"Lo berdua kenapa sih?!" tanya Sho akhirnya, membuat Toro dan Kiki sama-sama tersadar dari lamunannya. "Yang satu senyam-senyum sendiri kayak orang nggak waras, satunya lagi muka serius kayak lagi mikir jawaban ujian. Otak kalian akhirnya geser gara-gara kebanyakan kerja?"
"Gue diterima Kak Umami," sahut Toro.
"HAH?!" Kiki dan Sho kompak menyuarakan keterkejutannya.
"Serius lo, Mas? Kok bisa?"
Toro memamerkan cengirannya.
"Yaa belum resmi diterima juga sih. Gue nantangin Kak Umami biar nggak jatuh cinta ke gue. Jadi ya gue masih harus berjuang lagi."
Kiki menutup mulutnya tak percaya.
"Anjir beneran kayak wattpad." Kiki bergeser agar lebih dekat pada Toro. "Terus-terus? Lo buat kontrak juga gitu?"
"Belum gue bahas lebih lanjut soalnya kemarin Kak Umami buru-buru pergi ngurus kerjaan. Menurut lo semua tindakan gue udah bener belum sih?"
Sho tergelak.
"Si bego bisa-bisanya lo baru nanya habis nantangin Umami." Sho membuka tutup rice bowl di depannya. "Kalaupun salah ya tetep jalanin lah. Anggep aja lo lagi PDKT, tapi bedanya ini udah nikah. Simpel kan?" Sho menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.
"Tapi kalau akhirnya dia nggak suka sama gue gimana? Kita cerai gitu?"
Sho berdecak.
"Ya lo buat jangan sampe cerai lah! Mana semangat juang lo?! Belum mulai maju udah pesimis aja lo!"
Toro mengembuskan napasnya berat. Setelah ia pikirkan lagi, tentu perjalanannya nanti tak akan mudah. Umami terlihat begitu kuat dalam membangun kewaspadaannya. Ia jelas tidak akan bisa mempercayai Toro begitu saja.
Meskipun begitu, Toro ingin mencoba meruntuhkan dinding itu dan meraih tangan Umami. Ia ingin menjadi rumah, tempat Umami dapat bersandar dan melepaskan segala emosinya. Sho benar, dia harus berjuang lebih keras. Tapi tak masalah, untuk urusan bersabar dan menunggu tentu Toro juaranya.
"Lo sendiri mikirin apa, Ki? Bukannya lagu lo udah kelar? Atau lagi mikir konsep MV?" tanya Sho.
"Lo ... pernah suka sama orang nggak?" Alih-alih menjawab, Kiki justru melempar pertanyaan baru.
Sho mengerutkan keningnya.
"Gue? Ya pernah lah. Bukannya lo juga pernah sama Renjana?" Toro menyenggol Sho pelan yang membuatnya tersadar kemudian. "Sorry, gue lupa."
Kiki mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Nggak papa, Sho. Gue udah baik-baik aja kok." Kiki terdengar berusaha meyakinkan dirinya sendiri. "Kalau lo ke Kak Umami gimana, Mas?"
"Gimana apanya?" Toro memasukkan bakso ke dalam mulutnya.
"Gimana lo tahu kalau lo suka sama Kak Umami? Apa lo ngerasa nyaman gitu waktu bareng dia?" Kiki mengulang pertanyaannya lagi dengan lebih detail.
Toro berusaha mengingat-ingat pertemuannya dengan Umami saat SMA.
"Pas SMA sih rasanya kayak pengen bareng terus sama dia. Kalau nggak lihat sehari aja langsung lowbat gue." Toro terkekeh geli. "Walau lagi di tempat rame, gue bisa langsung nemu Kak Umami. Pas lagi ngobrol juga gue nahan-nahan biar nggak keliatan banget saltingnya. Ya biasalah anak puber gitu."
"Terus kalau sekarang? Beda?"
"Bukan beda, tapi semua perasaan itu udah bisa gue kendaliin. Kalau sekarang sih gue cuma pengen jagain Kak Umami biar dia bisa ngerasa aman dan nyaman waktu sama gue." Kiki dapat merasakan ketulusan dan keyakinan dari jawaban Toro.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAOKI [WEE!!!]
Fanfiction"Senang bertemu dengan Anda, Bapak Tukiem." "It's Taoki, not Tukiem." Hiatusnya seorang superstar membuat ia berjumpa dengan ilustrator terkenal yang tak pernah sekalipun menampakkan wajahnya di depan publik. "Tukiem sounds better." "Whatever." Hid...