Chapter 1

1.5K 93 5
                                    

"Rea, istirahatlah sebentar. Setidaknya kau harus makan." Maya menepuk pundak Reana, dagunya diarahkan ke jam di dinding rumah makan tempat mereka bekerja, "Sudah lewat jam makan siang, biarkan aku dan Inka yang menghandle pekerjaan untuk sementara."

"Tapi saat ini, rumah makan sedang ramai ramainya." Reana tampak ragu, matanya melirik ke arah kursi dan meja yang nyaris terisi penuh. Rumah makan tempat Reana bekerja memang cukup ramai di saat jam makan siang dan jam malam. Selain karena lokasinya berada di dekat pasar dan kompleks pergudangan, harga makanan yang dijual juga relatif murah dan terjangkau untuk kantong pegawai. Hal ini jugalah yang menjadikan rumah makan tersebut menjadi salah satu tempat favorit para pegawai di daerah tersebut untuk membeli makanan.

"Kau akan merepotkan kami jika kau pingsan. Aku berani bertaruh, kau pasti tidak sarapan sejak pagi, kan?" Maya berdecak. "Wajahmu tampak pucat."

"Baiklah, aku akan istirahat sebentar." Reana mengangguk, berjalan ke arah belakang rumah makan, melepas apron yang digunakannya.

"Kau harus lebih memperhatikan kesehatan tubuhmu, Rea." Gilang, koki sekaligus pemilik rumah makan tersebut meletakkan dua piring berisi nasi goreng, menekan bel di atas meja, membiarkan Inka bergegas menaruh kedua piring tersebut di atas baki.

"Pesanan meja dua." Maya membaca catatan di kertas kecil yang tertempel di atas meja, sebelum kembali sibuk membuat minuman.

"Oke, ini pesanan dari meja 8." Inka meletakkan catatan pesanan di atas meja dan membawa baki berisi dua piring nasi goreng tersebut menuju ke meja dua.

"Makan siangmu." Gilang meletakkan piring di atas meja, tepat di samping Reana.

"Thanks, Kak." Reana tersenyum, menelan salivanya. Sejujurnya, Reana memang sangat kelaparan, perutnya hanya sempat terisi makanan dari kemarin malam. Reana hampir tidak pernah sarapan. Sehari hari, Reana hanya makan dua kali, siang dan malam. Itupun karena kemurahan hati Gilang, yang iba melihat kondisi Reana. Jika karyawan lain hanya mendapatkan jatah makan siang, maka Reana mendapatkan tambahan jatah makan malam. Awalnya Reana menolak karena merasa tidak enak dengan rekan kerja yang lain, namun lama kelamaan Reana akhirnya tidak pernah menolak dan justru merasa bersyukur karena semua rekan kerjanya sangat mengerti dengan kondisi yang dihadapinya.

"Makan dulu, baru lanjutkan pekerjaanmu. Ambil sendiri es teh mu." Gilang meraih catatan pesanan dari Maya dan mulai menyiapkan bahan.

Reana menghela nafas panjang, mengucap syukur sebelum mulai menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Setidaknya walaupun hidupnya sangat keras, Reana masih bersyukur bertemu dengan orang orang baik yang peduli padanya.

********

"Ini gaji kalian untuk minggu ini." Gilang membagikan amplop putih pada karyawannya yang memang tidak banyak.

"Thanks, kak." Gumaman ucapan terima kasih dan raut wajah cerah terlihat saat mereka menerima upah jerih payah mereka selama seminggu.

"Rea." Gilang menatap Reana. "Seperti biasa?"

"Iya, kak." Reana mengangguk. "Kalau kubawa pulang semua, sama saja bohong."

"Nominal yang sama?" Gilang menghela nafas, membuka amplop, mengeluarkan sejumlah uang dari dalamnya.

"Seperti biasa saja, kak." Reana mengangguk.

"Oke." Gilang menyodorkan amplop pada Reana. "Totalnya kau ingat kan? Nanti besok pagi kita crosscheck bersama."

"Aku percaya pada kakak."

"Jangan mudah percaya pada orang, Rea. Uang juga termasuk hal yang mudah menimbulkan salah paham. Jadi aku lebih suka crosscheck, biar sama sama enak." Gilang menepuk pundak Reana.

My Secret Guardian (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang