06: BRATVA: PUKULAN

347 60 31
                                    

BEATING || PUKULAN

Perhatian! cerita ini fiksi, banyak typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perhatian! cerita ini fiksi, banyak typo. BxB. kesamaan nama tokoh, tema, latar, dan nama tempat, dan lain sebagainya merupakan hal yang tidak disengaja. Bacaan ini untuk orang dewasa (18 tahun) karena terdapat kata-kata kasar, adegan kekerasan, dan vulgar. Happi reading. 

Kenapa masih betah nungguin cerita ini? 

Emot versi kalian sebelum baca bab ini? 

.

.

.

.

BRATVA

"Aku ikut."

Aku membanting uang ke meja di mana Rustar mendata para peserta yang lolos seleksi pertama. Aku tidak tahu kapan seleksi itu, tapi hari ini mereka sudah datang ke Kastil, didata untuk mendapatkan kamar sampai kompetisi selesai.

"Kau tidak bisa ikut, diam saja di sini denganku."

Wild yang memakai kaca mata dan bulu hangat warna warni yang melilit di leharnya seketika berdiri dan memandangku heran. Aku tahu mereka tidak akan mengizinkanku ikut, jadi aku mengumpulkan uang dari tasku dan membawanya sebagai bahan suap. Sial! Aku tidak tahu mengapa mereka melarangku ikut. Aku sungguh tidak bisa tinggal dan berdiam diri saja.

"Bratva, jangan keras kepala." Wild mengirim senyum kaku kepadaku, tapi aku menudingnya sampai dia kembali duduk ke kursinya.

Semua mata memandangku di sini karena aku juga menyela antrian, di mana orang-orang menggendong tas dan mulai kesal lantaran aku menyela antrian.

"Kubilang aku ingin ikut menjadi pasukan khusus kalian." Sebelum Rustar mengatakan sesuatu untuk menghentikanku, aku buru-buru menegaskan.

"Bratva, kita bisa membicarakan—,"

"Aku ikut."

"Ini lumayan berbahaya."

"Aku bilang aku ikut!"

"Ada banyak ujian agar bisa lulus, bukankah bahumu belum sembuh dari luka, bagaimana jika tunggu lukamu sembuh?"

Aku menatapnya tajam, tidak mengerti kenapa dia terus menolakku. Tidakkah dia mengerti bahasaku. Bahasa apa lagi yang harus kegunakan?

"Rustar, aku ikut, berapa kali harus kukatakan?"

Rustar dan Wild saling memandang satu sama lain, wajah mereka bingung dan tegang. Mereka berdua bertatapan seolah punya rahasia, dan apa pun rahasia itu benar-benar menggangguku.

"Biarkan dia ikut." Tiba-tiba dari arah lain Samuel berkata, dia datang dengan pakaian monokrom, membuat aura jantannya sangat terasa. Semua menyamping untuk memberinya jalan. "Bratva akan ikut, catat saja namanya," tegasnya lagi ketika dia sampai di meja.

ALPHA MIKAEL (Breaking THE Wall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang