Chapter 59

162 7 0
                                    

Setelah melihat hasil tes darah, ternyata darah Alaksa dan Aldira cocok yakni golongan darah O.

Bisa di bilang Aldira beruntung karena golongan darah Aldira adalah O positif dan golongan darah Alaksa merupakan O negatif. Karena golongan darah O positif hanya mau menerima transfusi darah dari golongan darah O negatif dan O positif. Sedangkan golongan darah O negatif hanya menerima golongan darah O negatif.

Sejujurnya dokter sangat kagum karena Aldira dan Alaksa sama-sama memiliki golongan darah O. Karena golongan darah O merupakan golongan darah yang sangat lamgka dan berharga karena golongan darah ini adalah golongan darah universal, atau bisa memberikan transfusi darah ke semua jenis golongan darah. Apa lagi golongan darah O negatif. Golongan ini cukup langka di dunia ini.

Golongan darar O juga paling sulit terkena penyakit jantung, sehingga banyak yang mengatakan jika orang yang memiliki golongan darah O itu panjang umur, mungkin karena golongan darah ini paling kecil kemungkinan terkena penyakit jantung. Tapi anehnya Aldira malah memiliki banyak madalah kesehatan yang berhubungan dengan darah. Seperti Anemia dan Hemofilia.

••••

Setelah melakukan transfusi darah, Alaksa di surus rileks dan istirahat selama sekitar 10-15 menit. Ia berbaring di di kasur rumah sakit di samping tempat Aldira terbaring.

Ia sesekali menoleh ke arah Aldira yang masih menutup matanya, berharap Aldira segera sadar. Namun mendengar jika Aldira sudah melewati masa kritisnya membuatnya sedikit lega, tapi amarahnya masih tetap belum reda.

Norren dan Vionika saat ini sedang pergi keluar untuk mencari makanan sementara Fildan sudah pulang sekitar 30 menit yang lalu setelah saat Alaksa hendak melakukan donor darah.

Tiba-tiba terdengar ada orang yang mengetuk pintu dan seseorang yang memanggil nama Alaksa. "Iya?" jawab Alaksa.

Setelah itu pintu terbuka, menampilkan Fildan yang berdiri di sana dengan pakaian yang lebih santai, tidak memakai pakaian serba hitam lagi.

Fildan masuk ke dalam dan duduk di sofa di samping kasur Alaksa. "Ren sama Vio kemana?" tanya Fildan.

"Nyari makan keluar." Alaksa mengerutkan keningnya ke arah Fildan. "Kenapa lo ke sini lagi? Emangnya lo gak sibuk? Katanya lo ketos, dan dengar-dengar SMA lagi ada cara penting."

Fildan menyandarkan punggungnya pada kepala sofa sambil menyilangkan kakinya dan melipat tangannya di depan dada. "Sans aja, udah gw handle semua, udah selesai." mendengar jawaban Fildan, Alaksa hanya mengangguk saja.

"Btw kok bisa lo di terima donor darah?"

"Of course I can."

"Gimana cara lo dapet izin dari orang tua? bukanya kalian udah putus hubungan sama ortu kalian?"

Alaksa menyipitkan mata ke arah Fildan. "Kok lo bisa tau?" setahunya Aldira tidak mungkin menceritakan masalahnya pada orang lain kecuali Norren dan Vionika.

Fildan mengangkat alisnya dan membalas tatapan penuh teliti dari Alaksa kemudian ia kemudian terkekeh kecil. "Ternyata dia lumayan mirip dengan Aldira. Lucunya~"

Ia berdehem pelan untuk menetralkan ekspresinya menjadi kembali datar. "Bisalah." Alaksa tidak bisa tidak curiga pada laki-laki di sampingnya itu.

Alaksa menoleh ke arah Aldira yang masih terbaring dengan mata tertutup di kasur di sampingnya, kemudian ia menoleh kembali ke arah Fildan. "Dia itu sebenernya baik." ucap Alaksa tiba-tiba.

Fildan juga menatap Alaksa, kemudian mengangguk. "Gw tau kok." jawabnya.

"Gw benci dia karena selalu berdiri di depan gw sehingga gw gak bisa liat apa yang ada di depan." Alaksa menghela nafas berat. "Tapi dia tetep berdiri tegak." lanjutnya.

Fildan mendengarkan ucapan Alaksa sedang seksama, tanpa memotongnya, menjadi pendengar yang baik. "Gw gak suka sama lo karena deket-deket sama dia, tapi gw nitip dia ke lo ya? Siapa tau gw udah gak bisa-pokoknya jangan sampai lo buat dia lecet! atau tangan lo bakal gw potong!" ujar Alaksa tiba-tiba kesal. Ia tak tau kenapa ia mengatakan itu pada laki-laki di depannya, pasalnya laki-laki ini terlihat lemah. Tapi entah kenapa dia merasa jika laki-laki ini-Fildan bisa di percaya.

Setelah itu Vionika dan Norren datang dengan membawakan makanan. Mereka pun makan kecuali Fildan karena dia sudah makan tadi sebelum ke sini.

••••

"Alaksa mau kemana?" Vionika bertanya dengan khawatir saat Alaksa beranjak dari kasurnya.

"Gw pergi dulu sebentar, ada urusan."

"Tapi lo belum pulih."

"Udah 15 menit gw istirahat, jadi gw udah bisa bebas kan?" ujar Alaksa. "Titip Aldira."

Tanpa mendengarkan Vionika Alaksa kemudian beranjak pergi. namun Vionika menahan tangannya. "Gw ikut!" ujar Vionika dengan tatapan serius. Ia tau 'urusan' yang dimaksud oleh Alaksa.

Alaksa menatap Vionika dengan tatapan datar. "No." kemudian menarik tangannya dan pergi begitu saja.

Melihat Alaksa pergi, Vionika mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia kemudian ikut berjalan keluar mengikuti Alaksa.

Fildan menatap bingung mereka berdua sedangkan Norren duduk dengan tenang karena ia mengerti situasi saat ini.

•••

Alaksa, mengemudi dengan kecepatan tinggi menuju suatu tempat, di ikuti oleh Vionika di belakangnya.

Awalnya Alaksa melarang Vionika ikut, tapi karena Vionika memaksa dan melihat kemarahan Vionika ia pun menyetujuinya. Lagi pula walaupun tampangnya imut-imut manis, tapi dia itu iblis. Jangan pernah meremehkan orang yang pernah membuat Aldira dan Norren duduk berlutut sambil menunduk.

Ia masih teringat ucapannya yang berbicara dengan ekspresi wajah murka dan mengerikan. "Gw ikut! Gw bakal kasih dia racun yang menyiksa terus gw cabik-cabik tubuh, organ, dan otaknya sampe jadi potongan kecil dan gw kasih makan ke hiu di laut."

Mereka sampai di sebuah gedung terbengkalai. Alaksa turun dari motornya dan masuk, membuat Vionika mengikutinya.

Di dalam sana terdapat sekumpulan anak SMP yang sedang nongkrong sambil bercanda gurau dengan di temani rokok dan kopi.

Baru saja datang Alaksa langsung melempar helm yang dia bawa ke arah tembok di samping mereka sampai helm itu pecah berkeping-keping. Hal itu membuat mereka terkejut. "CEPAT BILANG APA DARI KALIAN ADA YANG BOCORIN IDENTITAS KAKAK GW!? KALO GAK NGAKU GW BUAT KALIAN SEMUA NYESEL!!"

Mereka menatap ngeri ke arah bos mereka. Semuanya berkeringat dingin, saling berbisik satu sama lain.

"JAWAB!!"

Akhirnya salah satu dari mereka maju. "Cepet bilang, apa ada yang bocorin soal kakaknya Aksa?" dia bertanya setenang mungkin. Tidak ada yang menjawab, semuanya saling melirik dan berbisik satu sama lain.

Tiba-tiba Vionika yang memang sudah mendengarkan semuanya dari balik tembok pun muncul. Ia sudah mengenakan masker. "Kalian masih ingat kan ucapan gw waktu itu? Cepet jujur kalo emang ada." ujar Vionika dengan tatapan serius, tidak seperti biasanya.

Mereka langsung ketakutan saat melihat Vionika, apa lagi orang-orang yang waktu itu ikut.

Vionika yang melihat itu tau jika walaupun ada pasti tidak akan ada yang jujur.

"Kalian liat ini? Satu goresan kecil aja kalian bakal langsung mati dalam hitungan menit." Ia mengacungkan sebuah pisau berlumuran racun berwarna ungu. "Lebih baik bilang gak ada kalo emang gk ada... Tapi kalo bohong, gw bakal bagiin semua racun ini ke kalian semua."

Semuanya langsung ribut, berdebat soal apakah ada tikus penghianat. Mereka ricuh bak pasar selama beberapa menit, Alaksa dan Vionika hanya memperhatikan mereka.

Setelah beberapa menit. "Cukup!!" ujar Alaksa dengan lantang.

"Oke, gw udah tau sekarang." sambutan Vionika.

MAAFIN YA KARENA MAKIN GAK KONDUSIF UP NYA😔🙏
POKOKNYA MAKASIH KARENA UDAH SABAR NUNGGU.

ALRENKA (Aldira)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang