Chapter 30

229 11 4
                                    

Aldira melajukan motornya membela jalanan menuju suatu tempat, sedangkan Alaksa hanya mengikuti Aldira dari belakang.

"Call Norren," perintah Aldira pada ponselnya yang terhubung dengan earphone yang ada di telinganya. Lalu secara otomatis ponselnya menghubungkan panggilan dengan Norren.

"Lo dimana?," ucap Aldira pada Norren yang berada di seberang telepon.

"Di mansion Vio, kenapa?"

"Gw kesana"

Lalu setelah itu Aldira menutup teleponnya dengan cara yang sama saat Aldira menelepon Norren.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua sampai di mansion Vionika. Mereka memarkirkan motor mereka dan masuk ke dalam mansion itu. Di sana sudah ada Vio dan Norren yang tengah bersantai di sofa.

"Buset...mau mudik lo pake bawa koper segala." baru saja masuk, Aldira sudah disambut oleh teriakan Vio.

"Gw numpang tinggal di sini dulu, ya? gak lama kok, cuma sampe gw nemu rumah yang cocok".

"Santai aja, mau selamanya juga gapapa." Ucap Vio dengan cengiran khas nya.

"Tapi gw gak bisa nemenin lo, bokap gw gak ngebolehin nginep".

"Gak perlu, lagian gw ada Alaksa..." sebelum melanjutkan ucapannya, Aldira menoleh kearah Norren, "Sama si Ren juga..." Aldira menunjuk Norren dengan dagunya, jangan lupa ekspresi tanpa dosanya.

Norren lalu mendongak dari laptopnya, dan menoleh ke arah Aldira."yaudah." Aldira hanga membalasnya dengan senyuman miring.

Suasana hening kembali menyelimuti mereka, sampai Alaksa memecah keheningan. "Kak, ini kemanain?...berat." Ucap Alaksa sambil kesusahan mengangkat kopernya.

"Oh? tuh di sana ada dua kamar, simpen di kamar aja". Vio menunjuk kearah sebuah ruangan yang terdapat dua pintu di sana.

"O-oke..." Suara Alaksa terdengar bergetar karena berusaha mengangkat kopernya yang berat.

"Bantuin dong"

"Biarin aja, mukanya lucu kaya lagi nahan berak." Ucap Norren sambil terkekeh.

"Iya loh~..cowo kok ngangkat gituan aja gak bisa sih~?" Ucap Vio dengan nada mengejek.

"Sekalian punya gw, ya?." Ucap Aldira sambil menyeringai.

"Cowo yang banyak cewenya harus kuat..." Ucap Vio lalu di sambung oleh Norren, "ganteng..." Lalu di sambung oleh Aldira, "dan baik." Lalu mereka bertiga menyeringai mengejek.

"Bangs*t." Umpat Alaksa, tapi dia tetap mengangkut kedua kopernya.

Setelah Alaksa pergi, Aldira ikut duduk di sofa bersama Norren dan Vio. Tapi kemudian Vio malah harus pergi.

"Eh, gw cabut dulu ya? bokap gw nyuruh pulang."

"Iya deh, di paling anak bapak." Ledek Norren dengan nada datar yang mendapat pelototan dari Vio.

"Eh, sebagai ganti gw mau nemenin lo di sini, gimana kalo kita ke club, kita main judi, lo bantuin gw, gw lagi butuh duit." Tanpa pikir panjang Aldira langsung menyetujuinya.
"Ayo aja sih, gw juga lagi butuh duit."

Hening sejenak, Aldira melihat jam tangan miliknya, lalu kembali berbicara, "Sekarang aja gimana? mumpung si Laksa lagi beresin koper, repot gw kalo ngajak tuh bocah."

"Yaudah ayo." Dengan itu mereka pun pergi tanpa sepengetahuan Alaksa.

Setelah berjalan sekitar 15 menit, Akhirnya mereka sampai di tujuan mereka, kebetulan tempatnya dekat dengan mansion Vionika, jadi tidak perlu naik motor, lagian mereka mau sambil menikmati suasana malam.

Sampai di club, Norren pergi terlebih dahulu dan mencari tempat duduk, sedangkan Aldira pergi ke Alfamart terdekat untuk membeli satu bungkus rokok. Sudah lama dia tidak merokok, bahkan bungkus rokok yang dulu sudah membusuk di tas sekolahnya, padahal isinya masih banyak.

Setelah selesai membeli rokok, Aldira berjalan memasuki club dan mengedarkan pandangannya mencari di mana letak sahabatnya. Tapi bukannya menemukan Norren, pandangannya malah jatuh ke seorang laki-laki yang tidak asing di matanya, laki-laki itu nampaknya sedang mabuk dan di kelilingi dua orang gadis cantik berpakaian seksi di kedua sisinya.

Aldira berjalan mendekati laki-laki yang dikenalnya sebagai Fildan itu. Dia berdiri di hadapan Fildan dengan senyum remeh di wajahnya. "Oh~.. lihat siapa ini?." Tercetak seringai di bibirnya, tapi nada bicaranya tetap datar. "Apa yang dilakukan seorang murid teladan seperti anda di sini..KE-TOS.." Ucap Aldira yang mengubah cara bicaranya menjadi formal.

Fildan mendongak, menatap Aldira dengan mata layu. Dia menyipitkan matanya sebelum berbicara. "Aldira, lo ngapain di sini malem-malem gini?." Aldira mengangkat sebelah alisnya, "Bukan urusan lo." Ekspresi wajah Aldira kembali datar, "lo suka mabuk?," Aldira tidak menjawabnya dan hanya memutar bola matanya.

Beberapa saat kemudian, cairan bening keluar dari pelupuk mata Fildan. Aldira mengernyit heran, sedangkan dua orang gadis yang berada di samping Fildan menatap tajam ke arah Aldira. Tanpa aba-aba, Fildan menarik tangan Aldira. Karena tidak ada persiapan, Aldira tidak bisa menahannya dan dia terjatuh di pangkuan Fildan. Dua gadis tadi menutup mulutnya karena terkejut, sedangkan Aldira mengernyitkan dahinya kesal.

Saat Aldira hendak mendorong Fildan untuk melepaskannya, tangannya dicengkeram kuat oleh Fildan. "Lepas bangs*t," Umpat Aldira. Lalu terdengar suara isakan tangis,"Al~..maaf~, maafin gw soal yang tadi....maaf....maaf....gw nyesel....maaf." Aldira hanya diam. rahangnya mengeras, menahan kesal."Lepas," ucap Aldira penuh penekanan.

"Ma-maaf...." saat Aldira mendorong tubuh fildan dengan kuat agar terlepas tiba-tiba Fildan malah menaikan wajahnya keatas mendekati wajah Aldira lalu mengecupnya bibir sekilah lalu kembali minta maaf sambil terisak.

Dua gadis tadi semakin terkejut. Mereka terlihat kesal, awalnya mereka berniat bangkit dan berniat menjambak rambut Aldira untuk menjauhkannya. Tapi niat mereka di urungkan saat merasakan aura mengintimidasi di sekitar Aldira, jadi mereka memilih untuk pergi saja.

"Sorry ya, Al__" Fildan menghentikan ucapanga saat melihat tatapan mengintimidasi dan merasakan aura mencekap dari Aldira."Lepas atau gw buat lo harus operasi wajah." Ucapan Aldira yg dingin dan penuh penekanan itu membuat bulu kuduk Fildan merinding lalu segera melepaskan cengkraman tangannya.

Aldira berdiri dan segera melenggang pergi tanpa mengatakan sepatah katapun, dia tengah menahan amarahnya mati matian untuk tidak meremukan wajah Fildan. jika bisa terlihat sepertinya sekeliling aldira penuh dengan aura hitam yg dapat membuat atmosper menipis, bahkan oksigen pun melarikan diri.

Norren yang sedang bermain kartu dengan beberapa orang pria dan wanita sambil meminum segelas win. Dia memperhatikan dari kejauhan dia juga terkejut dengan tindakan Fildan, tapi dia malah terkekeh geli. Norren melihat Aldira berjalan kearahnya dengan aura hitam di sekelilingnya. Dia memasang seringai mengejek saat Aldira sudah berdiri dihadapannya. "Aw... first kiss." Norren tertawa geli dengan ucapannya sendiri. Aldira hanya menanggapinya dengan tatapan datar, dia lalu duduk di samping Norren dan menyalakan salah satu rokoknya kemudian menghisapnya dalam-dalam lalu ikut bermain juga.


UDAH SAMPAI PROLOG AJA YA~
BEBERAPA KATA-KATANYA SEDIKIT DI UBAH, TAPI ALUR CERITANYA MASIH SAMA.

THANKS FOR READING, JANGAN LUPA VOTE YA, MAAF UP NYA TELAT HEHE😅🙏

ALRENKA (Aldira)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang