18. Pacar?

200 29 11
                                    

⚠️⚠️Warning!! Warning!!⚠️⚠️

Cerita ini banyak kekurangan, plot hole, typo bertebaran, belum lagi kesalahan grammar dan gaya penulisan yang berubah sesuai mood yang nulis__aku.

Take your chance and leave buat yang pengen cerita wow dan perfect, karena nggak mungkin didapetin disini.

Aku buat ini cuma buat seneng-seneng aja jadi mari kita sama-sama having fun.


▪️▪️⚫️⚪️⚫️▪️▪️











Marhen menatap Langit-langit kamarnya, terbayang pemandangan kurang menyenangkan tadi siang yang disaksikannya secara 4k.

Sebenarnya dia dan yang lain sudah ada di dekat sana jauh sebelum Percy muncul, duduk di meja permanen lain, agak jauh dari tempat Kath dan yang lain berada.

Kebisingan dan adegan uwuw antara Kath dan Percy tidak luput dari penglihatan mereka. Marhen yang dengan jelas melihat perbedaan reaksi Kath pada Jeff dan Percy mengernyitkan keningnya dan memainkan rahangnya.

Apakah adegan tadi sebagain dari rencana Kath dan teman-temannya, Marhen tidak tahu karena merasa tidak berhak bertanya. Jazz hanya diam tidak berkomentar apa-apa. Bisakah Marhen anggap itu sebagai bagian dari rencana?.

Jere terlihat mendengus saat melihat momen uwuw tersebut tapi kembali bersikap acuh. Apa Jere tau sesuatu yang gue nggak tau?.

"Kaaaaa" suara Vino, adiknya yang sudah keluar dari rumah sakit terdengar dari luar kamar.

"Iyaaaaaa, bentar" Marhen bangun dari kasur lalu membuka pintu yang dia kunci dan mempersilahkan adiknya untuk masuk "udah minum obat?" tanya nya

Vino mengangguk dengan kening berkerut, "udah tapi aku nggak suka minum obat, pait"

Marhen mengacak pelan rambut adiknya, "I'm not a boy" gelengnya, menolak diperlakukan seperti anak kecil "aku harus cepet gede biar bisa lindungin bunda"

Marhen tertegun lalu semakin mengacak rambut adiknya yang sudah agak gondrong itu, "hmmmm, padahal kemaren ada yang ribut pengen berenti kelas PSTD ( Pencak Silat Tenaga Dasar)"

Vino menegang, "tapi aku capeeekk" kata Vino lirih "badan aku sakit"

"Katanya pengen lindungin Bundaaa...." ledek Marhen "harus kuat dan bisa lindungin diri sendiri dulu dong!"Adiknya itu diam saja sambil memaju-mundurkan mainan ditangannya.

"Wah, mainan baru lagi ya ini?" Marhen menyentuh mainan pesawat yang dipegang Vino

"Iya!!" mata Vino berbinar ceria "aku dapet dari Kakak ganteng dan cantik yang jenguk aku waktu ituuu, kata Mama Kakak Ganteng yang udah bawa aku sama Mama ke Rumah Sakit" dia berbicara dengan semangat "mereka bawa mainan sama makanan banyak banget, aku suka"

Marhen gemas sekali. Kalau diingat, Marhen belum sekalipun bertemu orang berhati malaikat yang membantu adik dan Mamanya saat kecelakaan itu terjadi. Marhen bahkan baru dengar kalau pria itu datang menjenguk sampai repot-repot membawakan buah tangan untuk orang asing.

"Kamu udah bilang makasih?"

Vino merengut "ya udah dong!!" adiknya mencebikkan bibirnya "aku juga udah sempet peluk sama kenalan juga"

Marhen menaikkan alisnya, "oya? Siapa namanya?"

"Bang Percy sama Kak Kathrine"

Marhen membeku lalu mengeluarkan handphonenya, mengacak-acak galeri foto "Kak Katherine itu yang ini bukan, dek?"

Kwangya High [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang