-02. Anne's Birthday🦋

6.2K 630 24
                                    

Dianne ternyata tak main-main dengan perkataannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dianne ternyata tak main-main dengan perkataannya. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh lima, gadis itu benar-benar mengundang DJ favorite-nya untuk memeriahkan birthday party yang ia selenggarakan di sebuah hotel milik ayah-nya.

Jika bukan karena Dianne adalah sahabat dekatnya, Azalea benar-benar tak akan mau menghadiri party semacam ini. Memang tidak ada alkohol tapi musik yang berdentum menyakiti telinganya itu termasuk hal yang haram, dalam agama-nya.

Para tamu undangan tampak begitu menikmati acara, mereka berjoget sesuka hati. Azalea pusing sendiri melihat cewek-cewek yang menjerit tidak jelas hanya karena melihat dua laki-laki yang berdiri di atas panggung sana.

"Kamu gak ikutan, Nin?" tanya Azalea pada gadis di hadapannya. Sepertinya hanya mereka berdua yang tampak sama sekali tidak menikmati acara ini.

"Nggak ah, ntar konde-ku rusak."

"Kamu gak berat bawa konde segede gaban kesana-kemari?" Azalea meringis kecil melihat gumpalan rambut yang menempel di kepala Anin.

"Udah biasa."

Anindya Nasywa Maheswari Jayawisnuwardhani, sahabat Azalea yang satu ini merupakan asli Solo. Termasuk keturunan ningrat yang gaya hidupnya benar-benar ala-ala putri kerajaan. Selain itu, Anin juga merupakan seorang putri Solo yang sempat ikut dalam ajang Putri Indonesia mewakili provinsi-nya tahun lalu.

Anin cukup sibuk, dia sering menghadiri event-event yang membuatnya dituntut untuk menggunakan konde khas Solo di kepalanya. Maka dari itu, ketika sedang berkumpul dengan Azalea maupun Dianne, gadis itu lebih sering berpenampilan seperti sekarang ini. Kalau tidak pakai batik, dia akan menggunakan kebaya khas Solo. Anin dituntut menjaga sikap di mana pun ia berada, maka dari itu Azalea meng-klaim gadis itu adalah gadis paling sopan yang pernah ia temui.

"Kita pesen kamar aja gimana, Er? Aku gak betah loh, di sini. Lagi pula, orangtuaku sampe tau, bisa dimandiin kembang tujuh rupa aku." Anin berujar dengan aksen Jawa-nya yang cukup kental.

Azalea terkekeh kemudian menganggukkan kepalanya. Sudah hampir pukul sebelas, dia juga capek kalau harus mengendarai mobil sendiri. Apalagi, besok pagi dia harus masuk kerja. Beruntung dirinya memang selalu membawa beberapa set pakaian di mobil untuk jaga-jaga. Dulu, semasa koas, selain sering menginap di rumah sakit, Azalea selalu berhenti di hotel mana pun ketika ia sudah merasa tubuhnya tak sanggup lagi menempuh perjalanan menuju rumah. Jadilah dia terbiasa membawa pakaian cadangan di mobil.

"Kasih tau Anne dulu, nanti dia nyariin."

Anin mengangguk. Kedua gadis itu kemudian menerobos ke depan panggung sekali, yang mana Dianne berada di sana sedang jerit-jerit bersama teman-teman kampusnya.

"Anne!" teriak Azalea untuk menyaingi suara musik yang cukup keras, apalagi di posisi paling depan seperti ini. Anin saja sudah menutup telinganya sejak tadi.

"Eh? Kenapa, Er?" Dianne balas berteriak.

"Gue mau istirahat. Mau pesen kamar bareng Anin!"

"Ha? Apa? Gak kedengeran!"

ANANTAZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang