34. SELESAI

1.6K 113 4
                                    



"Setelah ini, gak ada lagi hubungan di antara kita. Mau Lo dan gue udah beda, kita jalani hidup masing-masing menjadi dua orang asing yang sudah tak saling kenal."

Acara malam pertama, yaitu acara api unggun. Di mana mereka akan menghabiskan malam yang begitu indah, dengan api unggun yang sudah menyala di tengah-tengah lingkaran yang mereka buat.

Sesuai permintaan Angkasa, Alana kini duduk bersama dengan para Aodra, da juga kedua temannya. Dia tidak berada di lingkungan OSIS, dia juga sudah izin dengan Fajar.

Sendari tadi dia hanya diam saja, tak mengeluarkan satu kata apapun. Bahkan menatap ke arah mereka saja rasanya sudah malas

"Guys! Gak ada niatan mau nanyi gitu?!" teriak salah satu siswi yang berada di sana, membuat mereka langsung berbisik-bisik.

"Gak seru ah nanyi Mulu, biar kayak di watpad gitu? Bosen!" Balas Zayyan dengan nada kesalnya, dia lalu berdiri dan menatap semua siswa yajg berada di lingkaran.

"Gue punya ide! Ini kan udah ada api gede, nah kita juga udah bentuk lingkaran. Kenapa kita gak ngepet aja? Kan untungnya rame-rame."

Bugh!

Andi langsung melemparkan sepatu, dan tepat mengenai kepala Zayyan dengan keras

"Sekali lagi Lo ngomong, gue bakar juga Lo hidup-hidup," jawab Andi dengan tatapan tajamnya menatap Zayyan.

Zayyan berdecak dengan kesal. "Gak jadi dah guys, orang sensian gak mau kasih," ujar Zayyan dan kembali ke tempat duduknya.

"Gue aja deh yang nyanyi!"

Salah satu siswa berdiri, sambil membawa gitar yang berada di tangannya. Dia lalu duduk di tengah-tengah lingkaran, dan mulai melantunkan lagunya.

Siswa-siswi mulai ikut bernyayi, ada juga yang merekam hal itu. Alana yang terbawa suasana pun ikut, bersama dengan kedua temannya.

"MEREKA YANG BILANG, KU AKAN DAPAT LEBIH DARIMU."

"TAK MUNGKIN!! SEMUA ITU TAK MUDAH!"

Tanpa sadar Alana juga ikut menyayikan lirik itu dengan keras, membuat Galvin menoleh dan tersenyum.

"Al," panggil Galvin, membuat Alana menoleh kepadanya. "Ikut aku bentar, mau?"

***

Tenda, iya Galvin dan Alana berada di dekat tenda. Setelah Galvin mengajaknya untuk keluar dari lingkaran, karena akan ada yang di bicarakan.

"Mau bicarain apa?" tanya Alana dengan suara yang terdengar kecil, namun dia yakin jika Galvin masih bisa mendengarnya.

Galvin tampak menghela nafasnya dengan kasar. "Soal hubungan kita."

Kembali hening, Alana tidak membuka suara apapun lagi. Hanya ada suara teriakan siswa-siswi yang terdengar.

Hingga akhirnya, Alana menarik tangan Galvin. Dia menaruh sebuah kalung, di atas tangan Galvin membuat Galvin melebarkan matanya tak percaya.

Galvin Mahendra [END] [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang