdapat kata-kata kasar, adegan kekerasan, dan vulgar. 

Sanggupkah kalian melihat kebucinan Alpha Mikael? 😭🙏🏻🙏🏻

Emot versi kalian sebelum baca bab ini dong?

Belum juga tamat ini cerita, aku malah kepikiran buat negerasi berikutnya dengan kisah perjuangan cinta dan kedamaian dunia antara manusia dan Calon Alpha yang tersisihkan 😭😭🙏🏻Memang godaan terlalu besar yah....

Dah lah, Happy reading, sayang-cayangkuhh 🤣😆❤🌹

.

.

.

.

BRATVA

"Kita sudah dekat!" Cass menepuk bahuku semangat, tawa bahagianya melesat ke telingaku meskipun suara rombongan motor kami sangat berisik di tengah hutan yang mengundang kehebohan hewan-hewan liar.

"Are you sure?"

Pembawa kompas sekaligus penumpang di kursi belakangku ini semakin tersenyum lebar. Oh, tentu saja, kudapati wajah cantiknya makin bersinar cerah dari spion motor. Terkadang, aku bertanya-tanya mengapa Cassandra begitu spesial? Sejak pertama kali melihatnya, aku merasakan bahwa dia sangat spesial.

"Bratva, kita temukan cam pertama." Cass menyakinkanku sekali lagi, kedua tangannya memelukku erat dari belakang. Aku tersenyum dalam diam, bahkan aku merasa dia begitu bahagia. "Kurasa kita temukan harta karun lainnya," gumam Cass saat kami semua mematikan mesin motor masing-masing.

Aku terpaku untuk dua detik. Jalan setapak menyambut kami, dipenuhi barisan obor dan Pasukan Penjaga Utara yang sengaja menjaga pintu masuk. Teman-temanku, saling menepuk bahu masing-masing, mencirikan betapa leganya mereka malam ini. Kami sampai di cam peristirahatan pertama.

"Wow. Kenapa tidak ada yang bilang cam pertama seperti villa di tengah tuhan?"

"Apa mereka menyediakan makanan?"

"Apa pun itu, aku hanya butuh kasur dan tidur tanpa gangguan."

Semua temanku berisik. Perlahan kami berjalan ke tugu batu besar di depan. Rumah-rumah kayu, bambu dengan atap jerami yang diterangi obor dan lentera telah menghipnotis mataku. Aku tak sanggup berkata-kata. Dari kejauhan orang-orang suku pedalaman membawa tombak mengkilat di sisi tubuh mereka. Pakaian seadanya, hanya menutupi beberapa bagian tubuh. Mereka punya rambut panjang dikepang kecil-kecil dengan hiasan warna warni dari ranting pohon atau dedaunan di sekitar mereka.

ALPHA MIKAEL (Breaking THE Wall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang