16 Juni 2023
•••
"Mau apa kamu ke sini, Brendon? Enggak usah, deh. Ini jam orang tidur!" Sarah menjawab segera pesan Brendon, jujur saja dia mau tidur cepat karena ada kelas pagi besok, plus ada teman yang memerlukan jasa pengetikan sepuluh jari super cepatnya.
"Sungguh? Ini kan baru jam setengah sembilan." Brendon menjawab tanpa rasa bersalah.
"Iya, Brendon, itu jam tidur! Besok kan aku ada kelas pagi." Sarah mempertegas.
"Oke, baiklah." Untung, Sarah menghela napas lega. "Besok mau dibawakan apa?"
"Gak usah repot-repot, udah ya, Brendon, aku mau tidur!" Sarah tak mau ambil pusing, dia mengaktifkan mode pesawat dan langsung naik ke kasur. Memilih terlelap.
Tanpa disadarinya, ternyata tak lama setelah ia tidur, sebuah mobil datang ke rumah. Di luar nyatanya ada ayah Sarah dan ibunya yang tengah berbincang, keheranan melihat keberadaan mobil tersebut.
Keluarlah, sosok pemuda tampan rupawan berkacamata, yang mereka ingat itu ... calon pacar Sarah?!
"Permisi, Bu, Pak. Malam."
"Malam juga, Nak." Sang pria tua menyahut.
"Nak Brendon, kan?" tanya sang ibu antusias.
"Iya, Pak, Bu. Maaf mengganggu malam begini. Saya mau bawain ini." Ada sebuah bingkisan kotak di tangan Brendon.
"Aduh, Nak, repot-repot. Sebentar Emak panggilkan Sarah, ya!" Sang ibu berkata, dia ingin segera masuk tetapi Brendon menghalanginya.
"Ah, Bu, gak usah panggilkan, Sarah sudah tidur katanya. Saya ke sini cuman mau anterin ini, buat sekeluarga." Brendon tersenyum manis. "Ini, Pak, Bu."
"Aduh, jadi ngerepotin, maaf, ya, Nak Brendon." Karena merasa rezeki, mereka menerima pemberian Brendon.
"Enggak, kok, Bu, Pak."
"Nak, mau mampir dulu? Minum teh anget, sama cemilan?"
Brendon menolak halus. "Makasih, Pak, gak perlu repot-repot. Soalnya saya harus pulang juga sehabis ini, nanti besok saya jemput Sarah."
"Aduuh, so sweet." Sang ibu bergumam haru.
"Kapan-kapan kita makan bareng, ya, Nak. Atau, kamu mau gak pagian dikit bangunnya? Biar sarapan bareng." Brendon berpikir sejenak, dan dia merasa ....
"Sungguh, Pak?" Ia memastikan.
"Betul, Nak." Ibunda Sarah menjawab. "Jangan lupa besok, ya."
"Makasih banyak, Pak, Bu. Kalau gitu saya permisi dulu, selamat malam." Brendon pun pamit.
"Sama-sama, terima kasih juga ini bingkisannya. Selamat malam ya, Nak. Hati-hati di jalan." Brendon mulai pergi menjauh, memasuki mobil, dan menyapa untuk terakhir kali keduanya.
Ibu dan ayah Sarah duduk kembali di kursinya. "Dia sepertinya pria baik-baik, ya, Pak."
"Sepertinya begitu, semoga saja." Pria itu berdoa.
"Oh ya, dia bawain apa?"
"Oh, roti sobek, masih anget ternyata, Bu. Kita makan aja nanti sisain buat anak-anak." Karena anak-anak mereka memang sudah tidur jam segini.
Sarah pun terlelap begitu nyenyaknya hingga pagi tiba.
Ia terkejut, saat selesai menyiapkan sarapan, siap sarapan, ternyata datanglah sebuah mobil di depan rumahnya.
"Brendon?" Sarah bergumam.
"Oh, itu pasti Nak Brendon," kata sang ayah. "Sarah, ajak dia masuk."
Lho? Masuk?
"Malam tadi calon pacar kamu dateng, nemuin Ibu bawain roti sobek ini." Masih ada sisa roti sobek yang masih hangat untuk Sarah dan adiknya. Oh, Sarah tak menyangka. "Pagi ini kita udah janjian buat sarapan bareng sama Brendon. Pak, ambilkan kursi lagi."
"Siap, Bu." Ayah Sarah patuh.
"Emak sama Bapak kok enggak bilang?" Sarah kaget.
"Lupa, Nak. Namanya sudah tua." Putri sulungnya langsung menepuk kening. "Sana, jemput calon kamu."
BERSAMBUNG ....
•••
Jangan lupa klik bintang dan berkomentar jika suka 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDIA ISTRI SEBELUM KAWIN
Romance18+ Brendon Yogantara si serius menjomlo selama sembilan belas tahun bukan tanpa alasan, ia pemuda dengan pemikiran masa depan matang. Namun, ada pikiran aneh yang akhir-akhir ini mengganggunya ... pencemaran otak!