20. Psikiater

3.7K 355 23
                                    

Aziel berjalan memasuki salah satu ruangan dirumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aziel berjalan memasuki salah satu ruangan dirumah sakit. Hari ini jadwal Ibu nya untuk konsultasi, sekaligus dirinya. Saat ini Ibu nya sedang ditangani salah satu suster yang biasa membantu sang Ibu konsultasi.

Baru saja masuk didalam ruangan, Aziel sudah disambut oleh dokter yang biasanya menangani dirinya. Hal itu membuat Aziel yang tadi nya takut dan ragu kini rasa takut dan ragu nya hilang.

"Hallo Aziel, apa kabar?" Tanya Dokter bernama tag Rejan itu.

"Hallo juga Dokter Rejan! El baik kok." Jawab Aziel dengan nada yang terdengar senang.

Hal itu membuat Dokter Rejan tersenyum manis. Dokter Rejan menuntun Aziel untuk duduk dibankar yang sudah ada, ia melirik kearah Aziel yang sedaritadi tidak berhenti nya tersenyum.

"Ada perubahan?" Tanya Dokter Rejan, ia meraih kursi dan duduk berhadapan dengan Aziel.

"Kayaknya iya deh, El kadang ngelakuin hal-hal yang menurut El menyenangkan." Jawab Aziel dengan sedikit antusias.

"Syukur lah, saya harap kamu bisa sembuh. Pasti ada hal lain yang bikin kamu mau melakukan itu bukan?"

Sejenak Aziel tampak berpikir, pikiran nya tertuju pada Candra. Namun tidak lama pintu ruangan terbuka menampakan seorang suster yang memanggil nama Aziel dengan panik.

"Bu Maryam kambuh lagi Dek Ziel!"

Aziel yang mendengar itu lantas dengan cepat turun dari bankar dan berlari keruangan sang Ibu. Baru saja membuka pintu, Aziel sudah disuguhkan pemandangan sang Ibu yang sedang memegang pisau.

"Mama!" Aziel berjalan mendekat dengan pelan agar tidak membuat sang Ibu panik.

"Mama, pisau nya letakin yah? Itu bahaya, nanti Mama luka." Ucap Aziel dengan tutur kata yang begitu lembut.

"Luka? Darah?" Tanya Ibu Aziel, menatap sang anak dengan linglung.

"Iya luka, kalau Mama luka otomatis bakal berdarah." Aziel meraih pisau yang ada ditangan sang Ibu.

Namun kesialan apa yang menimpanya, sengaja atau tidak. Sang Ibu menggoreskan pisau tersebut kebagian lengan Aziel, tidak terlalu dalam tapi luka nya cukup panjang.

"Shhhhh." Aziel meringis pelan.

Darah yang keluar dari tangan nya yang terluka membuat sang Ibu panik, hal itu juga membuat Aziel panik. Ia ingin memeluk sang Ibu, tapi sebuah tangan lebih dulu menarik nya.

"Ibu lo biar suster sini yang ngurus."

Suara itu, Aziel kenal suara itu. Ia menoleh kebelakang, mendapati Candra yang menatap teduh ke arah nya. Mengapa Candra bisa ada disini? Pikir Aziel.

"Kakak kenapa ada disini?" Tanya Aziel saat Candra membawa nya menjauh dari ruangan.

"Secret." Jawab Candra, ia mengecup singkat bibir Aziel.

"Ayo gue obatin dulu luka lo." Candra menggandeng tangan Aziel, membawa nya kesebuah ruangan yang ada disana.

Kenapa Candra bisa masuk ruangan sesukanya? Apa mungkin ia pemilik rumah sakit ini? Tapi rasanya agak tidak mungkin. Entahlah, Aziel malas memikirkan nya.

Ia duduk diatas bankar dengan anteng, me memperhatikan Candra yang mengobati tangan nya dengan teletan. Candra itu tampan, pasti nya. Dia juga anak orang kaya, wakil ketua osis yang sangat digemari se seantero sekolah.

"Kenapa bengong?" Tanya Candra setelah selesai mengobati tangan Aziel.

"Kak, gimana kalau seandainya nanti kita bakal udahan? Kenapa kakak-" 

"Stuttt," Candra meletakan telunjuk nya pada bibir Aziel, melarang Aziel melanjutkan ucapan nya.

"Kenapa ngomong gitu, hm? Kita gak bakal udahan El, gue gak akan ninggalin lo. Dan sebalik nya, gue harap lo gak bakal ninggalin gue." Ucap Candra tersenyum, mengecup dahi Aziel.

'Kita gak tau takdir Kak.'  Ucap Aziel dalam hati.

"Sini peluk, kangen banget gue." Candra memeluk tubuh Aziel dan dibalas oleh sang empu. Candra terkekeh pelan saat Aziel mendusel dileher nya.

"Kenapa kemarin langsung pergi?" Tanya Candra memberanikan diri.

Aziel hanya menggelengkan kepalanya, yang mana lagi-lagi membuat Candra terkekeh kecil. Lucu sekali! Andai saja mereka bukan lagi dirumah sakit, dipastikan Candra sudah menerkam Aziel.

"Jangan ngejauh yah? Kita hadapin masalah nya sama-sama."

Aziel bangun, merasakan sebuah tangan yang memeluk nya erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aziel bangun, merasakan sebuah tangan yang memeluk nya erat. Ia lantas membuka mata, panik saat mendapati dirinya tidak lagi dirumah sakit.

"Mama!" Ucap Aziel sedikit berteriak.

"Mama kamu nginep di rs kata Dokter Rejan." Ucap Candra dengan suara yang serak khas orang bangun tidur.

"Terus kenapa kakak bawa El pulang?" Tanya Aziel dengan nada yang marah.

"Mama kamu ada yang jangain sayang."

"Tapi El juga pengen jagain Mama." Ucap Aziel, ia menatap Candra dengan sinis yang mana terlihat menggemaskan dimata Candra.

"Ada yang bangun." Ucap Candra.

"Apa yang bangun?" Tanya Aziel bingung.

"Dibagian bawah." Candra mengarahkan tangan Aziel kepada sesuatu dibawah sana.

"Jatah gue hari ini full ronde!"

"GAK MAU!"

Sebenarnya, diri ku tidak bisa membuat konflik🥲 tapi gkpp, ttp lanjut walaupun alur agak kacau😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya, diri ku tidak bisa membuat konflik🥲 tapi gkpp, ttp lanjut walaupun alur agak kacau😭

Jangan lupa VOTE! VOTE NYA KURANG 100 AING GK UP LAGI😍

Jgn lupa spam komen, yg ktanya nungguin up harus spam komen. SPAM! MAKSA

SEKIAN TERIMA THR😍

Cinta Aziel untuk Candra [B×B | END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang