23. RUMAH SAKIT ✔️

2.2K 111 5
                                    

Happy Reading
Jangan lupa vote sebelum membaca ♥️

***

Ceklek!

"Bagaimana keadaan Anak saya dok?" Tanya Diana yang tak bisa menahan tangisnya lagi, matanya sudah terlihat bengkak akibat sejam lebih dia menangis.

Dokter menghembuskan nafasnya, menatap Diana dan teman-teman Alana secara bergiliran. "Kedua pasien mengalami luka yang sangat berat, terutama kepada pasien pria yang mengalami patah tulang punggung," kata Dokter, menghentikan ucapannya sejenak membuat mereka kaget.

"Tapi pasien cewek, tidak parah kan dok?" Kini Lala bertanya, dengan detak jantung yahg berdetak tidak karuan.

"Tidak, hanya saja mengalami kekurangan darah namun sudah bisa teratasi," jawab sang dokter membuat mereka menghembuskan nafasnya, tidak ada luka yang lebih membuat mereka merasa lebih tenang.

"Pindahkan kedua pasien keruangan VVIP ya dok" ujar Diana dibalas anggukan oleh sang dokter.

****

"Eughh."

Suara lenguhan Alana membuat mereka yang berada di ruangan segera mendekat, melihat kondisi Alana. Alana menatap mereka satu persatu, dengan perasaaan yang sayu.

"Ma, haus," kata Alana menatap Diana yang berdiri di sampingnya.

Dengan sigap Diana mengambilkan air yang berada di meja, membantu Alana untuk minum air dengan pelan. "Udah?" Alana menganggukan kepalanya.

"Angkasa mana Ma?" tanya Alana, menatap juga kedua temannya yang berada di samping dirinya. "Galvin? Dia gak kesini?"

Dua pertanyaan belum bisa mereka jawab, Diana justru menatap Lala dan Govie. Namun mereka juga hanya diam, entah kenapa terasa sulit untuk menjawabnya.

Kening Alana kembali berkerut, ketika mereka sama-sama tidak ada yang menjawab. Bahkan hanya diam menatap dirinya. "Ma? Angkasa gak apa kan?"

"Dia tidak apa, dia hanya belum sadar," jawab Diana. "Galvin dia tidak bisa kesini, Alexsa demam."

"Ck!" Alana dengan cepat berdecak dengan kesal, mengalihkan pandangannya ke lain arah. Matanya sudah berkaca-kaca mendengarnya.

"Tapi dia bakal ke—"

"Gak usah, biarin dia nemenin Alexsa. Suruh dia jangan kesini, aku gak mau nemuin dia dulu," jawab Alana, tanpa menatap sang mama membuat mereka saling tatap satu sama lain.

Mereka pasti tahu, apa yang dirasakan oleh Alana. Namun mereka tidak bisa apa, selain diam dan menemani Alana di rumah sakit.

"Aku mau jenguk Angkasa, boleh?" Tanya Alana, namun Diana dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Angkasa belum siuman, energi kamu juga masih lemah. Kita jenguk besok pagi aja ya?"

Lain halnya dengan Galvin dan Aodra, yang berada di halaman rumah Galvin. Duduk bersama dengan Alexsa, yang berada di antara mereka.

"Gal, katanya ada geng motor yang mencelakai anak SMA itu siapa?" tanya Zayyan, ketika membaca salah satu berita yang baru saja dia temui. Dia benar penasaran dengan hal tersebut, biasanya itu pasti akan cepat tersebar siapa korbannya namun kali ini tidak, membuat Zayyan menjadi heran.

Galvin yang tengah bermain ponsel, langsung menghentikan aksinya. Sebelum dia menggelengkan kepalanya, sambil menaikkan kedua bahunya.

"Gak tau," jawabnya lugas. Galvin memasukan ponselnya, dia menatap Alexsa yang tiduran di atas pangkuan dirinya mengelus rambutnya dengan lembut.

Galvin Mahendra [END] [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang