Memiliki masalah memanglah hal wajar bagi setiap manusia. Jika kata orang bijak, setiap masalah pasti akan ada jalan keluarnya. Jika kata ustadz, perbanyak ibadah supaya masalah yang kita hadapi bisa menjadi lebih ringan. Tidak lupa berdoa pada Tuhan supaya masalah yang kita hadapi ini segera terselesaikan.
Tapi yang namanya masalah tidak akan selesai jika hanya pasrah dan berserah diri. Pastinya harus diikuti dengan usaha, entah usaha apapun itu.Jika memiliki masalah dengan orang lain, kita bisa bicarakan baik-baik meski akan ada perseteruan. Setidaknya itu lebih baik kan?lalu bagaimana jika masalah hidup?masalah yang menjadi beban hidup kita.
Manda menghela nafas berat. Seharian ini ia berada di markas RushWolf bersama Jihan. Sudah 2 minggu lamanya Juan pergi, ia tak mengetahui kabar apapun dari cowok itu. Bahkan Mahesa tidak pernah sekalipun memberitahunya. Jika bertanya pada anggota RushWolf lain, maka jawabannya akan sama. Yaitu tidak tahu.
Dan sudah seminggu ini pula ia dan Jihan bergabung menjadi anggota RushWolf. Mahesa yang memintanya tempo hari setelah Juan berangkat ke Singapura.
Meski RushWolf adalah sebuah Gengster yang sering diperhatikan hanya suka balapan liar, dan bermain motor.
Tugas Manda dan Jihan jauh dari kata itu, Manda ditugaskan mengurus anak-anak TPQ oleh Bagas, karena pondok mengaji yang dibuat oleh Juan itu tidak ingin menjadi sia-sia dikarenakan tidak ada yang mengajar. Bahkan ustadz yang biasa mengajar pun sudah tidak bisa mengajar tanpa alasa. Dan sebuah kebetulan jika Manda sedikit ahli dalam hal ini meski ilmunya masih dibilang seperempat atau bahkan setengahnya dari ilmu para ustadz dan ustadzah. Sedangkan Jihan, gadis itu hanya menjadi anggota biasa saja karena Bagas juga tidak tau kenapa Jihan bisa bergabung.Tujuan utama Manda digabungkan menjadi anggota RushWolf dikarenakan masalah mereka dengan ALAS sebuah Gengster yang masih misterius keberadaannya. Manda tidak lagi mendapat teror, hanya saja ia merasa ada yang sering memperhatikannya.
"Udah jam 9 malam, pulang. Gue anterin" Manda menatap Jovan sebal, ia mengambil tasnya lalu mengekori Jovan.
Seminggu ini pula ia dan Jovan sedikit dekat, yah karena Manda tidak tau harus bertanya pada siapa jika sedang bingung. Ingin bertanya pada Dodi?cowok itu lagi bucin ke pacar-pacarnya salah satunya Jihan. Bertanya pada Karlen?baru berada didekat cowok itu saja sudah membuat bulu kuduk Manda berdiri. Hanya Jovan yang terlihat santai padanya.
Diatas motor Jovan ada sebuah paper bag berwarna peach dengan sebuah merk yang terasa familiar baginya.
Jovan mengambil paper bag itu dan menyodorkannya pada Manda yang terdiam. "Gue ga tau Juan beli ini kapan, yang jelas pas gue cek kamar dia gue nemuin ini dan sebuah surat yang gue yakin ini buat lo"
"Ambil"
Dengan ragu Manda menerimanya, ia akan membukanya dirumah nanti.
"Naik, gue ga mau digebukin babeh lo lagi" pernah sekali Jovan telat mengantarkan Manda pulang. Dan disitu ia mulai takut dengan Wijaya, karena dengan jurus jitu Wijaya melemparinya dengan sendok sayur sampai mengenai kepalanya dan berakhir benjol. Sampai sekarang masih ada bekasnya.Manda mengangguk, ia menaiki motor Jovan kemudian memegangi bahu cowok itu. "Udah"
Tanpa banyak bicara lagi Jovan menarik gas motornya, melaju kencang untuk mengantarkan anak gadis bapak Rey Anggara Wijaya.
Tanpa mereka sadari, di pintu utama ada Karlen yang terus memegangi ponselnya. Interaksi antara Jovan dan Manda tidak luput dari atensi Karlen dan seseorang yang kini tersambung pada video call di ponselnya.
"Bodoh" lirih Karlen menatap layar ponselnya yang menampilkan wajah seseorang yang sudah lama tidak ia jumpai.
"It's okay, gue yakin Jovan ga akan rebut ikan dari seekor kucing garong"ucap seseorang dari seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Love
Teen Fiction"Everything will be fine if you stay by my side"-Aryo Juanda Mahesa. "I trust you"-Amanda Wijaya