47. PERGI DAN BERJUANG

1.7K 117 35
                                    

Bandara Internasional

Alana beserta dengan anggota keluarganya, kini sudah berada di bandara. Begitu juga dengan Galvin, yang ikut berada di sana untuk melihat Alana sebelum dia pergi.

"Kamu baik-baik disana, kalau ada apa-apa hubungi papa, dan mama," pesan Diana, matanya berkaca-kaca menatap anak semata wayangnya yang kini akan pergi untuk menempuh pendidikan.

Alana tersenyum, dia memeluk tubuh Diana dnegan erat. Bahkan Alana tak mampu untuk menahan air matanya.

"Mama jaga diri di sini ya," ujar Alana dengan suara seraknya.

Diana melepaskan pelukannya, kini pandangan Alana tertuju kepada Daniel yang bersedekap dada menatap dirinya.

"Pa, perginya gak bisa di tunda dulu?" Tanya Alana, membuat Daniel menaikkan satu alisnya.

"Kenapa? Kamu besok sudah mulai kuliah loh," jawab Daniel, semakin membuat Alana berdecak dengan sebal.

Memang Daniel bergerak sangat cepat, bahkan baru beberapa jam saja lulus besok dia sudah boleh kuliah? Ah menyebalkan!

"Aku jangan di lupain!" celutuk Galvin tiba-tiba, menatap Alana dengan tajam. Rasanya dia tidak rela untuk melepaskan Alana pergi ke Amerika.

Alana mengangguk paham, dia memeluk tubuh Galvin dengan erat. "Aku gak bakal lupain kamu," jawab Alana, membuat Galvin semakin mengeratkan pelukannya.

"Gal, janji sama aku?" Alana mengeluarkan jari kelingkingnya, dia masih berada di pelukan Galvin. "Janji kalau kamu bisa jaga hati buat aku disini, tunggu aku pulang."

Galvin mengangguk, dia menautkan jari kelingkingnya dengan jari Alana. "Pasti, aku janji."

Alana tersenyum dengan bahagia mendengarnya, Galvin mengusap sisa air mata yang ada di pipi Alana.

"Al, nanti kalau ada bule cantik-cantik kabarin gue ya!" Ujar Zayyan sambiil mengedipkan satu matanya.

"Alah! Jangankan bule cantik, cewek cantik lokal aja gak ada yang mau sama lo," jawab Lala tanpa menatap ke arah Zayyan, sementara Zayyan sudah menatapnya dengan tajam.

"Sensi amat Lo sama gue, jangan-jangan Lo cemburu ya?" Tuding Zayyan.

Lala menatapnya dengan tajam. "Gue cemburu? Kurang kerjaan," jawabnya.

Mereka menggelengkan kepalanya, melihat pertengkaran mereka berdua yang sangat tidak tahu situasi dan kondisi.

"Awas loh, sering berantem nanti jodoh," ejek Govie, membuat emreka berdua saling pandang sebelum akhirnya menatap Govie.

"Gak!" Balasnya secara serempak, semakin membuat mereka tertawa melihatnya.

"Al, jaga diri Lo di sana ya! Balik-balik harus udah jadi Bu dokter!" Ujar Kelvin, yang sejak tadi hanya diam saja menyimak pembicaraan mereka.

"Siap, Lo juga kalau gue udah pulang minimal punya pulau," jawab Alana sambil mengibaskan rambutnya kebelakang.

Kelvin berdecak dengan sebal. "Pergi dah Al, minimal aja udah di suruh kayak begituan," jawab Kelvin mengalihkan pandangannya.

Galvin Mahendra [END] [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang