Part 6

505 42 0
                                    

6 April 2023

•••

"Duuuh ... gimana nih?" Mau dibuang, sayang. Mau dimakan? Nanti dia sakit perut!

"Uh ...." Wajah Sarah sendu, dia dilema.

"Lo pesen aja deh yang baru daripada sakit perut karena makan itu," ujar Brendon, seakan membaca pikiran Sarah.

"Tapi sayang ...." Topping-nya banyak.

Brendon menghela napas. "Pesan aja yang biasa, terus ambilin isinya terus ke dalem mie lo yang baru. Gue yakin gak bakalan terlalu pedes."

"Eh, bener juga." Brendon memang otak encer. "Tapi aku bisa abisin gak?"

Sekali lagi, Brendon menghela napas. "Minta porsi setengah kalau gitu, gue yakin lo abis aja, porsi makan lo kan agak gede."

Sarah agak sewot, tau dari mana Brendon soal itu? Meski tidak keliru, tapi apa Brendon pernah memperhatikannya makan. Dasar tukang nguntit.

"Yah, bener juga. Aku pesen lagi." Sarah berusaha sabar dan memesan mie yang baru, setelah itu sesuai intruksi Brendon ia memasukkan semua topping dan yang lain selain kuah ke dalam mienya yang baru.

Syukurlah, rasa pedas berkurang aman, dan dia bisa menikmati makanannya dengan tenang.

Saat Sarah masih setengah jalan, Brendon nyatanya sudah menghabiskan makanannya, tanpa permisi pemuda itu pergi begitu saja, tetapi Sarah berpikir yah untuk apa juga dia bicara pada Sarah soal hal itu. Sarah memilik cuek, walau tak bisa secuek Brendon.

Selesai makan, Sarah bisa melanjutkan belajarnya dengan tenang karena perutnya telah terisi, dia juga sejauh ini aman dari tugas orang lain. Akhirnya, Sarah lega, sesuai perkataan Brendon ia segera menuju ke parkiran.

Di sana Brendon sudah menunggu, Sarah menghampiri dan langsung diberikan helm. Sarah pun memakainya dan Brendon sudah bersiap menjalankan motor.

Namun, Brendon menatap aneh Sarah yang diam di tempat. "Kenapa? Ayo naik!"

Sarah sebenarnya menunggu Brendon menyuruhnya naik, soalnya Brendon diam khawatirnya belum siap! Sarah mendengkus pelan agar tak ketahuan dan naik ke motor biasa si sultan itu.

Tak butuh waktu lama mereka sampai di rumah Sarah, Sarah bingung kenapa mereka ke sini, Brendon memang tahu rumah Sarah tapi untuk apa ke sini?

"Lo gak mandi sama bersih-bersih dulu?"

Oh benar juga, malu kalau penampilan begini.

"Oh iya, tapi kamu gak papa nunggu?"

"Jam 3 nanti Mamah gue berangkat." Oh, masih ada waktu ternyata.

"Aku bakalan cepet." Sarah langsung memasuki rumahnya dan Brendon memperhatikan dari luar. Rumah kecil nan sederhana, pintunya terbuka dan ada hawa-hawa kehangatan di dalamnya.

Seorang anak kecil keluar sambil berteriak, "Emak aku mau main dulu!" Namun, ia terhenti kala melihat Brendon.

Segera dia berlari masuk lagi. "Emaaaak!"

Brendon heran, tapi memilih diam saja.

Dan di dalam, di mana Brendon tak bisa mendengar mereka, anak itu ke dapur. Ada seorang wanita lanjut usia yang tengah memasak.

"Apa sih, kamu teriak-teriak dalam rumah! Ya udah sana main, jangan kesorean aja!" Ibunya mendengkus pelan.

"Emak, Kak Sarah bawa pacar!" pekiknya.

Mata sang ibu membulat sempurna. "Apa?!"

"Emak, aku berangkat dulu sama temen, ya." Sarah datang ke dapur, dia siap menyalimi ibunya tetapi terhenti.

"Sarah, kamu bawa pacar?!"

Pacar?!

"Iya, Kak Sarah bawa pacar! Penampilannya mirip banget sama Kak Sarah, bawa motor, tapi ganteng banget!" kata sang adik.

"Ish, kamu ngomong apaan? Jangan bikin Emak jantungan! Emak, bukan begitu, itu temen ... mau anterin Sarah ke salon."

"Mana ada temen cowok mau nganterin ke salon kalau bukan pacar?!" Adiknya tak percaya, membuat sang ibu dilema.

"Enggak gitu, hei! Emak, kebetulan Mamahnya temenku ke sana juga, jadi kami barengan. Ya udah aku harus berangkat dulu nanti dia kelamaan nunggu!" Disalaminya sang ibu. "Dah, Mak."

Keduanya diam tetapi masih kalut dengan isi kepala sambil memperhatikan Sarah yang semakin menjauh.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

SEDIA ISTRI SEBELUM KAWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang