09-DEMAM TINGGI✔️

3.9K 171 4
                                    

Hai kembali lagi dengan Pie.

Sudah siap melihat Aodra, Alana or Galvin?

Jangan lupa vote sebelum membaca.
Happy Reading♥️
Budayakan folow agar tidak ketinggalan update selanjutnya

****

Galvin memasang wajah pucatnya, di kasur empuk king size nya. Keringat bercucuran sangat deras, bahkan deru nafasnya terdengar tidak tenang.

Alana berada di samping Galvin, yang tengah memeluknya sambil tertidur. Jika bukan Mawar yang menelfon Alana, mungkin dia tidak tahu jika Galvin tengah demam tinggi.

"Masih panas," gumam Alana memegang jidat Galvin, dia lalu mengambil air hangat yang berada di atas meja. Dan Menganti lap yang dipakai mengompres Galvin.

Alana melakukannya dengan teliti dan hati-hati, takut menganggu tidur tenang Galvin. "Kamu gak mau makan? Biar isi perutnya dikit," ujar Alana kepada Galvin, namun Galvin menggelengkan kepalanya tanpa menyahut.

Alana hendak merubah posisinya, namun Galvin semakin mengeratkan pelukannya. "Jangan kemana Al," kata Galvin dengan suara seraknya, membuat Alana menghembuskan nafasnya.

Alana pun akhirnya menahan rasa pegalnya, karena Galvin sudah memeluknya dengan posisi dia duduk Galvin memeluk pinggangnya dengan erat.

Alana mengacak rambut Galvin dengan gemas, dia memainkan rambut Galvin yang sangat lembut dan wangi. Membuat dia sangat candu memainkannya.

Ceklek!

Mawar membuka pintu, sambil membawa sebuah nampan berisi makanan. Mawar mendekati mereka, menaruh nampan di atas mja.

"Alana gak sekolah? Udah jam tujuh," ujar Mawar. "Ini sarapan dulu."

Alana menatap jam dinding, jam memang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia brada dari jam lima pagi, belum berpakaian sekolah.

"Alvin aku-"

"Jangan kemana-mana, temenin aku disini," sela Galvin yang masih tak membuka kedua matanya, memeluk Alana semakin erat.

"Kan Alana mau sekolah, Galvin," jawab Mawar, yang merasa kesal degan sikap Galvin manja terhadap Alana.

Galvin tetap menggelengkan kepalanya. "Mama keluar aja, aku mau sama Alana disini." Galvin merubah posisinya menjadi setengah miring, masih memeluk pinggang Alana.

Dia membuka kedua matanya, kepalanya sungguh terasa sangat pusing sekali. Rumah terasa berputar ketika dia lihat.

"Ana, pusing," adu Galvin, menyembunyikan wajahnya di perut Alana. Bahkan mengesekkan hidungnya, membuat Alana terkekeh geli.

"Makannya makan, trus minum obat. Biar ilangan pusingnya," jawab Alana. Sudah berkali-kali Alana memberitahu, namun Galvin tak kunjung mengikuti perkatannya.

Galvin sedikit mengangkat wajahnya, dia memegang hidung Alana. "Kalau obatnya kamu, pil bisa apa?" balas Galvin, dan kembali menyembunyikan wajahnya di perut Alana.

Alana mengacak rambutnya degan gemas. "Makan ya."

"Suapin," rengek Galvin, bahkan Mawar yang mendengar percakapan mereka dari tadi hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Heran, sama mama papa galaknya minta ampun, giliran sama Alana langsung nurut. Mending mama keluar aja, daripada lihat orang pacaran," sindir Mawar, lalu pergi dari kamar Galvin. "Jangan lupa makan Alana!" Pesan Mawar dari balik pintu, sebelum benar-benar pergi dari hadapan mereka.

Galvin Mahendra [END] [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang