Part 30 (TAMAT)

399 34 0
                                    

19 Juni 2023

•••

Oh, Brendon, mau Sarah lempar komputer andai dia tak butuh.

"Kecepatan ngetik kamu luar biasa, ya. Pantes banyak yang suka jasa kamu." Sarah memang memiliki kemampuan itu, ketikan sepuluh jari, dia calon sekretaris yang hebat. "Kamu melamar aja di perusahaan Papah, aku juga bakalan melamar di sana, mungkin kamu akan jadi sekretaris dan aku pegawai magang."

"Eh? Kok pegawai magang?" Sarah heran, kok? Bukannya itu perusahaan ayah Brendon?

"Kalau aku instan ke kepemimpinan, rasanya terlalu uji nyali, aku memilih bertahap dan coba raih peningkatan secara berkala." Oh, Sarah mengerti, hal yang bagus.

"Kalau begitu aku juga akan jadi pegawai magang, dan mungkin asisten kecil-kecilan saja, aku gak mau lompat langsung ke sekretaris." Sarah berkata. "Tapi, kalau aku punya value ke sekretaris karena kemampuanku ini, aku gak bakal sia-siain."

"Aku akan bilang ke Papah soal itu."

"Eh, jangan!" Sarah melarang. "Kasih tau Papah kamu, jangan bikin aku privilege cuma karena aku calon istri kamu, dong. Kalau performaku buruk karena aku belum ada kesiapan gimana? Kan bahaya buat perusahaan kalian."

Brendon tertawa. "Baiklah baiklah, tapi kamu ke perusahaan yang sama kek aku kan nantinya?"

"Aku memang ada rencana ke sana."

"Bagus."

Lalu, mereka diam ke aktivitas masing-masing, meski keduanya sama-sama tetap bahagia bisa berdekatan begini. Bahkan, tangan Brendon bergerak, menggenggam tangan Sarah yang ke bawah sedang satu tangan di atas keyboard. Saling menggenggam.

Bahagia ....

Namun, Sarah jadi teringat sesuatu, dia menatap sekitaran, semua berjauhan jadi sepertinya tak akan mendengar pembicaraan mereka.

"Brendon," panggil Sarah, Brendon yang membaca bergumam menanggapi. "Kamu ... kamu masih mimpiin aku?"

Brendon yang tengah menatap buku, seketika menoleh ke kekasihnya, ada senyuman aneh di sana. "Kamu sungguh mau tau?"

Meski geli, jelas Sarah mau tau, entah kenapa ini topik yang lumayan menarik--walau konyol.

Brendon menghela napas, ia membuang wajah dengan kedua pipi memerah. Sarah yang melihat itu seketika terkejut.

Apa masih?!

"Enggak, sih, malam tadi aku sebenernya mimpi dikejar corndog raksasa, tapi karena kamu ingetin, aku jadi keinget kan. Aduh ... aku malu sama kamu, Sar." Brendon mengusap keningnya.

Dan mendengarnya, Sarah malah tertawa, tawa cukup keras yang membuat beberapa orang menegur.

"Woi, pacaran di kantin aja sana!"

"Ma-maaf ...." Sarah berusaha menahan tawanya, sedang Brendon agak heran, kenapa Sarah tertawa?

"Kamu mimpi dikejar corndog?"

"Ya ... aku lihat banner corndog raksasa pas beli roti sobek, entah kenapa kebawa mimpi." Uniknya, Brendon. Sarah mengapit bibir tak mau mengeluarkan tawa gelak, ini terlalu lucu.

Brendon yang melihat itu tersenyum. "Iya iya, aku aneh, mana aku tau kan bunga tidur kadang random."

"Yah, oke oke, maaf aku ketawa." Sarah berhasil mengendalikan diri. "Syukur deh, kalau kamu udah bebas dari itu."

"Iya, syukurlah, aku harap sih itu gak akan jadi mimpi lagi."

Sarah terdiam, dia menatap Brendon intens.

"Maksudku, itu ...." Brendon agak kelabakan mencari kata-kata yang tepat. "Setelah kita jadi suami istri, i-ini bukan soal nafsu, aku mencintai kamu. Hanya kamu."

"Bagus, jangan bikin aku serem sama kamu, Brendon," peringat Sarah. "Jangan."

"Maaf, aku gak bermaksud, ayo kita ... ke topik lain. Kamu baca buku apa?"

"Brendon, aku lagi ngetik, kamu yang baca buku." Oh iya, kebalik!

"Ugh, aku nyerah." Brendon menidurkan kepalanya ke atas meja, dan Sarah tersenyum geli, dia tak benar-benar marah pada Brendon tetapi rasanya lucu mengerjai pemuda itu.

Ekspresi dari sikap saltingnya manis.

"Aku harus sedia istri dulu sebelum kawin," kata Brendon tiba-tiba, Sarah menatapnya.

"Kayak pepatah aja, tapi emang benar, sebaiknya kamu begitu."

"Ke KUA pulang ini, yuk." Brendon mendongak menatap Sarah, dengan muka polos tanpa dosanya.

Brendon benar-benar random!

THE END

SEDIA ISTRI SEBELUM KAWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang