OC : empat puluh satu

9.3K 1.4K 70
                                    

Cakra membuka matanya dan melihat Christian yang masih belum bangun. Ia kemudian mendekati Christian hendak membangunkan ayahnya itu sekarang.

"Ayah." Panggil Cakra.

"Ayah bangun." Panggil Cakra lagi.
Tapi Christian tetap tidak tergangggu.

Chika yang sejak tadi sudah bangun, melihat Cakra yang berusaha untuk membangunkan Christian merasa kasihan karna Christian sama sekali tidak bergeming sama sekali. Christian baru saja tidur pagi, jadi wajar saja jika Christian masih tidur dan mengantuk.

"Cakra." Panggil Chika, Cakra menoleh.

"Iyaa bunda?" Tanya Cakra, menoleh.

"Sini." Ucap Chika, memanggil Cakra.

Cakra yang merasa nyawanya sudah lumayan terkumpul, akhirnya bangkit dan menuju Chika yang memanggilnya

"Kenapa bunda?" Tanya Cakra.

"Gapapa, jangan di bangunin mas tiannya-"

"Mas tian?" Bingung Cakra.

"M-maksudnya ayah." Kikuk Chika.

"Ayah susah bangun bunda." Adu Cakra

"Iyaa, biarin. Cuci muka dulu gih. Mau di temenin?" Tawar Chika, tapi ia tidak yakin tubuhnya bisa diajak untuk jalan.

"Gak usah bunda, abang sendiri aja. Bunda kan sakit." Tolak Cakra memilih untuk pergi ke kamar mandi sendiri.

"Hati-hati licin." Ucap Chika.

Lucu sekali melihat anak laki-lakinya itu, cakra memiliki sifat pengertian seperti Christian. Bahkan menurut Chika, anak itu seperti sudah dewasa. Setelah selesai mencuci mukanya, Cakra segera kembali dan menghampiri Chika.

"Udah?" Tanya Chika.

"Udah bunda." Balas Cakra.

"Duduk sini, naiknya pelan-pelan." Ucap Chika, membantu memegangi Cakra

Cakra langsung memeluk tubuh Chika, saat dirinya sudah berhasil duduk di atas bangsal Chika. Chika pun turut membalas pelukan Cakra, kadang ia masih merasa tidak percaya kala ia dan Christian sudah menikah dan memiliki dua orang anak.

"Cakra umur berapa sih?" Tanya Chika.

"Enam tahun." Balas Cakra.

"Berarti kelas?" Tanya Chika.

"Abang TK besar bunda." Balas Cakra.

"Oh masih TK." Gumam Chika.

"Adek mana bunda?" Tanya Cakra.

"Adek di sana dong, eh tapi gak tau sih. Kata tante Acel adek mau kesini." Balas Chika, karna saat dokter visit datang ke sini ia dan bayinya di nyatan sudah boleh untuk pulang ke rumah hari ini.

"Mau main sama adek." Ucap Cakra.

"Boleh, nanti ya." Ucap Chika, seraya mengusap kepala Cakra yang masih betah untuk memeluk tubuh dirinya.

"Bunda?" Panggil Cakra, mendongak.

"Kenapa?" Tanya Chika.

"Bunda jangan bobo lama lagi ya. Abang sedih, kalau bunda bobo terus." Ucap Cakra, menatap harap pada Chika.

'Abang sedih kalau bunda bobo terus.'

Chika tiba-tiba terenyuh saat Cakra berkata seperti itu, apalagi saat manik polos anak itu menatapnya berharap.

"Emang kemarin bunda tidurnya lama ya? Maaf ya." Ucap Chika, terenyuh.

"Lama. Abang gak suka, soalnya gak ada yang temenin abang bobo lagi. Abang selalu bobo sama mas Daniel sama kak Kenzo. Ibun sama Mami selalu ajak Cakra bobo bareng, terus ayah bobo sini jagain bunda." Jelas Cakra, bercerita

ORIGAMI CHRISTY ✉  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang