11: BRATVA || TANTANGAN

257 33 37
                                    

CHALLENGE || TANTANGAN

Perhatian! cerita ini fiksi, banyak typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perhatian! cerita ini fiksi, banyak typo. BxB. Kesamaan nama tokoh, tema, latar, dan nama tempat dan lain sebagainya merupakan hal yang tidak disengaja. Bacaan ini untuk orang dewasa (18 tahun) karena terdapat kata-kata kasar dan adegan kekerasan. Happy reading.

Lagi pada ngapain nih?

Emot versi kalian sebelum baca bab dong (❁'◡'❁)

.

.

.

.

BRATVA

Hari ujian telah benar-benar tiba. Keramaian bangkit di sekitarku entah sejak kapan. Seluruh peserta memadati tribun, berkumpul dalam wilayah masing-masing. Tanah basah di bawah kami tidak seperti biasanya, kurasa, seolah sengaja menyambut kami dengan keadaan terpaksa. Sinar matahari belum muncul walau untuk sesaat. Aku bertanya-tanya, seberapa lama daerah Utara dapat merasakan kehangatan raja siang.

"Seharusnya kalian melaksanakan sumpah suci sebelum ujian"

Aku berbalik pada El. Betapa menariknya keberadaannya di sekitarku hingga aku merasa diriku menjadi pusat pertahian. "Sumpah suci?"

El terkekah, tangannya yang tampak seputih porselen itu selalu bersembunyi di belakang punggung, dia mendekatiku dengan mencondongkan tubuh bagian depannya padaku.

"Tidak ada waktu untuk sumpah suci. Sumpah suci adalah upacara bangsa kami untuk calon Pasukan Penjaga. Itu rahasia kami, jangan terkejut bila ada yang mengatakannya nanti."

Aku terperajat. Wajahku menoleh sedikit. Tidak sadar bahwa hidungku hampir saja bersentuhan dengan hidung mancung milik El. Kemanusiawian di mata El membiusku beberapa saat, betapa gelap mata manusia itu seakan menunjukkan kekaburan jiwanya. Binar kefokusan di kedua kelopak mata itu bagai dosa para iblis yang menarikku untuk terjerumus di dalamnya.

"Kenapa kau memeritahuku?"

"Because you are My Soldier."

Sesaat, kupu-kupu seperti terbang di perutku, menggelitikiku untuk segera tersenyum. Kenapa El membagi hal-hal seperti itu padaku? Mengapa dia akan berbagi rahasia seakan aku bukan orang biasa untuknnya.

Kupikir, menjadi berani untuk diriku sendiri saja sudah cukup. Aku tidak tahu bahwa keberadaanku akan membawa pengaruh pada orang lain. Hidup sebatang kara memang bukan kehendakku, tapi aku mendapatkan kehidupan itu dan aku membiarkan itu terjadi. Lambat laun aku berada di derah El, aku jadi berpikir bahwa ada baikknya kita memang memiliki keluarga. Bahkan tanpa hubungan darah. Bahkan, tanpa sempat belajar cara mengekspresikan perasaanku sendiri.

ALPHA MIKAEL (Breaking THE Wall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang