Chapter 15

777 79 14
                                    

Reana membuka pintu kamar mandi, langkah kakinya terhenti saat ia melihat Kevin sedang duduk bersandar di single sofa, menatap tajam dirinya.

Reana menaikkan alisnya, menatap Kevin yang mengulum senyum samar. Reana memilih mengabaikan Kevin dan berjalan menuju ke arah meja rias, meraih sisir dan mulai menyisir rambutnya yang setengah basah, membuat tetesan air jatuh mengenai wajahnya.

"Vin..." Reana mendesah lirih saat Kevin bangkit dari sofa, mengambil alih sisir yang dipegangnya dan mulai menyisir lembut rambut Reana.

"Let me do it for you." Kevin meraih hair dryer dan mulai mengeringkan rambut Reana. "Bagaimana dengan acara kumpul kumpulnya? Did you enjoy it?"

"Yes, I did. Semuanya sangat baik padaku." Reana mengangguk, menatap pantulan Kevin di cermin. "Terutama kedua orang tuamu. Kupikir mereka akan mewawancaraiku atau malah menolakku."

"Daddy dan mommy tidak mungkin menolakmu, apalagi saat mereka tau bagaimana usahaku untuk menemukanmu." Kevin mematikan hair dryer dan meletakkannya di atas meja rias, menyisir pelan rambut Reana. "Lalu bagaimana dengan keluargaku yang lain?"

"Semuanya baik, terutama pria berwajah cantik itu." Reana tertawa pelan, mengingat interaksinya dengan Jason.

"Jessi...." Kevin mengangguk. "Dia seperti orang tua kedua buat semua anak anak di keluarga besar kami. Jessi mungkin kadang terlalu cerewet, sedikit judes, tapi...."

"Dia baik." Reana memotong kalimat Kevin, tertawa pelan, mengambil alih sisir dari tangan Kevin. "Kalian sangat beruntung, memiliki keluarga besar yang sangat kompak dan solid."

"Saat ini dirimu juga sudah menjadi bagian dari keluarga besar Maxwell dan Ramiro, hanya tinggal satu langkah saja, menunggu peresmiannya saja, kan?" Kevin tertawa kecil, meraih tangan mungil Reana, membawanya ke arah ranjang besar.

"Duduklah..." Kevin memberi kode pada Reana agar duduk di sisinya, di tepi ranjang.

"Ada apa?" Reana menatap wajah Kevin yang tampak serius, berbeda dengan kebiasaan Kevin yang selalu menunjukkan wajah tengil dan kurang ajarnya, terutama jika mereka sedang berdua saja. 

"Apa yang kau ingat tentang kecelakaan kedua orang tuamu?" Kevin menatap lembut Reana.

Hening

"Sorry, Rea." Kevin menghela nafas panjang, "Jika kau tidak ingin bercerita, forget it."

"Kenapa? Untuk apa?" Reana mencicit lirih. "Semuanya sudah berlalu dan saat ini hanya menjadi kenangan menyedihkan untukku."

"Entahlah, mungkin karena aku hanya ingin tau, apa yang sudah terjadi padamu, tentu saja dengan versimu." Kevin bersandar di headboard, menarik tubuh mungil Reana agar bersandar di dada kekarnya. "Tapi kau tidak perlu bercerita jika kau tidak mau."

"Aku masih terlalu kecil saat itu. Segalanya tidak terlalu jelas dalam ingatanku." Reana mendesah pelan, merapatkan diri dalam pelukan posesif Kevin.

"I know, waktu itu kau masih di ES kan?" 

"Iya...."

"Kau masih ingat apa yang terjadi?" Kevin mengeratkan pelukannya di tubuh Reana, menghirup aroma sabun mandi milik Reana yang sekarang menjadi candu bagi Kevin.

"Aku hanya ingat, kami berkendara di jalan bebas hambatan, sebelum papa mengatakan ada yang salah dengan mobilnya."

"Really?" Kevin meraih dagu Reana, membawanya mendongak, menatap dirinya.

"Sejujurnya aku tidak terlalu ingat, apakah ada yang salah dengan mobilnya atau mobilnya yang memang tidak bisa dikendalikan." Reana menatap manik mata coklat milik Kevin sebelum mengalihkan pandangannya ke arah jendela penthouse.

My Secret Guardian (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang