Chapter 14: Phenex (💠)

33 9 0
                                    

Ryota tiba-tiba berada di sebuah kastil yang didominasi serba merah dengan gradasi hitam di hadapannya dia melihat seorang pria berpakaian bangsawan yang wajahnya tertutup oleh topeng sambil memegang grimoire berwarna hitam dengan ornament emas yang berhiaskan kristal hitam pekat. Aura kegelapannya menguar di sekelilingnya hingga membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa. Seketika Ryota langsung terbangun dengan keringat dingin yang membasahi dahinya lalu dia melihat keluar jendela dan ternyata hari sudah pagi padahal dia masih mengantuk karena ada kelas tadi malam.

“Siapa orang yang memegang grimoire berwarna hitam itu dan kenapa grimoire itu mirip sekali dengan punyaku?” gumam Ryota sembari memijat kepalanya yang sedikit sakit

Apakah ini penglihatan yang aku dapat setelah mendapatkan kembali ingatanku serta membangkitkan forbidden grimoire Aincart Luné?

Akhirnya dia memutuskan untuk memakai pakaian casual dan pergi ke cafeteria untuk sarapan, sepertinya keinginannya untuk menjalani kehidupan yang normal pupus sudah. Karena cepat atau lambat musuh akan mengincar dirinya terutama grimoire yang bersemayam di tubuhnya.

Sesampainya di cafeteria, dia melihat Yuki sedang sarapan dengan Osafune bersaudara lalu dia memutuskan untuk ikut duduk bersama mereka.

“Selamat pagi, Ryota”

“Selamat pagi….” lirih Ryota sembari memijat kepalanya yang sakit

“Kak Ryota, wajahmu pucat sekali apakah kau baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja, Yuki. Jangan khawatir… mungkin aku hanya kurang istirahat karena belum terbiasa dengan suasana yang ada di Night Class

“Yah, bagi murid yang pertama kali mengikuti Night Class awalnya akan merasa kesulitan tapi lama-lama mereka akan terbiasa,” jelas Haruto sambil makan pasta carbonara-nya

“Kak Haruto, malam ini kita akan berburu karena kita sedang libur”

“Tentu saja, kita akan berburu di hutan Kumogahara. Ryota, Yuki bagaimana kabar dari paman Haima?” Tanya Kenshin

“Kalau papa… sepertinya dia sedang sibuk mencari beberapa informasi mengenai tentang para Malnomen. Padahal, kami ingin sekali membantunya karena selama ini dia sudah menjaga kami dari kecil”

Ryota hanya diam sambil menunduk lalu Sota memberikan croissant untuknya, sontak membuat pemuda itu tersadar dari lamunannya dan menatap ke arah salah satu dari Osafune bersaudara.

“Ryota, jangan hanya melamun saja. Ini sarapan untukmu, jika kau jatuh sakit yang ada nanti adik kesayanganmu ini bisa mengomeli kami.” Sota sambil mengulas senyuman yang begitu manis dengan aura yang cerah layaknya cahaya matahari

“Baik, Sota. Terima kasih, sudah memulihkan semangatku.” Ryota mengulas senyumannya setelah itu langsung memakan croissant pemberian Sota

Melihat kakaknya tersenyum membuat Yuki merasa bahagia, dia berharap senyuman kakaknya tidak akan pernah hilang dan selalu terukir selamanya. Selesai sarapan, mereka memutuskan untuk kembali ke asrama.

Di depan gerbang sekolah, Giou bersaudara sedang menunjukkan kartu pelajar mereka ke penjaga sekolah. Setelah itu, mereka langsung berkeliling di sekitar sekolah lalu semua murid pandangannya tertuju ke arah mereka.

“Sepertinya kita akan kesulitan untuk mencari asrama dari para Vampire itu?”

“Kurasa begitu, padahal kita ingin sekali bertemu dengan Ryota dan Yuki,” keluh Tatsumi sambil memasang puppy eyes-nya kepada Nagato yang tentu saja membuat mereka pasrah dengan tingkah Werewolf yang satu ini.

ᴀɪɴᴄᴀʀᴛ ʟᴜɴé: ᴛʜᴇ ꜰᴏʀʙɪᴅᴅᴇɴ ɢʀɪᴍᴏɪʀᴇ [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang