OC : dua belas

12.3K 1.3K 119
                                    

"Kamu fikir kamu doang yang merasa kehilangan? Kamu fikir kamu doang yang merasa di tinggalkan? Kamu fikir kamu doang yang merasa tersakiti? Sama, kita semua juga! Jadi, stop untuk egois dan stop bertingkah kayak gini zee!"

Baik shani dan gracia, secara kompak mengumpulkan chika dan juga zee di meja makan. Acara BBQan hari ini terpaksa mereka undur, lantaran ada hal yang lebih penting yang harus mereka urus sekarang ini. Setelah sekian lama, pada momen inilah mereka harus memperbaiki

"Mau sampai kapan kayak gini?" Tanya shani, membuat mereka menunduk.

"Gak ada yang mau jawab?" Tanya shani lagi, ketika tidak ada jawaban.

"Kalau di tanya jawab, jangan diam aja." Ucap gracia, ikut berbicara.

"Maaf ci." Ucap chika, ia tahu dirinya salah dan tidak seharusnya ia berteriak. Tapi sikap zee, membuatnya naik pitam melihat tingkah adiknya itu

"Zee?" Tanya shani, menoleh.

"Maaf." Ucap zee menunduk.

"Cici bingung harus gimana lagi, cici bingung harus gimana lagi buat bikin kita semua jadi satu lagi. Cici bingung." Lirih shani, ia sudah berusaha selama ini untuk menyatukan semua kembali.

Ketiga gadis itu sontak terdiam, ketika mendengar suara shani sekarang.

"Kalian gak capek harus diem-dieman kayak gini? Gak capek harus ngerasa asing di rumah sendiri? Ngerasa asing sama saudara sendiri? Kalian gak capek?"
Tanya shani, pada mereka.

"zee, cici tahu kamu marah karena angel pergi. tapi kamu juga harus tahu, bahwa kami semua sudah semaksimal mungkin buat nolongin angel. waktu itu, di tengah perjalanan kondisi angel semakin menurun dan sementara peralatan yang kami perlukan itu ada di rumah sakit.

kamu mungkin menganggap bahwa cici gak berusaha buat nyelametin angel. kamu salah zee, kamu fikir cici gak berjuang sekuat tenaga? gimana rasanya ketika  kamu seorang dokter, dan pasien itu adik kamu sendiri? itu bukan hal yang cici mau." lirih shani, pada mereka.

"CI SHANI KAN DOKTER, SEHARUSNYA DIA SELAMAT!"

shani masih ingat betul, ketika malam itu zee berteriak dan menyalahkan dirinya. dan sejak saat itu, shani juga merenungi dirinya sendiri. shani pun juga merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan adiknya, tapi ini semua bukan kemauan shani. dan keputusannya sudah bulat, bahwa ia mengundurkan diri dari dunia kedokteran, bahkan sampai sekarang ia trauma dengan kejadian itu. ia tidak bisa menyelamatkan adiknya.

"cici bukan mau membela diri zee, cici tau cici juga salah gak bisa nyelametin angel, tapi bukan berarti cici mau semua ini terjadi, kamu tau sejak kejadian itu cici trauma dengan dunia rumah sakit. menjadi dokter bukan kemauan cici lagi."

zee menunduk mendengar ucapan shani, bukan hanya zee tapi semuanya. zee seketika merasa bersalah karna selama ini ia selalu memojokan kakak-kakaknya.

zee berpikir dan terus menyalahkan shani dengan kepergian angel, karna waktu itu shani dan teman teman kesehatan yang menangani angel. tapi ia baru sadar, bahwa bukan hanya ia yang terluka, yang lain pun sama. ia egois selama ini.

"Ci ge juga mengundurkan diri dari kepolisian, chika juga mengundurkan diri dari organisasi di kampusnya. kenapa? karna kami semua merasa bersalah dengan kejadian itu, karna kami sadar kami terlalu sibuk dengan pekerjaan kami sehingga angel selalu merasa sendiri. kami terlalu sibuk dengan duniawi, sampai lupa dengan adik sendiri." ucap gracia

"udah cukup kami kehilangan dia, jangan buat kami kehilangan kamu juga zee."

Deg.

"udah 3 tahun kita kayak gini, sejak kepergian angel kita semua jadi jauh. kita semua terlalu fokus sama penyesalan masing-masing, dan menurut ku kita gak bisa selamanya harus asing kayak gini. kita adek kakak kan? dan aku yakin angel disana juga pasti sedih, ngeliat kakak kakaknya jadi renggang kayak gini." ucap chika, ia hanya ingin memperbaiki hubungan mereka yang sempat renggang.

ORIGAMI CHRISTY ✉  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang