Part 5

560 39 0
                                    

31 Maret 2023

•••

"Sar," kata Brendon, Sarah yang tengah mengepaki barang-barangnya menoleh, mereka baru selesai matkul ini.

Agak kaget, karena biasanya ia yang mengajak Brendon bicara duluan, Brendon tak akan pernah bicara duluan kecuali dibuat tak nyaman atau ada keperluan sesuatu. Karena Sarah tak merasa mengganggu, pasti ada perlu.

"Ada apa?"

"Lo udah ke salon?" tanyanya.

Sarah agak heran, kenapa bertanya demikian? "Belum, hari ini aku mau ke salonnya. Emang kenapa?"

"Bareng gue aja sama nyokap nanti setelah ini, kemarin ketunda karena ada tamu." Apa Sarah tengah beruntung?

"Boleh? Kalau boleh aku mau."

"Oke. Temui nanti di parkiran. Jam pulang kita sama kan?" Bisa dikatakan, jadwal mereka hampir sama, kalau dilihat mereka punya banyak kesamaan baik dari kesukaan, bahkan kecerdasan.

"Oke deh." Brendon berdiri dari duduknya, seperti biasa pasti ke perpustakaan, sedang Sarah memilih ke kantin kampus saja karena dia belum sarapan.

Namun siapa sangka, saat berjalan menuju kantin, dia malah berpapasan dengan Brendon pula, yang sok cool sekali kala berjalan. Memang cool sih sampai para mahasiswi membicarakan, Sarah agak menurunkan kecepatan agar tak berdampingan, Brendon sadar atau tidak mereka papasan?

"Ke kantin?" Brendon sadar!

"Iya, kamu juga ya?"

"Yah, begitulah. Gue gak sempet sarapan di rumah." Dengan alasan yang tak harus dia jelaskan, menenangkan dirinya lebih lama dari biasa.

"Oh, sama sih, aku gara-gara ngerjain tugas pake tenaga super, bahkan tidur cuman sekitar dua jam-an." Sarah cengengesan, dan oh dia merasa tak seharusnya begini.

"Lo gak seharusnya maksa diri lo buat ngerjain ampe segitunya, lo itu anak kuliahan, manusia, jadwal lo padet plus lo bisa sakit kalau kecapean. Jangan terlalu berlebihan." Brendon tak ada kaca? Dia kelihatan belajar sangat sering padahal, kenapa dia sok menasihati Sarah?

Sarah mau komentar soal itu, tapi dia memilih diam sajalah. "Iya, gak bakal kok, ini cuman sekali aja soalnya aku gak sabar buat ke salon."

"Baguslah." Tak lama, mereka sampai di kantin, Sarah dan Brendon langsung memesan makanan mereka.

"Mbak, mie ayam satu, pangsitnya dua, tambahin bakso banyak, terus minumnya jus alpukat," kata Sarah.

"Samakan saja." Waduh, Brendon tukang niru. Namun, sekali lagi, Sarah tak mau banyak komentar.

Setelah pesanan mereka jadi, bersama nampan, mereka menuju ke tempat duduk di bagian bangku kosong dan siapa sangka Brendon juga ikut duduk di seberangnya. Brendon kenapa tak ikut sesama cowok aja sih?

Ya udahlah, ini bangku umum. Nanti juga banyak yang ikut duduk di sini.

Dasar peniru, sudah dua kali.

Namun, apa dia bisa meniru Sarah dan dua sendok sambel full-nya? Jelas sih, Brendon tak bisa, saat Sarah melakukannya, Brendon tak menuruti. Sarah senyam-senyum kemenangan ketika Brendon sudah menikmati makanannya, tetapi ketika dia menyendok mie ayam yang ada.

"Mm uh! Uh! Pedes banget!" Sarah kaget, biasanya tak sepedas ini, tapi kenapa pedas sekali sekarang? Dia segera meminum jus alpukatnya tanpa ragu.

Brendon menghela napas, ia tertawa geli sebentar akan hal itu. Namun, dia tak berkomentar apa pun.

"Gila, pedes banget! Biasanya gak sepedes ini! Uh astaga!" Sarah menghabiskan jusnya dalam sekali sendok mie, dia mengisinya dengan teko air bening di sana dan minum lagi. "Duuuh! Astaga pedes!" Ia masih kelabakan, dikipasinya mulut yang terasa terbakar. Dower dah tuh.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

SEDIA ISTRI SEBELUM KAWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang