Chapter 61

197 11 0
                                    

Tujuh hari telah berlalu semenjak Aldira tertidur lelap di ranjang rumah sakit. Ya, dia koma.

Anniversary sekolah juga sudah berlangsung selama lima hari. Fini, Dion, dan beberapa orang yang mengenali Aldira juga berkunjung untuk menjenguk Aldira. Mereka tidak mengira jika orang Aldira yang 'senggol bacok' akan seperti ini.

Fildan, Vionika, dan Norren juga tiap hari berkunjung ke rumah sakit. Tapi yang membingungkan itu kenapa Fildan sering sekali menjenguk Aldira? Alaksa bahkan sempat kesal dengan itu. Bilangnya sih dia sekalian menjenguk ibu pengurus panti asuhannya yang sakit. Tapi siapa yang percaya dengan alasan bodoh itu?

Yah kenyataan Fildan juga tengah kebingungan untuk apa dia bolak-balik tiap hari menjenguk Aldira? Padahal saat ini pekerjaannya sedang menumpuk. Namun semenjak Aldira koma, ia merasa sekolah jadi sepi karena tidak ada lagi orang yang tiap hari harus ditegur.

Sedangkan Alaksa setiap hari, setiap jam, setiap menit, dan setiap detik selalu berada di samping Aldira, menunggu samg kakak bangun. Hari ini—hari jum'at pun ia tengah duduk di sofa di samping Aldira sambil bermain game di ponselnya untuk membuang rasa jenuhnya.

Tiba-tiba perhatiannya teralih saat melihat kelopak mata Aldira mengenyit. Padahal itu hanya gerakan kecil dan dia sedang fokus pada game tapi dia menyadarinya.

"Kak?" Alaksa kemudian segera mengembalikan game nya dan duduk di kursi di samping ranjang Aldira. Ia menatap wajah pucat kakaknya dengan intens.

Alaksa melihat bola mata di balik kelopak mata Aldira terlihat bergerak-gerak, jadi ia segera menekan tombol yang berfungsi untuk memanggil dokter atau suster.

Tidak perlu waktu lama, kemudian datang seorang suster yang masuk ke ruangan mereka dan langsung memeriksa keadaan Aldira.

Setelah beberapa saat, suster itu menghela nafas kemudian menoleh ke arah Alaksa. "Itu hanya respon kecil." ujar suster itu.

"Dia sebentar lagi siuman." raut wajah gugup Alaksa langsung berubah menjadi senang.

Perhatikan kemudiannya langsung teralih saat mendengar lenguhan seseorang. Mereka menoleh ke arah Aldira dan melihat Aldira mengerutkan keningnya sebelum kemudian membuka matanya.

"Kak!" pekik Alaksa. Mereka segera mendekat ke arah Aldira dan suster langsung mengurus semuanya.

Setelah selesai, Aldira hanya menatap langit-langit dengan tatapan kosong, sedangkan Alaksa sudah memeluk Aldira dengan erat.

"Bangsat lo! Kirain bakal ninggalin gw!" ujarnya dengan suara gemetar yang di tahan.

Suster mencoba melepaskan Alaksa, mengingat Aldira baru saja siuman dan sepertinya kesadaran Aldira belum terkumpul sepenuhnya. Namun Akhirnya suster itu menghela nafas dan menyerah.

••••

Saat ini Norren, Vionika, dan Fildan sudah berada di ruang rawat Aldira, memperhatikan Aldira yang sedang makan. Entah sudah berapa banyak yang ia habiskan.

"Lapar ya gak makan seminggu?" tanya Fildan sambil tersenyum menawan dan mendapat dengusan ketus dari Aldira.

Vionika tertawa melihat interaksi pertama Aldira dan Fildan, ternyata tidak berubah. Ia sangat senang saat mendengar kabar Aldira siuman dan langsung melesat ke rumah sakit. Sedangkan Norren hanya terkekeh kecil. Tapi tidak bisa di pungkiri ia juga senang dan lega melihat Aldira sudah kembali.

Sedangkan Alaksa sedang berada di kamar mandi. Ia bilang ingin BAB padahal kenyataannya ia mau cuci muka karena tidak mau mereka melihat mata sembab nya. Padahal semuanya sudah tau itu.

"Oh ya Aldira, ramuan buat balikin gender nya udah ada loh." ujar Vionika sambil mengacungkan dua botol kecil cairan. "Dan ledakannya udah aku netralin jadi gak bakal meledak." lanjutnya.

ALRENKA (Aldira)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang