18 | Saling Memahami

384 65 10
                                    

Bukan hanya Kiki, nyatanya pagi ini Amu melihat Upi dan Enzo turut menyertai lelaki itu saat ia membuka pintu rumahnya.

"Enak aja lo mau pergi tanpa pamitan sama gue," ucap Upi sinis. "Mana Ibu lo?!" tanyanya dengan nada terlampau nyolot.

"Belum dateng. Tapi tadi bilangnya udah di jalan sih." Amu membukakan pintunya lebar-lebar. "Masuk dulu."

"KENAPA LO UDAH SIAPIN KOPER?!" teriak Upi begitu masuk dan mendapati 2 buah koper di sebelah sofa. "LO BENERAN MAU NINGGALIN GUE YA?!"

"Itu nggak ada isinya kali, Pi." Amu memang sempat mengeluarkan koper dari gudang untuk membersihkannya. Ia hanya ingin menyiapkan diri untuk situasi terburuk yang akan terjadi nantinya.

Enzo berusaha menenangkan Upi dengan merangkul istrinya itu dan mendudukkannya di sofa.

"Tenang aja, aku sama Kiki bakal berusaha bujuk Ibu Amu. Jangan marah-marah gitu deh. Nanti nambah kerutannya loh." Enzo hendak menyentuh kening Upi namun ditepis wanita itu dengan sebal.

Sementara Enzo menangani Upi, Kiki mendekati Amu yang berjingkat kaget karena kehadirannya yang tiba-tiba saat ia tengah memperhatikan pasangan suami istri itu.

"Tadi malem bisa tidur?"

Amu mengangguk kecil. Ujung matanya melirik Kiki yang mengenakan kemeja putih dipadukan dengan vest abu-abu serta celana kain hitam. Poni yang biasanya terjatuh itu kali ini ditata sedemikian rupa untuk memperlihatkan keningnya.

"Lo udah sarapan?" Sebuah percakapan tak akan berhasil apabila hanya satu orang yang berusaha sedangkan pihak lainnya tidak. Maka Amu mencoba membangun percakapan pula dengan Kiki.

"Kalau gue bilang belum, lo mau masakin gue?" Kiki mengangkat sudut bibirnya, tersenyum jahil.

"Nggak usah ngimpi," cibir Amu. "Kalau belum sarapan, lo beli sendiri sana. Sekalian beli buat gue."

"Nunggu Ibu aja kali ya? Kita makan bareng." Amu sontak menoleh dengan raut ngeri tergambar di wajahnya.

"Yang bener aja lo?!"

"Beneran lah!" Kiki mengangguk meyakinkan. "Makanan apa ya yang enak buat sarapan bareng? Masa soto? Udah biasa nggak sih?" Kiki kemudian mengaduh kesakitan karena Amu menyikut perutnya.

"Gila lo ya?! Nganter gue pulang aja langsung kena rumor backstreet! Kalau ada yang ngefoto kita makan bareng sama ibu gue terus ada rumor nikah gimana?!" omel Amu yang sesaat kemudian membuat Kiki memecahkan tawanya. Amu menyipitkan matanya kesal. "Apa yang lucu?!"

"Gue nggak bilang kita bakal makan di luar," ucap Kiki setelah meredakan tawanya. "Maksudnya, gue mau minta tolong Enzo bungkusin makan di luar. Terus kita makan bareng di rumah."

Kiki memiringkan kepalanya sembari tersenyum miring.

"Tapi skenario lo tadi bagus juga. Gue nggak masalah dapet rumor nikah. Siapa tau beneran kewujud kan?" Kiki tak dapat menahan tawanya lagi saat melihat raut wajah Amu yang kentara sekali tengah menahan agar tidak mengeluarkan sumpah-serapah padanya. "Ya udah, serius dulu. Ibu sukanya makan apa?"

Oke, Amu sedikit salah fokus kali ini.

"Lo tuh seenak jidat panggil 'Ibu' ke ibu gue. Nggak usah sok akrab ya!"

Kiki sebisa mungkin menahan tangannya untuk tidak menyentil kening gadis mungil di hadapannya ini. Kenapa juga Amu harus terlihat begitu menggemaskan di matanya?

"Ke mana aja sih lo? Gue dari kemarin malem juga udah nyebut Ibu. Kenapa baru protes sekarang?" balas Kiki. "Lagian lo juga panggil ibu gue 'Mama' dan gue nggak protes apa-apa."

TAOKI [WEE!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang