"Bangun anak sialan!" Teriakan keras dan tepukan kuat di lengannya, mengagetkan Reana.
"Bangun! Jangan cuma tidur melulu!" Joana berteriak dengan suara keras.
"Bibi...." Reana mendesah lirih, mencoba menenangkan dirinya. Dibangunkan dengan suara teriakan dan pukulan, terasa sangat mengagetkan dan membuat jantungnya berdebar kencang.
Mata Reana mengarah ke arah jendela kecil gudang yang menampakkan suasana luar gudang yang masih temaram.
"Ada apa, bi?" Suara serak Reana terdengar.
"Bangun cepat! Hari ini kau punya banyak pekerjaan." Joana membanting kuat pintu gudang.
Reana menghela nafas panjang, merapikan kasur usang dan selimutnya sebelum keluar dari dalam gudang.
Masih gelap, jadi sebenarnya aku belum terlambat bangun.
"Hari ini bibi ada urusan, jadi kau bereskan cucian dan seterikaan." Joana menunjuk ke arah pakaian kotor yang menggunung di dalam ember besar.
"Baik, bi." Reana mengangguk, mengikat rambutnya, duduk di kursi kecil dan mulai mencuci. Reana sedikit menggigil ketika tangannya bersentuhan dengan air yang terasa sangat dingin. Tapi tidak ada pilihan baginya selain tetap mencuci dibandingkan menghadapi kemarahan bibinya.
*********
Tak
"Aduh...." Reana mengusap lengannya yang mendapat pukulan keras dari Joana.
"Lamban banget! Ini dulu yang kamu seterika! Bibi mau pakai!" Joana melempar beberapa lembar pakaian ke wajah Reana yang sedang sibuk menyetrika.
"Iya bi." Reana bergumam lirih, mendekap pakaian di dadanya. Reana menarik nafas panjang, menahan perih di dadanya saat melihat Joana memegang dua piring berisi nasi goreng dan membawanya ke ruang makan.
Reana menunduk, mengusap perutnya yang mulai terasa lapar. Sejak subuh, dirinya sudah mulai bekerja, dimulai dari mencuci setumpuk pakaian, menjemur cucian, membersihkan kamar mandi dan area menjemur, lalu mulai menyeterika tumpukan pakaian yang menggunung.
Sabar, nanti siang dapat makan kok dari kak Gilang.
Reana mulai menarik nafas panjang, menepuk dadanya, memberi dirinya semangat dan mulai melanjutkan menyeterika pakaian.
**********
"Pak...." Nadia membuka pintu ruangan Kevin.
"Ada apa?" Kevin mengangkat wajahnya dari layar laptop, menatap Nadia.
"Ada pak Mike." Nadia melebarkan pintu.
"Thanks, Nadia." Kevin mengangguk, memberi kode pada Nadia.
Nadia mempersilahkan Mike masuk ke dalam ruangan dan segera merapatkan pintu ruangan.
"Ternyata mendapat akses langsung itu memang beda rasanya." Mike menyeringai, melangkah mendekati meja kerja Kevin.
"Jadi jangan sia siakan kebaikan hatiku."
"Ck...." Mike berdecak, meletakkan amplop di atas meja. "Data terbaru."
"Cukup cepat." Kevin tersenyum puas, meraih amplop dan mengeluarkan isinya.
"Saat sudah ditemukan, semuanya akan jadi lebih mudah." Mike tersenyum.
"Really? Dia tidak punya ponsel?" Kevin mengangkat wajahnya, menatap Mike dengan tatapan tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Guardian (TAMAT)
RandomHidup seperti roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Seperti itulah hidup Reana Lovata. Walaupun pernah menjadi model anak anak yang cukup terkenal, hidup Reana berubah drastis setelah kematian kedua orang tuanya akibat kecelakaan mobi...