Chapter 8

434 21 5
                                    

Aldira menghela napas guna menstabilkan emosinya yg mulai menjalar, karna jika dia menonjok muka ketos bisa-bisa di DO dari sekolah. Ia membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. "Apa?" Tanyanya.

"Aku harus ngomong santai?" Tanya Fildan karna terakhir kali mereka ngobrol Aldira menyuruh Fildan untuk tidak alus.

"Serah." Aldira memutar bola matanya malas.

"Jangan di sini, ke luar aja."

"Di sini aja, gw males."

Fildan menghela napas, ia harus sabar menghadapi manusia satu ini.

"Gw punya tawaran buat lo." Aldira menaikan sebelah alisnya.

"Lo mau gak masuk OSIS? OSIS butuh orang yang bisa buat siswa nakal takut. Selain itu prestasi lo juga banyak, jadi bisa bantu kembangin OSIS." Seisi kelas tentu saja kaget mendengarnya, karna tidak sembarang orang bisa jadi osis di SMA ini, anggota osis tidak mencalonkan diri melainkan di pilih langsung oleh pihak sekolah, maka dari itu OSIS di SMA Kastela jumlahnya sedikit. Aldira juga sedikit kaget tapi dia menstabilkat raut wajahnya.

"Norren?"

"Nanti osis yang di takuti jadi berdua sama Norren".

"Sebenernya gw ngajak dia ke osis itu biar gw bisa mantau bisa dengan mudah mantai dia." batin Fildan.

Aldira memasang wajah berpikir lalu melirik Fildan. "Gw gak sesempurna yang lo kira, gw gak cocok jadi OSIS." ucap Aldira. "Gw juga gak tertarik jadi OSIS."

Semua orang di kelas tentu saja terkejut mendengar jawaban Aldira yang menolak penawaran masuk OSIS. Padahal jika kita masuk OSIS, kita akan mendapatkan nilai tambah dan mendapatkan hadiah bisa cuti sekolah selama satu minggu pertahun tapi nilai tugas tetap full.

Fildan mengernyit mendengar jawaban Aldira."Lo yakin?"

"Hm, selain itu gw juga tau ini cuma akal bulus lo biar bisa lebih mudah mantau gw kan? trus biar gw ke iket sama nama OSIS jadi susah bolos? ini juga suruhan wali kelas gw kan?" Baru kali ini Aldira bicara panjang lebar seperti ini.

Fildan terkejut karna Aldira bisa menebak semua itu dengan tepat. "Kok lo bisa tau?" tanya Fildan

Aldira membuka plastik loli lalu memakan loli nya. "Cenayang." jawab Aldira tak acuh.

"Lo-" ucapan Fildan terpotong oleh Aldira

"Sttt! pergi sana, gw mau tidur." usir Aldira.

Perempatan image muncul di kening Fildan, sungguh harga dirinya sebagai ketos dan kakel tidak ada jika di mata gadis satu ini.

•••••

Lonceng jam istirahat pertama berbunyi. Dari masuk sampai istirahat Aldira tertidur selama setengahnya. Ia menoopang dagunya menggunakan tangan sambil memerhatikan ke luar jendela. Lalu terdengar suara pintu kelas terbuka dan langkah kaki mendekat. Aldira melirik sekilas untuk melihat siapa yang datang.

"Eemm... Al itu... kamu laper gak? ke kantin bareng yuk." ucap Fini gugup karna biasanya tiap di ajak ke kantin Aldira selalu tidak mau.

Aldira masih memandang ke luar jendela dan tak menjawab atau pun melirik Fini. Ia berdiri dari tempat duduknya lalu melangkah pergi. meninggalkan Fini. "Ayo." ucap aldira.

Mendengar jawaban itu Fini kegirangan sampai loncat loncat, tapi saat melihat Aldira sudah tidak ada, Fini pun berlari menyusul. "Hey hey Al, tumben kamu mau aku aja. Oh gimana kalo di kantin nanti aku yang teraktir? kamu mau pesan apa pun juga gapapa, ak-"

"Berhentilah bersikap terlalu baik ke orang-orang." Potong Aldira lalu memperlebar langkahnya.

Mereka sudah sampai di kantin dan tengah memakan pesanan makanan mereka. Fini sedari tadi tidak berhenti mengoceh sementara Aldira sekarang dia diperhatikan orang-orang karna pergi ke kantin bersama Fini yang terkenal baik. Pikiran negatif mulai muncul di pikiran para pengunjung kantin. Bisikan bisikan sayton terdengar jelas di telinga Aldira, walaupun suara mereka pelan.

"Kok tunben Aldira sama Fini?"

"Apa Fini lagi di bully Aldira?"

"Apa Aldira maksa Fini buat nemanin dia karna gak punya teman dan mengancam bakal mukul dia kalau gak mau?"

"Apa Aldira ngajak Fini buat malak dia?"

Aldira tidak mempermasalahkannya ya karena memang sudah biasa dia di pandang jelek, apa lagi di rumah dan dia juga tidak peduli. Tapi yang membuat dia risih adalah karna dia di tatap oleh seluruh pengunjung kantin. Ia mengernyit kesal, tapi ahirnya ia memilih mengabaikanya, ia meneguk jus alpukat kesukaanya sambil membuka jam tangan berlayarnya yang ia rancang sendiri selama berbulan-bulan.

Aldira menyemburkan minuman yang ada di mulutnya kepinggir saat melihat pemberitahuan CCTV yang berada di tempat kumpul 3QOB. Ia merogoh sakunya lalu mengeluarkan uang berwarna merah dan menyimpannya di depan Fini, setelah itu ia segera berlari kencang.

"E-eh!? mau kemana Al? Al!" teriak Fini kebingungan.

Aldira berlari menuju ruang osis. Setelah sampai dia mengetuk pintu dulu lalu membuka pintunya. Terlihat di ruangan itu ada Fildan, Norren, dan anggota OSIS lainya. "Permisi."

"Ada perlu apa nona rubah?" suara itu berasal dari Fildan. Aldira mengacuhkannya dan berjalan ke arah Norren.

"Kenapa Al?" tanya Norren.

Aldira lalu berbisik di telinga Norren membuat semua orang yang ada di ruangan itu penasaran.

Norren melotot saat mendengar bisikan dari Aldira lalu segera berdiri. "Fildan, Tolong kasih tau guru kalo kami ada keperluan dan izin pulang duluan." Ucap Norren lalu menyambar jaket miliknya yang ada di meja dan segera berlari. Aldira ikut berlari sambil menghubungi Vionika tentang apa yang terjadi.

"Mereka temenan?" Tanya Fildan di dalam ruang OSIS.

"Iya." Jawab salah satu anggota OSIS.

ALRENKA (Aldira)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang