-22. Siap Melepas?🦋

6K 659 602
                                        

=ANANTAZALEA=

Azalea meremat ponselnya di genggaman. Suara deritan pintu yang terbuka sama sekali tak membuatnya beranjak dari sisi tempat tidur. Napasnya memburu seraya merapalkan kalimat istighfar berulang kali untuk meredakan amarah yang membuncah di dada.

"Loh, kirain belum pulang?" suara berat Ananta menyapa telinga Azalea. Bahkan, laki-laki itu kini sudah menghampirinya dan mengulurkan tangan untuk istrinya cium. Saat hendak membalas dengan mengecup kening perempuannya, Azalea justru memundurkan kepala hingga membuat dahi Ananta mengerut bingung.

"Duduk dulu, Mas, aku mau bicara," titah gadis itu berusaha sesantai mungkin, ia tak mau lepas kendali kepada suaminya sendiri.

"Bicara apa, hm?" tanya Ananta setelah ia ikut duduk di sisi tempat tidur seraya membuka dua kancing kemeja teratasnya karena merasa agak sesak.

"Aku boleh minta penjelasan tentang ini?" tanpa basa-basi, Azalea langsung mengulurkan layar ponselnya ke hadapan Ananta. Dan apa yang laki-laki itu lihat di sana berhasil membuat kedua matanya terbelalak lebar.

"Kamu buka sosmed?"

"Di antara pertanyaan kamu dan aku, mana yang lebih penting buat dijawab dulu?" sarkastik seorang Erina Azalea Wiraguna rupanya lebih membuat Ananta terkejut. Tak ada lagi sorot lembut yang ia lihat dari kedua netra cantik istrinya, yang ada hanyalah tatapan tajam penuh intimidasi.

Kebungkaman Ananta membuat Azalea menghembuskan napas kasar. "Susah ya, Mas, kalau apa-apa tuh didiskusiin dulu sama aku? Tiga bulan pernikahan kita kayaknya emang gak ada apa-apanya ya buat kamu? Aku baru sadar ternyata selama ini aku cuma berjuang sendirian, pantes kalau rumah tangga kita gak ada perkembangan sama sekali. Sadar gak sih kamu, Mas, kalau pernikahan kita ini cuma status yang isinya kosong melompong?"

Azalea merasakan kedua matanya berembun. Dadanya sudah sesak sejak tadi, hatinya terluka setiap kali mengingat kalau di antara dirinya dan Ananta masih ada jarak yang terbentang dilengkapi tembok yang laki-laki itu bangun hingga Azalea kewalahan untuk menembusnya.

"Mas, kamu tau sesakit apa hati aku setelah liat foto ini? Harga diri aku rasanya hancur, Mas. Aku berusaha menjaga diri aku, bahkan seujung kuku pun aku gak pernah mengizinkan non mahram untuk menyentuh tubuh aku. Aku menjaga diri aku buat kamu, Mas, bahkan wajah yang setiap hari kamu puji cantik ini gak pernah aku biarin orang sembarangan untuk menatapnya. Tapi, ini balasan yang kamu kasih ke aku? Aku menjaga harga diriku dan suamiku, tapi kamu sendiri justru yang menghancurkannya!" bahkan di keadaan amarah yang memuncak, sedikit pun Azalea tidak meninggikan suara di hadapan suaminya. Hal tersebut tentu saja membuat Ananta semakin diserang rasa bersalah.

"Aku memaklumi masa lalu kamu, Mas, karena aku merasa itu bukanlah urusan aku. Bukan ranah aku untuk menghakimi kamu, pertanggungjawaban itu hanya ada antara kamu dan Allah Ta'alaa. Tapi, kalau kamu melakukan ini setelah kita bersama, setelah aku menaruh kepercayaan begitu besar kalau kamu akan berubah, sama aja dengan kamu menodai pernikahan kita, Mas."

Azalea menatap dalam dan sendu sepasang bola mata hitam legam milik suaminya. "Percuma Mas ..., percuma kalau aku berusaha menjaga tapi kamu sebaliknya. Percuma aku berusaha untuk membuat pernikahan kita berhasil meski diawali dengan hal yang kurang baik, tapi kamu justru memilih sibuk dengan dunia kamu sendiri. Percuma Mas ..., rumah tangga kita akan mudah goyah karena kita gak punya pondasi yang kokoh, kita gak membangunnya dengan sungguh-sungguh. Jangankan badai Mas, diterpa gerimis aja rumah kita bisa rubuh."

Rasa penat yang Ananta rasakan karena seharian bekerja bertambah setelah mendengar rentetan kalimat yang istrinya utarakan. Ananta sadar akan kesalahannya, tapi ia tak memiliki energi yang cukup untuk ber-argument atau apapun itu. Sedikit, ia merasa dongkol karena Azalea membicarakan masalah ini tanpa menunggu---setidaknya---kepalanya dingin dulu. Seharian berkutat dengan laporan keuangan perusahaan jelas membuat Ananta lelah bukan main.

ANANTAZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang