45. Sweet Seventeen

1.6K 123 46
                                    

"AAA! MAMA KENAPA GAK BANGUNIN AKU SIH!" teriak Alana dengan langkah cepat menuruni tangga rumahnya, sementara Mawar yang tengah memasak menatap heran kearah Alana dengan penampilan rapinya.

"Loh-loh, kamu mau kemana rapi amat," ujar Mawar dengan kening berkerut.

Alana sedikit berlari, menuju tempat dia menaruh sepatu. "Mau ikut anter Galvin daftar tenta—"

"Udah jalan dua jam lalu, dia sempet kesini pamit sama Mama."

Deg!

Alana memutar tubuhnya, dia menatap Mawar yang hanya menaikkan kedua bahunya tak peduli.

"MAMA! KENAPA MAMA GAK BILANG SIH!"

***

Kedatangan Argetous ke markas Aodra menjadi pertanyaan besar, mereka datang hanya dengan beberapa anggota inti dan juga dengan pakaian yang nampak sederhana.

Awalnya Aodra menolak kehadiran mereka, namun mereka mendesak karena akan ada yang dibicarakan.

Kini mereka sudah berada disebuah ruangan khusus, dan pastinya tempat untuk anggota inti biasanya rapat.

"Jadi Lo kesini mau ngomong apa?" tanya Kelvin dengan nada ketusnya, menatap Bram—wakil Argetous yang sejak tadi hanya diam tanpa mengucapkan satu kata apapun.

"Gue selaku wakil Argetous minta keakuran kepada Aodra."

Deg!

Mereka yang mendengarnya melebarkan mata, tak salah? Akur? Mereka ingin akur?

"Pesan Delta sebelum meninggal," imbuh Andreas yang melihat raut wajah kebingungan dari inti Aodra.

"Gue harap kalian mau akur dengan kita, toh siapa tau bersatunya Argetous dan Aodra bisa menciptakan generasi lebih baik lagi," ujar Bram lagi, dengan mata yang terus menatap mereka satu persatu.

"Generasi apaan, generasi keseringan balapan," gumam Zayyan, namun Kelvin dengan cepat menyenggol lengannya.

"Gini, gue gak bisa ambil keputusan karena gue hanya anggota inti, bukan pemegang resmi. Lo tau kan kalau Galvin masih mau daftar tentara dan sekarang gak bisa disini," ujar Kelvin, menatap mata Bram. "Tapi Lo harus minta persetujuan Ratu kita."

Bram menghembuskan nafasnya dengan pasrah. "Oke, kapan gue kesini lagi?" tanya Bram, namun Kelvin hanya menggelengkan kepalanya.

"Gue juga gak tau," jawabnya polos semakin membuat Bram kesal.

"Gue serius nanya sama Lo," tajam Bram.

"Ya gue juga serius," balas Kelvin tak mau kalah.

"Yaudah, langung kerumah dia aja," ajak Andreas menarik tangan Bram, namun Aodra langsung berdiri dengan cepat.

"Eh! Mau mati Lo?" Tajam Zayyan, menatap mata Andreas dengan nyalang.

"Makanya kasih tau kapan!" Tegas Andreas, dia sudah kesal melihat kelakuan mereka berdua.

"Gue—"

Brak!

Pintu terbuka dengan keras, membuat mereka mengalihkan pandangannya. Pandangannya tertuju kepada Govie dan Lal, yang hanya menampilkan wajah cengengesan.

"Sory ganggu, gue mau minta bantuan sama kalian penting banget!" Kata Lala, memberitahu kedatangan mereka secara mendadak ini.

Kelvin memutar bola matanya malas. "Harus banget masuk kesini?" Tajam Kelvin, membuat Lala langsung merubah raut wajahnya.

"G-gue—"

"Gak usah di denger," sela Zayyan, dia melirik Kelvin dengan sinisnya. "Butuh bantuan apa Lo? Mumpung disini lagi banyak orang gratis juga!"

Galvin Mahendra [END] [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang