"Break lima belas menit!" Seruan sang fotografer membuat Amu refleks bangkit membawa botol mineral di tangannya. Ia hendak mendatangi Kiki, tapi lelaki itu memberi isyarat melalui tatapan matanya agar Amu tetap duduk di sofa saja.
Hari ini Amu memang menggantikan peran Enzo di lokasi photoshoot. Enzo bilang dia ada suatu acara penting, tapi baru saja Amu membuka status Whatsapp Upi yang menampilkan foto keranjang piknik dengan caption 'Picnic date with my love'. Sialan memang. Ingatkan Amu untuk menendang keduanya saat mereka bertemu besok.
Amu mengamati Kiki yang didatangi oleh seorang staf wanita untuk touch up. Tadi mereka sempat berkenalan, nama staf tersebut adalah Mbak Naya. Entah Mbak Naya bilang apa, tapi Amu kemudian melihat Kiki tertawa kecil sambil melihat ke arahnya. Amu balas menatap beberapa saat sebelum Mbak Naya pergi dan Kiki melepas tuxedo yang dikenakannya.
Lelaki bertubuh jangkung itu menyampirkan jas ke lengan kirinya, menyisakan kemeja putih yang memperlihatkan otot bisepnya. Amu mengerjap pelan saat Kiki berjalan mendekat sembari melonggarkan dasi di kerahnya dengan gerakan kasual.
"Minum dulu," ujar Amu mengangsurkan air mineral ke Kiki yang lalu menjatuhkan tubuh di sebelahnya.
"Thanks." Kiki menerimanya dan menghabiskan isinya dalam beberapa tegukan. Setelah menemukan posisi ternyaman untuk bersandar, ia memejamkan matanya. "Tolong bangunin gue kalau mau mulai lagi photoshootnya."
Amu berdeham sebagai jawaban. Ia diam-diam mengamati penampilan Kiki yang begitu menyilaukan.
Poni yang biasa terjatuh itu kali ini distyle hingga menampilkan kening dan alis tebalnya. Make up yang diaplikasikan ke wajahnya semakin menegaskan garis rahang Kiki. Amu lalu menyadari bulir-bulir keringat yang membasahi pelipis Kiki.
"Amu."
"Iya?" Amu mendapati Mbak Naya berjalan mendekat lalu menyodorkan tisu ke arahnya. "Buat aku?"
"Buat lap keringatnya Taoki." Amu menunjukkan raut seakan ia baru saja mendengar keajaiban dunia.
"Kenapa aku?" tanya Amu spontan.
"Loh bukannya kamu pacarnya Taoki?"
Wah, gosip murahan macam apa itu?!
Amu hendak membuka suara tapi urung begitu mendengar tawa kecil di sebelahnya. Rupanya Kiki tidak tertidur, lelaki itu lalu mengambil alih tisu dari tangan Mbak Naya.
"Doain aja ya, Mbak Nay." Kiki mengedipkan sebelah matanya, sengaja membuat Amu mengerutkan keningnya kesal.
"Oh masih proses ya ternyata. Aku kira udah resmi," ucap Mbak Naya tersenyum jahil. "Ya udah aku tinggal dulu ya. Hati-hati kalau berduaan yang ketiga setan loh."
"Mbak Nay dong berarti?" Kiki memamerkan cengirannya.
"Aku tarik nih doanya!"
"Bercandaa, Mbak Nay cantikk. Tadi katanya mau pergi? Gue udah bisa denger Mas Tata manggil-manggil lo nih dari ruang make up." Mbak Naya memutar bola matanya, menyadari Kiki baru saja mengusir secara halus.
"Mentang-mentang udah ada cememew," gumam Mbak Naya yang masih dapat didengar oleh Amu sebelum wanita itu berlalu.
Setelah memastikan Mbak Naya pergi, Amu memukul lengan atas Kiki, membuat si pemilik lengan mengaduh kesakitan dan melayangkan tatap protes ke arah gadis itu.
"Heh tangannya! Gue nggak mau ya nanti ada kekerasan dalam rumah tangga pas kita udah nikah!" seru Kiki.
"Emang siapa yang mau nikah sama lo?!" Amu membalas tak kalah sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAOKI [WEE!!!]
Fanfiction"Senang bertemu dengan Anda, Bapak Tukiem." "It's Taoki, not Tukiem." Hiatusnya seorang superstar membuat ia berjumpa dengan ilustrator terkenal yang tak pernah sekalipun menampakkan wajahnya di depan publik. "Tukiem sounds better." "Whatever." Hid...