Reana menatap langit langit kamar yang saat ini dia tempati. Satu malam ia habiskan tanpa bisa memejamkan matanya. Rasa kantuknya tiba tiba menghilang karena sederetan kejadian mengagetkan yang tiba tiba menimpanya.
Setelah dibawa paksa oleh Trevor dan menempuh perjalanan panjang dalam kegelapan malam, yang dirinya sendiri tidak tau ke mana arah tujuan mereka, mereka akhirnya tiba di depan sebuah mansion besar dan mewah.
Trevor tidak mengatakan apapun selain memberi kode pada para pengawalnya yang langsung menyeret paksa Reana turun dari mobil, masuk ke dalam mansion, dan menyusuri lorong lorong mansion yang terasa suram karena kurangnya pencahayaan.
Reana pun berakhir di sebuah kamar berukuran kecil. Kamar itu hanya dilengkapi satu ranjang, satu set meja dan kursi serta satu kamar mandi kecil.
Saat Reana memeriksa jendela, ia harus kembali menelan kekecewaan. Selain pintu kamar yang terkunci dari luar, ternyata semua jendela juga terpasang teralis besi, sehingga nyaris tidak memungkinkan bagi Reana untuk melarikan diri karena semua celah sudah tertutup.
Reana duduk bersandar di ranjang, menatap ke arah jendela yang menampakkan matahari yang muncul perlahan dari balik peraduannya.
Reana menatap ke arah pintu, saat mendengar suara kunci terputar dan pintu dibuka. Seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan masuk dan meletakkan tumpukan kain di atas meja.
"Mandi dan berpakaianlah." Miranda berbicara dengan nada tegas.
"Pakaian ini?" Reana meraih pakaian tersebut dan menatap Miranda, meminta penjelasan saat melihat pakaian yang dibawakan oleh Miranda adalah setelan pakaian maid berwarna hitam putih, mirip dengan seragam yang dikenakan oleh Miranda.
"Aku tidak tau apa masalahmu ataupun apa yang sudah terjadi antara dirimu dan tuan Trevor, Reana." Miranda menjawab tenang. Ketenangan yang justru terasa sedikit menakutkan bagi Reana. "Tapi satu hal yang harus kau ketahui, tuan Trevor memintaku melatihmu menjadi maid di mansion ini."
"Maid?"
"Setidaknya maid lebih baik dibanding menjadi wanita penghibur, bukan?"
"Apa?" Reana tercengang, butuh waktu bagi dirinya untuk mencerna kalimat dari Miranda.
"Mandi dan berpakaianlah. Kau hanya punya waktu lima belas menit. Setelah itu, temui aku di ujung koridor. Dan satu lagi, aku tidak mentolerir keterlambatan, apapun alasannya." Miranda menjawab datar, melangkah keluar dari dalam kamar, tidak lupa merapatkan pintu kamar.
Reana mengerang frustasi, menghentakkan kakinya sebelum meraih kasar seragam maid dan masuk ke dalam kamar mandi.
**********
Reana tersenyum, menyendokkan makanan masuk ke dalam mulutnya.
Not bad
Saat ini Reana sedang berada di dapur belakang mansion, menghabiskan menu makan siangnya.
"Makan dengan cepat, karena masih ada banyak pekerjaan yang menunggumu." Miranda bergumam datar. "Temui aku di halaman belakang."
Reana hanya mengangguk sekilas dan melanjutkan makan dengan lahap. Selama ia tinggal dengan paman dan bibinya, Reana tidak pernah menikmati sarapan sejak dirinya lulus dari sekolah dasar. Namun di mansion ini, setelah dirinya mandi dan berganti pakaian, Miranda menyuruhnya sarapan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Walaupun menu sarapannya hanya beberapa lembar roti bakar, tapi bagi Reana itu adalah berkah dan terasa sangat nikmat. Pekerjaan yang dikerjakan Reana dari pagi hingga siang juga tidak berat, hanya membantu bagian dapur menyiapkan bahan masakan.
Mungkin melanjutkan hidup di mansion ini bukan pilihan buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Guardian (TAMAT)
RandomHidup seperti roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Seperti itulah hidup Reana Lovata. Walaupun pernah menjadi model anak anak yang cukup terkenal, hidup Reana berubah drastis setelah kematian kedua orang tuanya akibat kecelakaan mobi...