Chapter 58

158 6 0
                                    

"LAKSA!!!"

BRAAKK

"Ugh... perlahan-lahan matanya terbuka namun pandangannya kabur tapi sedikit demi sedikit semuanya mulai jelas.

Dia—Alaksa meringis kala merasakan kepalanya yang sakit dan sedikit berdarah sehingga darah itu mengucur ke dagunya.

Matanya berpaku pada pemandangan di depannya yang membuat seluruh tubuhnya membeku.

"Aldira!" terdengar suara teriakan Fildan yang langsung menghampiri Aldira yang tergeletak di tengah jalan beberapa meter dari tempat Fildan berdiri.

Ia segera berjongkok di samping Aldira dan membalikkan tubuh Aldira, memangku kepala Aldira. Matanya membola saat melihat kepala Aldira bercucuran darah sampai sebagai besar wajahnya menjadi berwarna merah. Darah nya mengucur ke lehernya sampai baju yang Aldira kenakan menjadi basah karena darah. Bahkan tangan Fildan juga penuh dengan darah.

"Al... Bangun Al." suara Fildan bergerak. Tiba-tiba muncul perasaan resah di dalam lubuk hatinya. Entah kenapa jantungnya berdetak kencang karena takut kehilangan.

Fildan menepuk lembut pipi Aldira. "Please..." lirihnya pelan. Ia kemudian memeriksa denyut jantung Aldira, ternyata masih berdetak walaupun lemah. Ia sedikit menghela nafas lega.

Sedangkan Alaksa menatap diam ke arah Aldira dan Fildan, ia kemudian menoleh ke arah mobil yang baru saja menabrak mereka—lebih tepatnya menabrak Aldira karena Alaksa berhasil di dorong oleh Aldira.

Ia melihat pengemudinya yang sedang berkomat-kamit sambil melihat ke arah mereka dari kaca spion. Alaksa membaca gerakan mulut orang itu untuk mengetahui apa yang dia katakan. "Sial! Malah dia yang ketabrak." itulah yang orang itu katakan.

Alaksa dengan susah payah bangkit, rahangnya mengetat karena marah. "BAJINGAN!!!" teriak Alaksa dengan keras dan langsung berlari menghampiri mobil itu.

Menyadari bahaya, orang itu langsung menanjab gasnya untuk kabur.

Alaksa berlari ke samping kemudian melemparkan sebuah batu seukuran kepalan tangan yang ia ambil sebelumnya. Ia melempar ke arah kaca mobil sampai kursi kemudi sekuat yang ia bisa sehingga batu itu berhasil memecahkan kacanya dan mengenai kepala orang tersebut dan sepertinya berdarah. "JANGAN KABUR ANJING!!!"

Walaupun sempat oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, orang itu berhasil mengendalikan mobilnya dan mempercepat lajunya dan sayangnya berhasil kabur.

Alaksa menghentakkan kakinya frustasi. "ARGHH!! FUCK!!!"

Kemudian ia berbalik dan menghampiri Fildan dan Aldira. Ia menatap wajah Fildan sejenak. "Kita harus ke rumah sakit. Letakin dia di punggung gw." ujar Alaksaa dengan nada datar sembari berjongkok membelakangi mereka.

Fildan menatap Alaksa, ia tau jika Alaksa juga terluka. "Biar gw aj—"

"Cepet." Fildan pun menurut dan meletakkan Aldira di punggung Alaksa sehingga Alaksa menggendong Aldira walaupun ukuran tubuhnya lebih kecil dari Aldira tapi sepertinya ia tidak kesusahan.

"Ada rumah sakit di deket sini. Kita harus cepet kalo engg—"

"Dia gak bakal kenapa-kenapa, jangan khawatir." potong Alaksa cepat, dengan nada dingin.

Fildan kesal mendengar nada tak acuh dari Alaksa. Ia menoleh dan hendak memarahi Alaksa, namun niatnya terhenti saat melihat tatapan kosong Alaksa. Seharusnya ia tau tidak mungkin Alaksa tidak peduli. Dia hanya berusaha positif thinking.

Mereka sampai di rumah sakit tepat waktu, Aldira langsung dimasukkan ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan darurat.

Fildan hanya duduk termenung di kursi di depat ruangan Aldira, sedangkan Alaksa sudah pergi entah kemana setelah Aldira di masukkan ke ruang UGD. Padahal seharusnya dia juga di rawat karena pelipisnya berdarah. Fildan baru saja mengabari Norren tentang Aldira, dan dia bilang akan segera ke sini.

ALRENKA (Aldira)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang