-16. Deep Talk🦋

5.6K 644 20
                                    

Usai makan malam, Ananta dan Azalea memilih sofa di balkon kamar sebagai tempat bersantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai makan malam, Ananta dan Azalea memilih sofa di balkon kamar sebagai tempat bersantai. Keduanya duduk berdampingan tanpa ada sekat, bahkan lengan Ananta melingkari bahu Azalea, sedangkan perempuan itu menyandarkan kepala di dadanya.

"Kajuna apa kabar, Mas?" tanya Azalea sebab Ananta tadi sempat mengatakan bahwa ia mampir sebentar ke apartement Arjuna sebelum pulang.

"Baik. Katanya sekarang lagi ribet trainee DJ baru yang bakal jadi partner dia, gantiin aku." sebenarnya informasi ini ia dapatkan lewat chat, faktanya selama bertemu di apartement tadi mereka hanya membahas permasalahan yang sedang Ananta hadapi.

Azalea mangut-mangut. Omong-omong, ia dan Ananta sepakat untuk tidak membuka media sosial sementara waktu, setidaknya sampai pemberitaan tentang Ananta mereda. Mereka hanya sama-sama tahu, bahwa hingga kini, baik wartawan mau pun netizen di dunia maya masih mengincar informasi tentang alasan menghilangnya Ananta. Jadi, keduanya masih rapat menjaga privacy, bahkan tidak mau tahu tentang apa saja yang terjadi di luaran sana, hal tersebut tentu saja membuat mereka juga ikut tidak tahu menahu tentang perjalanan karier Arjuna saat ini---setelah partner-nya mengundurkan diri.

Usapan lembut di kepalanya membuat Azalea mendongak, dilihatnya Ananta yang menarik senyuman tipis seraya menatapnya. "Aku ke dalem sebentar." perkataan laki-laki itu membuat Azalea mau tak mau menjauhkan diri, membebaskan Ananta untuk beranjak.

Tidak sampai dua menit, laki-laki itu kembali dengan sebuah kartu yang tiba-tiba saja dia sodorkan pada Azalea.

"Apa ini, Mas?"

Ananta kembali bergabung di sofa sebelum menjawab. "ATM aku yang dulu disimpen sama Ibu. Isinya murni pemasukan dari endorsment. Uang hasil nge-DJ udah habis aku pake buat bayar pinalti kontrak SMOTH, sisa dua puluh juta kemarin aku sumbangin ke panti asuhan. Gak aku sisain sedikit pun, karena aku tahu kamu gak akan mau aku nafkahin dengan uang itu." tatapannya menyorot Azalea sendu. Seperti ada beban berat yang saat ini menumpuk di kedua bahunya. Jujur saja, Ananta hampir frustasi memikirkan keadaan financial-nya saat ini.

"Di ATM ini cuma ada sekitar tiga puluh juta. Sedikit karena emang, dulu aku nerima endorsment cuma buat biayain Ibu yang kayak kamu---gak mau makan dari uang hasil aku nge-DJ. Aku gak tau uang segini bakal bertahan berapa lama, silakan kamu atur sebisa kamu. Tapi tolong, kalau uang ini habis, langsung ngomong ke aku, jangan back up semua kebutuhan rumah tangga kita sama uang pribadi kamu." penuturan Ananta diangguki Azalea dengan patuh. Gadis itu hanya bisa menunduk, menyembunyikan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. Dia terharu dengan cara Ananta berusaha bertanggungjawab di keadaan mereka yang masih sangat berantakan ini. Azalea tahu betul seberat apa beban yang dipikul laki-laki itu saat ini.

"Mau peluk, boleh?" izin Azalea dengan suara serak.

Ananta mengerutkan dahinya bingung namun, tak ayal dia tetap membawa Azalea ke dalam rengkuhannya. Perempuan itu benar-benar memeluknya erat, juga memberikan kecupan-kecupan ringan di bahunya yang seketika membuat Ananta meremang.

ANANTAZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang