"AGH!!!" Fini langsung terbangun dari tidurnya sambil memegangi lehernya dengan nafas terengah-engah, wajah pucat, dan keringat dingin.
"Fin! FINI!! Lo gapapa?" tanya Neva dengan ekspresi khawatir.
Fini mendongak, melihat Neva yang memasang ekspresi khawatir. "N-neva?!" Fini langsung memeluk Neva dengan erat sampai membuat sang empu sesak nafas.
"L-lepasin woy!... Gw gak bisa nafas..." namun Fini tidak mempedulikannya dan hanya menangis kencang, membuat Neva memilih membiarkannya.
"Lo kenapa sih? Lo minpi buruk ya sampe gini?" Fini hanya mengangguk.
Aldira yang duduk di samping sebelahnya mengambil segelas air yang berada di meja dan memberikannya kepada Neva agar di minum oleh Fini. "Nih minum dulu." ujar Neva sambil memberikan air tersebut.
Fini pun menerimanya dan meminumnya sampai tuntas. Ia kemudian kembali menatap ke arah Neva. "Neva masih hidup?" lalu menoleh ke arah Norren yang sedari tadi duduk di samping Aldira. "Norren juga?"
Keduanya bingung dengan pertanyaan Fini. "Ya iya lah, justru yang perlu di khawatirin di sini itu lo." jawab Neva.
Fini kemudian menundukkan pandangannya dan kembali memegangi lehernya. 'Berarti cuma mimpi? Untung cuma mimpi.' batinnya.
Fini kemudian mendongak dan menoleh ke arah Aldira, menatap Aldira dengan tajam. "Aldira janji jangan jadi psikopat ya!" ujarnya tiba-tiba, membuat mereka bertiga tambah bingung.
"Hah? Maksud lo?"
"Iyain aja!"
"Ya." akhirnya mereka melihat Fini bernafas lega.
Tiba-tiba ponsel mereka berdering, menandakan ada pesan masuk. Ternyata itu dari grup chat tour yang menyuruh mereka untuk berkumpul di depan villa, katanya akan melakukan tour.
"Lah males gw." keluh Aldira.
"Udahlah sana pergi." usir Norren.
Aldira memutar bola matanya, ia tau jika Norren tidak bisa ikut.
Di sisi lain Fini menatap ponselnya dengan keringat dingin. "Kenapa Fin? Ayo." ajak Neva karena Fini diam saja.
"I-ini mirip sama mimpi buruk yang aku alami." ujar Fini.
"Masa sih? Ah gak mungkin lah, itu cuma kebetulan. Ayo ah nanti kita di marahin." akhirnya Neva menarik tangan Fini.
Mereka bertiga berjalan menelusuri lorong Villa. Ini begitu mirip seperti di kejadian mimpi Fini sebelumnya. Lukisan, suasana, dan yang Aldira lakukan. Aldira juga berhenti untuk melihat salah satu lukisan sampai akhirnya kembali berjalan setelah Neva mengajaknya. Walaupun sedikit beda, karena di dalam mimpi Fini lah yang mengajak Aldira.
Selama mengelilingi villa besar tersebut, Aldira sama sekali tidak memperhatikan. Ia hanya sibuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Matanya menatap setiap wajah pekerja dan pembantu yang ada du villa ini.
Namun lamunannya buyar saat sebuah suara berat namun lembut menyapanya. "Al kok ngelamun?"
Aldira menoleh ke samping, ke arah sumber suara tersebut. Di sana berdiri Fildan yang menatapnya dengan senyum tipis. Aldira hanya menampilkan ekspresi datar kemudian membuang muka. Ia masih kesal dengan kelakuan orang ini kemarin.
Merasa tidak mendapatkan jawaban dari gadis di depannya, Fildan hanya terkekeh kecil melihat tingkah gadis di depannya yang entah kenapa menurutnya lucu.
"Lo masih marah sama gw?" tanya Fildan dengan nada sedikit mengejek.
"Siapa yang marah sama lo?" geramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRENKA (Aldira)
ActionAldira zaqua daino_seorang gadis cantik bersifat tak acuh, dingin, cuek, dan anti romantis, yg langganan ruang BK. walau bandel dia selalu menduduki juara 1 di kelasnya sekaligus penyumbang penghargaan terbanyak di sekolanya_SMA Kastela. Fildan brea...