Part 23

217 39 0
                                    

12 Juni 2023

•••

Mendengar semua ocehan Brendon itu, Sarah terdiam, pusingnya masih belum agak reda dan Brendon menambah bebannya. Perkataan terkonyol yang pernah keluar dari pemuda super ambis yang selalu memikirkan masa depan, visi, misi, pokoknya dia harus sempurna.

Tiba-tiba berkata dia mulai suka Sarah, miliknya, bla bla bla ....

Argh!

Rasanya, Sarah ingin melakukan sesuatu, yang sudah lama ingin ia lakukan tetapi terlalu takut karena tak sopan. Sungguh, Sarah tak bisa menahannya, emosinya mulai terpacu, amarah karena seperti biasa Brendon selalu menyebalkan. Namun, kali ini, susah ditoleransi.

Dengan itu, Sarah mengambil bantal, peningnya entah kenapa seketika tak serasa, dan dia pun memulai aksinya.

Brendon baru mendongak karena sadar Sarah mendekat, tetapi seketika sebuah bantal, meski lembut, mendarat ke wajahnya cukup keras.

"Aw! Sarah, kenapa?!"

"Nyebelin! Nyebelin! Nyebelin!" Sarah tak bisa menahan diri, dia memukuli pemuda tersebut dengan bantal bertubi-tubi, dan Brendon hanya bisa berlindung dengan tangan.

"Maaf, Sar! Maafin aku, Sar!" Brendon meronta, lumayan sakit ini.

Adegan itu, bahkan dilihat langsung oleh ibunda Brendon, yang hanya bisa menghela napas pasrah. Dipikirnya, Sarah marah karena dilecehkan Brendon, memang anaknya pantas menerima. Meski padahal, Sarah marah karena dia dibuat pusing oleh si pemuda dengan kata-kata ngaco ngalor ngidulnya.

"Sarah, ampun, Sar. Maafin aku, Sar. Maaf ...."

Cukup lama begitu, akhirnya Sarah berhenti, bukan karena dia mau, tetapi karena dia capek. Sarah lalu duduk di tepian kasur Brendon, untuk terakhir kali dengan kekuatan terakhirnya melemparkan bantal tersebut ke arah Brendon.

Brendon segera menangkap kemudian memeluk bantal itu, takut digunakan jadi senjata lagi. Ia menatap Sarah yang tampak terengah-engah.

"Maaf, Sarah. Aku tau aku pria berengsek. Kamu bisa melakukan apa aja samaku, aku gak akan balas, aku memang pantas menerimanya."

Mendengar kesalahpahaman lagi, rasanya bukan hanya bantal, atau guling, kalau bisa kasur atau barang berat lain Sarah lemparkan kalau tenaganya ada. Ini bukan soal pelecehan tak disengaja tadi, tetapi ungkapan Brendon.

"Brendon, aku mohon, aku capek sama omong kosong kamu, aku males memikirkan soal percintaan karena aku masih harus kuliah, dan masa depanku. Bukan cuman kamu yang punya masa depan!" Sarah mendengkus pelan. "Jangan ngomong yang aneh-aneh."

"Itu bukan omong kosong, Sarah. Aku memang--"

"Diam!" Sentakkan Sarah membuat Brendon seketika diam, ia menunduk bak anak kecil, dan melihat tingkahnya Sarah jadi tak tega.

Siapa sangka si dingin itu bisa bersikap begini, makin aneh, sepertinya benar Brendon mungkin salah obat apa gitu.

"Intinya, cukup, makasih udah nolongin aku. Aku mau pulang." Sarah berdiri, dia sudah cukup kuat. "Barang-barang aku ... ah itu dia." Ada di nakas lain Brendon.

"Biar aku antar." Brendon menawarkan, ikut berdiri juga.

"Gak usah, aku bisa pulang sendiri." Sarah masih sewot, dia mengambil barang-barangnya pun keluar dari rumah Brendon.

"Sarah, biar aku anterin kamu, jangan pulang sendiri karena bisa aja terjadi sesuatu, atau kamu pasti masih capek, biar aku anterin." Brendon memohon, terus mengikuti Sarah hingga ke ruang depan. Sarah terus mengabaikannya.

"Eh, Sarah, kamu mau pulang?"

Sarah membuat rasa kesal pada Brendon dan tersenyum ke sang ibunda Brendon, hanya dia yang waras sepertinya. "Iya, Tante. Aku mau pulang. Makasih banyak ya, Tante, Brendon, atas pertolongannya. Aku pulang dulu."

"Kamu enggak dianterin Brendon?"

"Iya, Sar, biarin aku anterin kamu."

BERSAMBUNG ....

•••

Jangan lupa klik bintang dan berkomentar jika suka 🤗

SEDIA ISTRI SEBELUM KAWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang