15 Juni 2023
•••
"Tidak juga." Brendon menghentikan mobil, nyatanya mereka sudah sampai di depan rumah Sarah. "Justru aku sadar, kita bisa saling melengkapi, rumah tangga itu bagaikan puzzle. Jika aku si egois, maka kamu orang yang bisa melunakkan sifatku. Jika kamu sulit berkata, maka aku yang akan jadi suaramu. Aku berpikir bukan hanya secara rasional di sini, tapi perasaan."
Brendon menatap Sarah, ada sisi gentle yang tak pernah dia keluarkan, hawanya terasa saat Sarah menatapnya. Mata cokelat sayu di balik kacamata tebalnya.
Tak lama, Brendon pun keluar mobil, membukakan pintu untuk Sarah keluar dari sana.
"Makasih udah nganterin aku, ya, Brendon."
"Bukan masalah, kamu yakin gak mau aku antar jemput?"
Sarah mendengkus, ini lagi. "Terserah aja kalau mau repot!" Dia berjalan menjauh langsung, males banget menanggapi Brendon lagi.
"Baiklah, nanti aku jemput, ya." Sialan, dia mau repot ternyata.
Sarah masuk ke rumah, pun menutup pintu langsung, Brendon harusnya berpikir dia tak sopan sekarang, tapi dia tak peduli. Sarah sedikit mengintip dan pemuda itu ternyata senyam-senyum sendiri.
Memang rada gila.
Brendon lalu masuk ke mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang menjauh dari rumah Sarah.
"Pacar Kakak kaya ya? Dia pake mobil gonta-ganti," kata seseorang, Sarah baru sadar Brendon kemarin memakai mobil warna merah gelap, sekarang jadi silver.
Tunggu, siapa tadi yang berkata?
"Dek, apa-apaan, sih! Gak boleh ngomongin pacar-pacaran kamu masih kecil!" Sarah segera beranjak dari intipannya sementara sang adik masih cengengesan.
"Emaaak! Bapaak!" Bisa ditebak, dia mengadu ke orang tua mereka.
Sarah memasuki kamarnya dan bersiap-siap untuk mandi walau agak malas. Kepalanya puyeng--tapi bukan puyeng sedemikian. Isi kepalanya jadi campur aduk karena kejadian tadi.
Bukan, bukan karena Irwin, yang padahal bisa saja jadi peristiwa traumatis Sarah, tetapi soal Brendon. Segala kelakuan ajibnya. Apa yang akan terjadi besok? Apa Brendon benar-benar akan menjemput, atau Sarah bangun tidur dari mimpi panjang?
Bodoh amat ah.
Aktivitas Sarah berlanjut, dia membersihkan diri, tak lupa karena ada waktu dia pun sempat cuci piring, membantu sang ibu pula memasak.
"Sarah, kamu seriusan itu bukan pacar kamu? Masa anter jemput kamu? Apa itu kalau bukan pacar?"
Sarah menghela napas, dasar adiknya tukang ngadu. "Calon." Sudahlah, dia nyebut asal saja.
"Oh, calon, ih bilang dong dari kemarin, cieee anak Emaak calonnya cogan! Dia baik sama kamu kan?"
Oh, pembicaraan ini, bahkan adik dan ayahnya ikut-ikutan.
"Cuman calon, Mak, Pak, belum tentu jadi. Aku gak mau terlalu ngarep." Karena kesenjangan di antara mereka terlalu jauh.
"Emak Bapak pokoknya doain kamu dapat jodoh terbaik, Sarah. Emak Bapak besarin kamu dari kecil, dan saat dewasa mana ikhlas Emak Bapak kalau kamu dapet yang gak meratukan kamu."
Sarah hanya bisa tersenyum akan doa itu, semoga saja.
"Aminin, dong."
"Aamiin ...." Yah, meski sederhana, keluarganya tampak harmonis.
"Omong-omong, namanya siapa, Sarah?" Benar, belum ada yang tahu ya?
"Brendon, Mak, Pak. Brendon Yogantara."
Dan Sarah bersyukur tak terlalu banyak pembicaraan soal Brendon saat mereka makan malam, Sarah melakukan kegiatan lain sebisanya beres-beres rumah sebelum akhkrnya memasuki kamar.
Duduk di tepian kasur, dia membuka ponselnya. Tanpa disangka, ada sebuah pesan masuk di sana.
"Sarah, aku mau ke sana, kamu mau dibawain apa?"
Lah?!
BERSAMBUNG ....
•••
Jangan lupa klik bintang dan berkomentar jika suka 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDIA ISTRI SEBELUM KAWIN
Romance18+ Brendon Yogantara si serius menjomlo selama sembilan belas tahun bukan tanpa alasan, ia pemuda dengan pemikiran masa depan matang. Namun, ada pikiran aneh yang akhir-akhir ini mengganggunya ... pencemaran otak!