11 Juni 2023
•••
Sarah mencubit diri sendiri, sakit, dan dia masih di kamar Brendon, bersama Brendon yang bersimpuh di bawah seberang sana, masih begitu sendu. "Brendon, aku mohon, kamu cuman bercanda kan?"
"Aku serius, Sarah." Kali ini, Brendon menatapnya di balik kacamata tebalnya yang khas. "Aku sangat serius dengan hubungan kita, matang-matang."
Sarah menggeleng ... dia menunduk seraya memijat keningnya.
Menghadeh.
"Tapi, kalau kamu menolak, tak apa, semua keputusan ada di tangan kamu, tapi aku tetap akan menebus kesalahanku bagaimanapun caranya." Nada suara Brendon jelas sama sekali tak ada candaan sedari tadi, dia serius, sangat serius dengan semua yang diutarakan.
Pemikirannya serba matang, tetapi kenapa bisa seaneh ini?
"Kamu jangan khawatir, meski menikah, kita masih bisa mengejar cita-cita, melakukan hal layaknya kita lajang, pernikahan ini dilangsungkan bukan sekadar pertanggungjawaban tapi kebahagiaan kamu. Sekarang, kamulah prioritasku, aku akan selalu mencintai kamu, Sarah."
"Brendon ...." Sarah terharu, tetapi dia sadar satu hal. "Tapi, kamu ... gak cinta samaku, kan? Aku juga. Kita gak serasa. Ka-kamu gak seharusnya mengorbankan masa depan kamu, aku tau kamu pasti gak sengaja, aku ... aku maafin kamu, kok, tanpa kamu perlu melakukan hal sejauh itu."
Bahaya juga kalau Brendon tiba-tiba ke rumah dan membuat orang tuanya jantungan karena melamar. Meski ya, Brendon itu tipikal pria idaman, banget malah dengan semua ungkapannya, tetapi Sarah masih mau melajang dan belum mau menikah. Bukan soal kebebasan saja, tetapi status paling utama, serta perasaannya.
Ni orang memang rada-rada.
Sarah menghela napas, dia memijat keningnya, sekali lagi dia tak bisa marah pada Brendon. "Mengertilah, Brendon. Ini ... hanya kesalahpahaman, dari ketidaksengajaan. Kamu nyelametin aku tadi, dan mungkin sebaiknya ... kayak kamu bilang saat itu."
"Apa ... kamu menolak lamaranku?" Brendon begitu dramatis, tetapi dari suaranya dia tak begitu sedih.
"Tentu aja, aku gak mau nikah secepet itu, Brendon. Sebaiknya, kita jaga jarak aja, kayak kamu bilang. Seenggaknya sampai mimpi kamu ilang." Sarah agak geli dengan hal ini.
"Uh oh ...." Kedua pipi Brendon memerah, tampak malu.
"Brendon, jangan terlalu overthinking, masa depan kita masih panjang, gak ada masa depan yang hancur, kok." Sarah berkata lagi, mendiamkan Brendon di tempatnya. "Benar kan?"
"Sebenarnya ...." Brendon menggantung kalimat, seakan ragu mengatakan.
"Ada apa, Brendon?" tanya Sarah, penasaran.
"Aku dari keluarga Yogantara, yang berprinsip satu wanita seumur hidup, kamu enggak akan pernah menyentuh wanita kami sebelum kami resmi jadi suami istri, dan aku malu karena udah menyentuh kamu melebihi batas. Itu ... pula ciuman pertamaku. Ciuman pertamaku harusnya untuk istriku. Jadi ...."
"Jadi apa, Brendon?" Kenapa Brendon suka sekali memutus ceritanya di bagian penuh penasaran. Apa maksud ungkapan random ini?
"Jika ciuman itu ada sama kamu, maka kamu harus jadi milikku, Sarah." Mata Sarah membulat sempurna.
Bentar, bentar, Sarah nge-lag.
"Kamulah istri masa depanku, nanti. Mungkin saat ini, benar, kita gak saling cinta, tapi aku rasa ... enggak akan sulit, untuk kita saling jatuh cinta, kalau kita sama-sama terbiasa. Aku akan berusaha bikin kamu jatuh cinta samaku, seiring aku juga akan mencintai kamu, ini bukan soal obsesi tapi aku rasa ...."
Sarah masih melongo, rasanya dia mau kejengkang.
"Aku mulai punya rasa sama kamu."
BERSAMBUNG ....
•••
Jangan lupa klik bintang dan berkomentar jika suka 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDIA ISTRI SEBELUM KAWIN
Romance18+ Brendon Yogantara si serius menjomlo selama sembilan belas tahun bukan tanpa alasan, ia pemuda dengan pemikiran masa depan matang. Namun, ada pikiran aneh yang akhir-akhir ini mengganggunya ... pencemaran otak!