=ANANTAZALEA=
Setelah pertengkaran tadi malam, keesokan harinya mereka kembali pada aktifitas masing-masing, Azalea dengan pasien-pasiennya dan Ananta dengan tumpukan dokumen laporan keuangan kantor yang harus diurusnya.
Masalah yang tengah menerpa rumah tangga mereka hingga kini belum ada penyelesaian apapun. Pagi tadi, usai Ananta melirihkan kata maaf, Azalea langsung beranjak tanpa mengucap sepatah kata pun. Meski begitu, ia masih tetap melayani sang suami sebaik-baiknya, menyiapkan pakaian juga sarapan untuk Ananta. Bahkan saat laki-laki itu pamit, dia masih mencium punggung dan telapak tangannya.
Azalea menghembuskan napas berat setelah ia menyelesaikan visit terakhirnya sebelum jam makan siang.
Dari pada makan di kantin rumah sakit, Azalea lebih suka membawa makan siang dari rumah. Terkadang, jadwal visit dan operasi membuatnya kelelahan hingga tak sanggup untuk sekadar berjalan menuju kantin, apalagi makan di tengah banyak orang tentu akan menguras energinya lebih banyak lagi.
Azalea itu bisa dikategorikan dalam kelompok manusia-manusia introvert yang lebih senang menyendiri, berteman dengan setumpukan buku atau pun kitab, muraja'ah hafalan di tempat terpencil yang minim gangguan dari siapapun---bahkan nyamuk atau pun lalat sekali pun. Sayangnya, ber-profesi sebagai seorang dokter membuatnya mau tidak mau harus bertemu dengan banyak orang setiap harinya. Cukup melelahkan memang, tapi jika itu sudah bersangkutan dengan menolong nyawa seseorang apalagi melahirkan nyawa baru ke dunia, Azalea akan menunjukkan sisi lain dari dirinya, mengabaikan jiwa introvert dan membiarkan energinya terkuras habis dengan kalimat 'nanti pulang ke rumah bisa istirahat sepuasnya', sebagai penyemangat.
Baru saja memasukan beberapa suapan ke mulut, pintu ruangannya diketuk. Azalea mempersilakan seseorang di luar sana untuk masuk.
"Permisi, Dok," sapaan dari seorang perawat yang sama sekali tidak Azalea ingat siapa namanya ia balas dengan anggukkan ramah. Azalea juga tersenyum dari balik cadar meski tahu kalau perawat itu tidak akan bisa melihatnya.
"Maaf mengganggu, Dok. Dokter Azalea dipanggil Dokter Evan ke ruangannya." setelah memberikan informasi tersebut, sang perawat langsung undur diri, disusul Azalea kemudian tanpa berniat menghabiskan makan siangnya dulu. Kalau menunda pertemuan dengan Evan itu akan mengganggu jadwalnya selesai makan siang nanti, sebab ia ada jadwal operasi setengah jam lagi.
"Eh, dokter! Baru aja mau saya samperin ke ruangannya." Azalea sontak menghentikan langkah, ia menoleh pada Kania---perawat yang sudah seperti merangkap sebagai asistennya sebab gadis itulah yang selalu menjadi partner-nya.
"Kenapa, Kania? Kamu gak makan siang?"
"Sudah, Dok. Ini baru balik dari kantin. Saya mau ngingetin jadwal operasi setengah jam lagi ya, Dok."
Azalea mengangguk. "Ada lagi?"
Kania menggeleng. "Gak ada, Dok. Dokter jangan lupa makan." ia tidak lupa mengingatkan yang satu ini. Menjadi partner kerja Azalea sejak dokter muda itu bekerja di RS Cinta Kasih membuat Kania tahu akan kebiasaan buruknya yang sering kali lupa makan.
"Iya, Kania. Kalau gitu, saya tinggal, ya. Masih ada urusan sama Dokter Evan."
Setelah berpamitan kepada Kania, Azalea langsung melesat menuju ruangan dari pemilik Rumah Sakit Cinta Kasih yang tidak lain adalah seorang Evander Charlos Wiraguna---pamannya sendiri.
Azalea duduk di hadapan Evan atas perintah pria itu.
"Azala---uhuk! Uhuk!" dengan cepat Azalea menggeser segelas air putih ke hadapan Evan, menyuruh pamannya tersebut untuk segera meminumnya.
"Om Evan sama Abi tuh harusnya udah pensiun nyusul Opa Eza," ledek Azalea.
Evan membalasnya dengan dengusan malas. "Jangan sama-samain Om sama opa kamu dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTAZALEA
SpiritualDavanka Yasa Ananta adalah seorang Disk Jockey yang namanya sedang melambung di ambang kesuksesan. Akan tetapi, kira-kira bagaimana jadinya kalau laki-laki yang digilai banyak perempuan ini mendadak harus merelakan karier dan dunianya karena pernika...