-08. Sisi Menyebalkan Ananta🦋

6.9K 770 312
                                        

Setelah pemakaman Haiya, Ananta pulang ke apartement-nya bersama Arjuna, sedangkan Azalea masih ia titipkan dulu di rumah orangtua gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pemakaman Haiya, Ananta pulang ke apartement-nya bersama Arjuna, sedangkan Azalea masih ia titipkan dulu di rumah orangtua gadis itu. Ananta harus menyelesaikan semuanya dulu sebelum ia benar-benar akan memulai hidup baru nantinya.

"Sabar, Ta. Inget terus omongan nyokap lo. Nyokap lo gak bakal seneng kalau lo sampe terpuruk. Lo harus ngelanjutin hidup, masa depan lo masih panjang. Inget, lo udah punya tanggungjawab baru sekarang." Arjuna menepuk bahu Ananta pelan, berusaha menguatkan sahabatnya tersebut. Bersama Ananta hampir sepuluh tahun lamanya membuat ia faham betul kalau apa yang Ananta hadapi sekarang benar-benar membuatnya terpukul.

"Gue gak cinta Jun, sama tuh cewek. Bisa-bisanya nyokap nyuruh gue nikah sama anak dari orang yang udah bikin gue kehilangan dia!" kedua tangan Ananta mengepal di masing-masing sisi tubuhnya. Rahang laki-laki itu mengeras tiap kali mengingat sosok Azalea. Istrinya tersebut memang wanita baik, keluarganya pun sama baiknya, tapi tidak mudah untuk Ananta menerima semua yang telah terjadi.

"Ta, dengan menyimpan dendam gak akan mengembalikan semuanya kayak dulu lagi, justru lo bakal lebih tersiksa sama dendam lo sendiri. Gue tau ini gak mudah, tapi coba buat ikhlasin semua yang udah terjadi. Gue yakin akan selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Belajar menerima Ta, lo harus berdamai sama keadaan. Lo gak tau apa yang bakal terjadi di masa mendatang, bisa jadi lo bakal dapetin kebahagiaan yang jauh lebih indah nantinya." kalau bukan dalam keadaan seperti ini, demi apapun Arjuna tak akan mau melontarkan kalimat-kalimat puitis semacam itu.

"Gimana, Jun? Gimana caranya gue bisa nerima dia? Gue gak tau. Gue takut bakal nyakitin dia nantinya."

Arjuna mengangguk faham, mengerti siapa 'dia' yang dimaksud Ananta. Arjuna tahu, pantang bagi Ananta untuk menyakiti seorang perempuan. Dia selalu berusaha menghormati mereka sebab Ananta selalu ingat kalau ibunya juga adalah seorang perempuan, dia selalu membayangkan bagaimana jika ibunya yang berada di posisi mereka yang ia sakiti. Ananta juga takut, kalau karma dari kejahatannya pada perempuan berimbas kepada Haiya. Ananta ingin ibunya dihargai, maka dia pun harus bisa menghargai orang lain.

"Ta, dengerin gue deh. Bukan cuma lo yang belum punya rasa apapun ke Erina, dia juga. Dia menerima lo dengan apa adanya lo yang sekarang. Dia tau sebentar lagi lo bakal miskin---" perkataan Arjuna terjeda tat kala Ananta menatapnya tajam. Ia terkekeh tanpa dosa. "Dengerin dulu!" tukasnya.

"Erina tau keuangan lo lagi kayak gimana sekarang. Kerjaan aja lo belum punya. Gaya hidupnya emang keliatan sederhana, tapi Erina itu keturunan konglomerat, Ta. Keluarganya punya power besar. Anggota keluarganya pada sukses-sukses gue liat. Tapi, lo liat gimana dia dengan ikhlas nerima lo yang kayak gini? Ada dia nuntut lo ini-itu? Istri lo tulus banget coy, gue aja iri banget sumpah! Padahal si Erina udah gue incer dari pas acara temennya. Rela gue pindah server kalau dapetnya dia---Awsh!" Arjuna meringis tat kala Ananta menendang kakinya kuat.

"Santuy aja kenapa sih! Gue gak bakal nikung, ya kecuali kalau si Erina udah jadi janda entar."

"Ngomong sekali lagi, gue libas mulut lo!" ancam Ananta dengan sendal rumahannya yang kini sudah berpindah ke tangan.

ANANTAZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang