Part 28

201 38 0
                                    

17 Juni 2023

•••

Sarah hanya bisa menghela napas pasrah, dia berjalan ke depan dan membukakan pintu, nyatanya Brendon baru mau mengetuk.

"Hai, selamat pagi!"

"Kenapa malam tadi kamu dateng gak bilang-bilang? Aku kan sudah bilang itu jam orang tidur!"

"Mungkin kamu yang gak baca pesan berikutnya, masih centang satu di sini." Brendon memperlihatkan ponselnya, ada pesan jika Brendon akan tetap ke sana membawakan makanan, dan Sarah silakan saja tidur karena dia bermaksud untuk keluarga gadis tersebut saja.

Sarah baru ingat ponselnya masih di mode pesawat.

"Lihat?"

"Kamu ini ambisius sekali," komentar sang gadis, kembali menghela napas. "Ayo masuk, katanya kamu mau sarapan di sini?"

"Yah, aku juga bawakan makanan penutup." Sarah sampai tak sadar Brendon membawa bingkisan di tangan.

Pasrah sajalah.

"Ayo masuk." Mereka pun melangkah masuk bersama, menuju dapur mungil keluarga tersebut.

"Nak Brendon, duduk ayo duduk." Ibunya mempersilakan, dan Brendon pun duduk di tempat yang telah disediakan.

Tepat di samping Sarah.

Menu yang tersaji sederhana, telor ceplok, tempe tahu, dan sayur oseng, tetapi kelihatan sangat menggugah selera. Ibunda Sarah memasukkan nasi ke piring Brendon.

"Segini cukup, Nak?"

"Cukup, Bu. Terima kasih." Brendon tersenyum manis. "Oh ya, saya juga ada bawain makanan penutup."

"Wah, apa, Kak?" tanya adik Sarah, yang langsung dihentikan sang ayah.

"Eh, itu makanan penutup, jadi nanti aja di akhir!" tegur pria itu.

Adik Sarah cemberut. "Tapi kan aku penasaran apa." Ia melipat tangan di depan dada.

"Itu pudding, Kakak belajar bikin."

"Wah, pudding? Yeay!" Adik Sarah sangat gembira membuat Brendon juga tertawa renyah.

Sarah yang sedari tadi diam memperhatikan saja, bisa juga si cuek bebek ini ngalus begitu, pintar mencuri hati keluarganya. Super ambis, semoga tak berubah setelah hati Sarah dia taklukan.

"Ayo, kita sarapan, ayo Nak Brendon, Sarah, nanti kalian ke kampus kan? Ayo makan." Ayah Sarah mempersilakan.

Sarah berbisik pelan ke Brendon. "Menunya hanya menu sederhana, Brendon. Bilang aja kalau itu enggak sesuai lidah kamu."

Brendon tersenyum. "Kenapa? Aku sering makan ini." Brendon memakan tempe. "Enak."

Dia kelihatan tak keberatan sama sekali. Ternyata dia pria yang sederhana, tetapi sejauh ini Brendon selalu kelihatan demikian, jadi apa yang Sarah cemaskan?

Mereka pun makan bersama dengan lahapnya, dan sesuai perkataan, Brendon sangat pandai mencuri hati keluarga kecilnya. Baik orang tua dan adik. Dia punya kharisma itu, dan Sarah mulai lebih sering melihat sisi plus darinya.

Usai sarapan bersama, mereka pun pamit, Brendon dan Sarah memasuki mobil dan Brendon mulai menjalankan dengan kecepatan stabil.

"Itu sayur oseng terenak yang pernah aku makan." Brendon memuji. "Aku suka banget."

"Bagus deh kalau kamu suka." Sarah bersyukur.

"Omong-omong, siapa yang memasaknya?"

"Aku." Sarah menjawab seadanya. "Tapi itu resep dari Emak."

"Apa resepnya? Aku mau coba buat."

Sarah berpikir sejenak. "Cuman sayur, dioseng, bumbunya ya garem gula, kayak oseng biasa, dan bumbunya cuman ditakar sesuai selera."

"Oh, baiklah." Brendon mengangguk. "Kapan-kapan nanti, kamu mau makan di rumahku?"

"Mungkin ...." Sarah menggedikan bahu. Brendon tersenyum manis.

Mereka pun diam sejenak ....

"Brendon." Tiba-tiba Sarah memanggil.

"Ya?"

"Kamu lumayan juga." Dia mengatakan dengan ekspresi yang malu-malu, Brendon tersenyum semakin lebar akan hal itu.

"Aku bersyukur kamu semakin menerimaku, Sarah."

"Yah ...." Sarah agak kikuk.

"Aku akan mencintai kamu, selamanya, selayaknya cinta ayahmu pada anaknya."

Kata-katanya agak lebai, tapi Sarah terharu.

BERSAMBUNG ....

•••

Jangan lupa klik bintang dan berkomentar jika suka 🤗

SEDIA ISTRI SEBELUM KAWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang