25. KEDATANGAN DELTA✔️

2K 155 57
                                    

Happy Reading
Jangan lupa vote sebelum membaca ♥️

***

Suasana rumah sakit tepatnya di kamar inap Alana sangat sepi, setelah teman-temannya pergi untuk berangkat sekolah begitu juga dengan Diana ,yang pamit untuk berangkat bekerja.

Alana hendak mengambil ponselnya yang berada di meja, yang tak terlalu jauh dari bankar. Namun karena posisi bankar yang tinggi, dan tangan Alana yang pendek membuat Alana kesusahan utnuk mengambil ponsel itu.

"Kalau gak bisa ambil, minta tolong masih bisa, kan?"

Deg!

Alana langsung diam tak bergerak, mendengar suara yang sudah lama tak dia dengar. Dengan pelan Alana menolehkan kepalanya, dan langsung melebarkan matanya kaget.

Bukan Galvin yang berada di hadapannya, atau Aodra. Melainkan Delta beserta dengan Argetous yang sudah memenuhi kamar inapnya.

Delta tersenyum miring, menatap wajah manis Alana. "See, lama tidak berjumpa. Apa kabar?"

***

SMA PANDAWA suasana yang begitu ricuh, karena guru yang tengah mengadakan rapat rutin membuat siswa mendapatkan jam kosong. Namun di sela-sela itu berita tentang Alana yang di rawat di rumah sakit, dan juga kejadian diulang tahun Alexsa sudah tersebar dengan luas di sekolah mereka.

Bahkan Lala dan Govie tak segan-segan untuk menyindir Aodra terus terang, di hadapan banyak orang. Namun kini nampak berbeda, jika Galvin sendirian tak bersama dengan Anggota Aodra lainnya.

"Kita ikut gabung, ya?" Kata Zayyan kepada Govie dan Lala yang tengah menyantap makannya di kantin.

"Tumben, kemana? Gak cuek sama kita lagi? Mana bos Lo, yang jadi pelopor itu," balas Govie dengn suara ketusnya, terdengar suara seolah tidak suka dengan sikap Galvin.

Aodra memilih untuk diam, dia juga tahu jika mereka salah. Namun Zayyan tetap bersikap biasa saja kepada mereka berdua

"Nanti mau jenguk Alana?" tanya Andi, menatap Govie yang sama sekali tak menatap dirinya.

"Kamu nanya?" Balas Lala dengan suara tetap dengan ketus, bahkan menyantap makanan pun mereka seolah tak minat.

Govie berdiri, membawa nampan yang masih berisi makanan yang banyak. "Gue duluan, gue mau makan di kelas," ujar Govie, namun Andi langsung mecekal tangan kiri Govie.

"Kita perlu bicara aku—"

"Gak ada yang perlu di bicarain, urus dulu kehidupan kamu sendiri. Sampai kamu dan geng kamu sadar, apa yang selama ini kalian lakuin!" Kata Govie menatap tajam Andi, tidak ada lagi tatapan penuh dengan riang bertemu dengan Andi. Namun justru sebaliknya, seolah dia sudah kesal dengan kehadiran Andi.

Andi melepaskan cekalan tangannya, membiarkan Govie untuk pergi. Dia menatap kepergiannya dengan sendu.

"Makannya dari awal gak usah belagu," sindir Lala dia lalu membawa nampannya juga pergi dari hadapan Aodra.

Aodra yang semula makan, menghentikan aksi makannya. Mereka saling tatap satu sama lain, hanya ada beberapa siswa yang menatap ke arah mereka. Seolah bertanya-tanya apa yang terjadi kepada mereka.

"Kak, boleh bicara sama Kak Galvin, sebentar?"

Mereka mengalihkan pandangannya, terlihat jika Karensa berdiri dengan pandangan yang takut. Memakai pakaian serba hitam, dan masker yang menutupi wajahnya.

"Ngapain Lo kayak gini?" Tanya Kelvin kaget, melihat penampilan Karensa. Bahkan banyak luka-luka yang ada di jidatnya.

"Aku perlu ketemu sama kak Galvin, ini penting," ujar Karensa dengan wajah yang sedikit panik, namun Aodra saling pandang sebelum mereka menggelengkan kepalanya secara serempak.

Galvin Mahendra [END] [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang