"Gimana lagunya?" tanya Enzo sembari mengempaskan tubuhnya ke sofa. "Lirik udah jadi?"
Kiki menggeleng. Ia sedang memegang buku liriknya yang penuh akan coretan. Keningnya berkerut, tanda ia sedang serius berpikir.
"Jangan lupa deadline," ucap Enzo mengingatkan.
Kiki tak mendengarkan, matanya terpejam berusaha mencari kata yang tepat untuk memperbaiki reff.
"Yang lo maksud mau mendedikasikan lagu ini buat seseorang ... is it her?" Kiki baru menatap Enzo begitu pertanyaan itu tercetus darinya. Tak ada anggukan ataupun gelengan, namun Enzo sudah mengerti. "Yes it is."
"Bukan cuma buat dia, Zo. Gue mau orang-orang yang denger lagu ini jadi ngerti kalau mereka masih punya harapan." Kiki tersenyum tipis. "There's a sunshine after rain. Let's hang in there even for a smallest reason. Just things like that."
Enzo ikut tersenyum mendengarnya. Tadinya ia sedikit merasa was-was saat menanyakannya, khawatir apabila Kiki menarik diri. Namun, saat Kiki dapat menjawabnya dengan senyuman, jauh di lubuk hatinya ia merasakan lega yang luar biasa. Kiki terlihat mulai berdamai dengan perasaannya. Dan itu adalah sesuatu yang harus disyukurinya sebagai seseorang yang selalu menemani Kiki bahkan saat lelaki itu dalam titik terendahnya.
"Makasih." Kiki mengucapkannya tanpa memandang Enzo. "Makasih karena nggak pernah ninggalin gue."
Betapa Kiki tidak pernah berhenti bersyukur karena memiliki Enzo di sisinya saat dunianya terasa runtuh dalam satu malam. Ia mungkin tak akan menjalani hidup baik-baik saja sekarang kalau bukan karena Enzo.
"Apa sih? Jajanin starbuck kalo emang niat bilang makasih."
"Sialan." Kiki tergelak. "Beli sendiri sono. Sekalian gue juga mau."
Enzo mencibir.
"Emang bocah nggak tau diri lo."
Getaran ponsel Kiki di meja membuat perhatian Enzo teralih. Tertera nama 'Mamah Sayang' sebagai pemanggil.
"Woi, Ki, angkat telpon Mami tuh," beritahu Enzo. "Gue beli minum dulu ya di bawah."
Kiki meletakkan buku liriknya lalu mengangkat panggilan video tersebut.
"KIKIII!" Mama langsung berseru heboh begitu wajah Kiki muncul pada layar. Kiki tersenyum geli.
"Iyaa, kenapa Ma? Tumben nelpon jam segini?"
"Kamu tuh mau comeback kok nggak kabarin Mama? Mama malah baru tau tadi pas ngumpul sama temen-temen Mama. Kenapa sok sibuk banget sih?" Wanita beriris mata biru itu mengerucutkan bibirnya kesal.
"Aku tuh beneran sibuk, Maa," ucap Kiki. "Besok Minggu deh aku pulang ke rumah. Mama nggak ada acara ke luar kan?"
"Ajakin Upi sama Enzo sekalian dongg. Nanti Mama masakin yang spesial buat kalian."
"Nanti aku tanyain ya ke mereka. Takutnya mereka udah ada agenda ngedate berdua gitu," balas Kiki.
"Kamu okay kan, Ki?" tanya Mama setelah jeda beberapa detik.
Kiki tersenyum dan mengangguk singkat.
"I'm okay, Ma. Kali ini aku nggak bohong," jawab Kiki berusaha meyakinkan sang ibunda yang begitu jelas rasa khawatirnya. "Mama pokoknya nggak usah khawatir soal aku. Aku emang mau comeback karena aku udah baik-baik aja, Ma."
"Awas aja ya kalau kamu bohong, Mama kutuk kamu jadi batu."
Kiki tertawa kecil.
"Iyaa, Mamaa. Udah dulu ya, ini aku lagi sibuk nyelesaiin lagu terakhir aku," jelas Kiki sembari menunjukkan buku liriknya. "Nanti aku telepon lagi di rumah. Mama jaga kesehatannya yaa. I love you so much, Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAOKI [WEE!!!]
Fanfiction"Senang bertemu dengan Anda, Bapak Tukiem." "It's Taoki, not Tukiem." Hiatusnya seorang superstar membuat ia berjumpa dengan ilustrator terkenal yang tak pernah sekalipun menampakkan wajahnya di depan publik. "Tukiem sounds better." "Whatever." Hid...