"Gusy kata guru ayo jalan-jalan keliling villa sama desa ini!" ujar Neva setelah medobrak pintu kamar villany dan teman satu kamarnya.
Ketiga gadis yang berada di dalam secara reflek menoleh ke arahnya. "Gw males." ujar gadis bermata abu-abu yang tetap fokus pada game di ponselnya.
"Katanya wajib ikut biar gak kesasar kalo jalan-jalan sendirian."
"Siapa juga yang mau main?" tembal gadis itu-Aldira tanpa mengalihkan pandangannya.
Sebuah decakan dan helaan nafas terdengar melihat betapa magernya temannya yang satu ini.
"Sana cepat." Norren yang kesal menarik kerah belakang baju Aldira dan melemparnya. Selain itu ia juga harus melakukannya sebagai waketos.
Untuk menuju titik kumpul mereka harus melewati lorong yang panjang dimana pintu-pintu kamar peserta yang kain berjejer di samping kanan, sedangkan di samping kiri dipenuhi dengan lukisan yang indah. Jumlah lukisannya sangatlah banyak entah sejak kapan tapi sepertinya mereka tidak menyadarinya saat awal kemari karena terlalu lelah dan ingin cepat sampai kamar.
Aldira memandangi setiap lukisan itu. Lukisan itu didominasi oleh lukisan pemandangan alam. Sebagai pecinta lukis melukis tentu saja ia sangat menyukainya, bahkan sekarang langkahnya terhenti saat melihat sebuah lukisan mawar putih dengan daun berwarna hijau arsenik yang begitu cerah dan indah. Selain itu di kelopak mawar tersebut juga terdapat cat merah yang sepertinya tidak sengaja tercoret. Sayang sekali bukan?
Lalu lamunannya buyar saat suara manis Fini terdengar di gendang telinganya. "Al? ayo cepetan, ibu udah nungguin."
"Ah ya." ujarnya pelan kemudian berjalan menyusul mereka bedua karena Norren tidak bisa ikut karena suatu hal.
Mereka melakukan tour mengelilingi villa yang begitu indah dan asri ini. Villa ini sangatlah besar, megah, dan indah walaupun sebagian besar terbuat dari kayu. Selain itu lukisan-lukisan dan tanaman hias yang ada di sini juga menambahkan kesan indah pada villa ini. Mereka seolah-olah sedang berada di dunia fantasi kerajaan.
"Pak, kayanya pemilik villa ini suka banget sama bunga mawar putih ya?" tanya Fildan kepada pemandu.
Pemandu yang sudah paruh baya itu kemudian tersenyum lembut bak malaikat. "Iya, beliau sangat menyukai mawar putih."
Tour pun berlanjut ke desa. Penduduk desa di sana sangatlah ramah dan baik. Semua murid terlihat menikmati perjalanan yang mampu menenangkan pikiran ini, namun tampaknya yang paling bergembira diantara semuanya adalah Fini. Ia sudah pergi mengikuti salah satu warga untuk ikut memanen buah-buahan dan sayur-sayuran yang ada di sana tapi tidak jauh dari rombongan.
Saking asyiknya memanen, ia tidak menyadari jika lingkungan sudah sepi. Ia menoleh ke belakang dan tidak menemukan rombongan dan guru-gurunya.
"Eh? Yang lain pada kemana?" tanya Fini dengan bingung pada petani.
"Tadi mereka pergi duluan. Gapapa non, lanjutin aja nanti saya antar ke villa." ujar pak petani tersebut.
"Oke deh!"
Tidak terasa sudah sekitar beberapa jam berlaku, dan sekarang Langi sudah hampir berwarna jingga. "Eh udah sore." ujar Fini resah karena takut orang-orang mengkhawatirkannya.
"Non mau pulang?" tawar pak petani.
"Iya pak, saya takut guru nyari saya." petani itu mengangguk sambil mengangkat sepeti tomat di tangannya.
"Kalo gitu saya akan antar nona kembali ke villa, tapi bisa tolong bantu bawa bawah itu ke tempat bapak gak? Soalnya tangan saya penuh. Itu buat saya makan nanti." pak petani itu menunjukkan sebuah keranjang berisi berbagai macam sayuran dan buah-buahan segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRENKA (Aldira)
AksiAldira zaqua daino_seorang gadis cantik bersifat tak acuh, dingin, cuek, dan anti romantis, yg langganan ruang BK. walau bandel dia selalu menduduki juara 1 di kelasnya sekaligus penyumbang penghargaan terbanyak di sekolanya_SMA Kastela. Fildan brea...