"Mulai sekarang, kamu adalah Mamanya Maryam." Ucapan Ghaazi membuat jantung Nadhira berdegup kencang. Nadhira tidak pernah menyangka ia akan menikah dengan seorang duda yang memiliki anak.
"I-iya, Mas." Nadhira dibuat gugup karena ini pertama kalinya ia berduaan dengan seorang pria dan kini pria itu sudah berstatus sebagai suaminya. Apakah artinya ia akan melakukan ibadah mulai malam ini hingga seterusnya? Ah, Nadhira tidak pernah membayangkannya.
Wanita itu berdiri di depan cermin, menyaksikan busana yang masih melekat ditubuhnya selama setengah hari. Netranya menatap punggung Ghaazi dari pantulan cermin. Dengan ragu, pelan-pelan ia melepaskan jilbab yang ia kenakan. Sayangnya, saat hendak berhasil membuka kerudung pengantinnya yang sederhana itu, Ghaazi menghentikan pergerakan istrinya.
"Kamu gak perlu melakukan apa-apa."
Nadhira menatap Ghaazi dengan heran melalui pantulan cermin. "Maksudnya?"
Ghaazi berbalik dan membalas menatap mata Nadhira dengan tatapan dingin. Ia tidak pernah menyukai mata itu. "Kamu gak perlu melakukan kewajibanmu sebagai seorang istri. Kamu gak perlu memperlihatkan auratmu sama saya. Saya menikah sama kamu, karna saya butuh kamu jadi Ibu dari Maryam. Karna anak saya sangat menyukaimu."
Dengan perasaan yang sudah diinjak-injak, Nadhira memasang kerudungnya dengan asal. Ia memang bodoh. Dari awal, Ghaazi memang menikahinya karena Maryam, kan? Bukan karena ingin melakukan ibadah ini.
"Kalau gitu... ceraikan aku, Mas," ujar Nadhira dengan suara yang tercekat. Yaa Allah, belum genap 24 jam pernikahannya, ia harus merasakan menjadi janda.
"Gak."
"Kenapa? Saya bisa jadi babysitter Maryam. Bapak gak perlu menikahi saya. Dari awal kan, saya emang babysitter sekaligus guru privatenya Maryam."
"Tapi kamu selalu menolak Maryam untuk bermalam disini," timpal Ghaazi dengan suara tegasnya.
"I-itu ka-karena..."
"Karena prinsip yang kamu pegang itu kan? Makanya saya nikahi kamu supaya Maryam bisa ketemu kamu sampai dia bosan."
Perasaan Nadhira dibuat tidak karuan. Sakit, sedih, marah, dan kecewa. Itu yang ia rasakan kali ini. Seharusnya, ia tidak perlu merasakan itu jika tidak jatuh hati pada suaminya. Namun, akad yang diucapkan Ghaazi berhasil menggetarkan hatinya.
"Bersikaplah seperti istri di depan keluarga saya dan keluargamu. Kamu tidak perlu khawatir dengan biaya rumah sakit Ayahmu dan biaya sekolah adikmu selama kamu menjadi Ibunya Maryam. Kamu cuma harus fokus sama skripsi dan Maryam."
"Anggap saja itu bayaran yang kamu terima selama menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak saya."
Ghaazi beranjak dari kamar yang mewah dan terkesan elegan itu.
"Kamar kamu disini. Saya akan tidur di kamar sebelah."
"Oiya satu lagi, kamu gak boleh masuk dikamar saya tanpa seijin saya. Apapun alasannya. Pernikahan ini hanya sebatas status. Tidak lebih dan tidak akan melibatkan perasaan satu sama lain."
Setelah mengakhiri percakapan keduanya, Ghaazi mengakhirinya dengan suara pintu tertutup. Bersamaan dengan itu, air mata Nadhira yang tidak lagi tertahan pun keluar dengan mulus tanpa malu. Tubuh Nadhira melemas. Malam pertamanya berakhir dengan pernyataan bahwa dirinya hanyalah menjadi babysitter untuk Ghaazi nikahi. Takkan ada sakinah dalam rumah tangganya. Sekalipun, Nadhira berlutut pada suaminya.
_______
To be Continued.
Fyi, Prolog ini sudah menggambarkan semi konflik dari cerita ini. Jadi siapkan mental untuk membacanya.
Tapi tenang aja. Diawal-awal, readers akan disuguhi dengan kesibukan Nadhira sebagai mahasiswa akhir, aktivis dakwah dan guru private.
Insyaa Allah masih aman aman aja.
See You Next Chapter
Al-Qur'an tetap menjadi Bacaan Utama
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Untuk Maryam [END]
RomancePLAGIAT MENJAUH❗ (Proses Terbit) ―Menikah bukan hanya menyatukan dua kepala dan dua raga dalam satu atap. Ada banyak perencanaan yang perlu dipersiapkan. Seperti halnya sebuah proposal penelitian. Ada banyak Bab yang mesti dipahami untuk memecahkan...