song to play in this chapter
j's lullaby (darlin' i'd wait for you) - delaney bailey 🎶[•]
Sebenarnya kalau Upi ingat-ingat lagi, dia sudah menabung banyak kekonyolan di depan Enzo bahkan sejak hari pertama ia bertemu dengan lelaki itu di rumahnya.
Saat SMA Upi merupakan salah satu siswi yang populer di angkatannya. Namun alasan di balik kepopuleran itu bukanlah sesuatu yang Upi suka untuk dibahas. Kalau kalian lupa, itu karena Upi yang selalu menjadi target kejahilan kakak kelas saat MOS.
Maka dari itu Upi berusaha mencari cara untuk menyingkirkan image tersebut dengan aktif mengikuti organisasi juga esktrakurikuler. Organisasi yang dia masuki adalah OSIS, gadis itu ditempatkan di divisi humas yang memperluas hubungan sosialnya. Sementara untuk ekstrakurikuler, Upi mengikuti seni bela diri.
Upi menikmati dirinya yang selalu mendapat sorotan saat melangkah di koridor. Banyak gosip tersebar tentangnya, terutama bagaimana ia terus menolak lelaki yang mendekatinya. Namun Upi tidak banyak memedulikan itu karena yang penting ia memiliki teman-teman untuk diandalkan. Gadis itu begitu percaya diri bahwa teman yang dekat dengannya adalah teman yang tidak akan mengkhianatinya.
Sayangnya ia salah.
Salah seorang teman terdekatnya menyebarkan rumor bahwa ia menyogok sekolah untuk menjadi perwakilan lomba bela diri di tingkat SMA. Karena rumor tersebut, akhirnya anggota ekstra bela diri merasa tidak adil dan menyuarakan protes pada sekolah. Maka demi meredakan protes tersebut diadakanlah pertandingan melawan Upi. Apabila ada yang dapat mengalahkan Upi, ia dapat menggantikan Upi sebagai perwakilan.
Sialnya saat hari pertandingan itu kondisi Upi sedang tidak sehat karena ia habis berkeliling kota mencari sponsor untuk salah satu proker OSIS. Jadi, ya, Upi dikalahkan. Oleh temannya sendiri pula. Maka begitu tiba di rumah, gadis itu langsung berlari cepat mendatangi sosok yang duduk di sofa ruang tengah. Ia memeluki lengan sosok yang ia kira sebagai Kiki itu sembari menangis kencang. Upi bercerita tentang hari buruknya yang sebenarnya tidak begitu terdengar jelas karena isakannya.
"Gue ... mau ... pindah sekolah aja ...." Upi masih terisak. "Semua orang di sekolah jahat sama gue, Kiii ...." Ia menangis lagi.
"Icha brengsek sialaaan! Gue sumpahin pas lomba lo dibanting berkali-kali sama lawan lo!"
Berbagai macam umpatan sudah keluar dari mulut Upi. Gadis itu masih memeluki lengan seseorang di sebelahnya, kali ini ditambah menyandarkan kepala ke bahunya juga. Upi terus bertahan di posisi tersebut hingga ia mulai menyadari Kiki tidak memberi respons apapun sedari tadi.
"Ki, ngomong dong ... Gue lagi sedih ini, lo nggak mau ngehibur gue apa ...." ujar Upi. Beberapa detik kemudian Upi merasakan elusan mampir di puncak kepalanya. Gadis itu tersenyum, isaknya sudah mereda. "Gue pengen es krim deh jadinya," pintanya asal. Karena tak ada jawaban, Upi mengerucutkan bibirnya.
"Ki lo nggak mau—"
"Assalaamu'alaikum yaa ahli kubuur!" Ucapan Upi terpotong oleh suara seseorang yang baru memasuki rumah sembari menenteng plastik berisi cemilan-cemilan ringan.
Upi mengernyitkan keningnya. Tunggu, itu ... bukannya suara Kiki? Ia tidak mungkin salah mengenali suara kembarannya. Tapi kalau Kiki baru masuk rumah ... lalu siapa yang dipelukinya sedari tadi?!
KAMU SEDANG MEMBACA
TAOKI [WEE!!!]
Fanfiction"Senang bertemu dengan Anda, Bapak Tukiem." "It's Taoki, not Tukiem." Hiatusnya seorang superstar membuat ia berjumpa dengan ilustrator terkenal yang tak pernah sekalipun menampakkan wajahnya di depan publik. "Tukiem sounds better." "Whatever." Hid...