-18. Pertengkaran🦋

6.2K 725 192
                                        

=ANANTAZALEA=

Pertambahan usia terasa begitu cepat bagi Azalea. Rasanya baru kemarin dirinya merayakan hari ulang tahunnya yang ke-28. Hari ini, angkanya sudah bertambah satu. Tak terasa, perjalanannya di dunia sudah menempuh waktu 29 tahun.

Seperti yang menjadi rutinitas di tahun-tahun sebelumnya, Azalea selalu menyambut bab baru di usianya dengan shalat malam. Selain berdoa untuk hal-hal baik di masa depan, dia juga memohon ampun atas kesalahan dan kelalaiannya di masa lalu. Itu adalah rutinitas yang selalu ia usahakan, kecuali kalau memang sedang berhalangan. Biasanya, Azalea akan tetap bangun di tengah malam, kemudian berzikir untuk menyambut usia barunya.

Selesai dengan shalat malamnya, Azalea beranjak ke sisi tempat tidur, tepatnya di samping kepala Ananta yang masih terlelap. Laki-laki ini yang membuat ulang tahunnya kali ini terasa berbeda.

Mengusap lembut dahi lebar suaminya, Azalea membubuhkan kecupan singkat di sana.

"Mas Ataa," panggilnya lembut, masih dengan usapan dengan ritme teratur di dahinya. "Mas, bangun, yuk! Shalat malam dulu."

Sebulan terakhir, semenjak Ananta benar-benar sibuk, Azalea jarang sekali mengajak laki-laki itu untuk shalat malam. Pasalnya, jam tidur Ananta benar-benar berantakan. Terkadang dibangunkan shalat subuh saja susahnya minta ampun.

Tapi, malam ini Azalea memberanikan diri untuk mengajak Ananta shalat malam lagi. Dulu, dia sendiri yang selalu meminta agar Azalea membangunkannya untuk shalat malam bersama. Walaupun, kadang bangun, kadang tidak, dulu Azalea selalu berusaha untuk membantu suaminya tersebut yang katanya ingin berubah.

"Mas, bangun yuk! Kamu udah lama loh, gak shalat malam. Ada yang kangen tuh." Azalea masih berusaha sekalipun yang ia dapatkan hanya pergerakan kecil Ananta. Laki-laki itu tampaknya menganggap suara Azalea sebatas mimpinya belaka.

Iseng, Azalea memencet hidung Ananta sehingga saluran pernapasan laki-laki itu terganggu. Ananta tentunya terusik, terbukti dengan kedua matanya yang mengerut sebelum akhirnya terbuka lebar.

Azalea terkekeh sebelum kemudian melepaskan kepitan jarinya di hidung sang suami.

"Lea?!" Ananta tidak membentak, tapi laki-laki itu tampak jengkel akan kelakuan isengnya.

"Maaf, Mas. Lagian kamu susah banget dibangunin," keluh Azalea.

Ananta menghela napas kasar, kemudian melarikan pandangannya pada jam yang menempel di dinding kamar.

"Lea, kamu serius bangunin aku jam segini?" tanya Ananta setelah mengetahui rupanya sekarang baru pukul setengah tiga dini hari.

Azalea mengangguk kaku. Raut wajah Ananta sedikit membuatnya takut dan merasa bersalah secara bersamaan. "Aku mau ngajak kamu shalat malam, Mas," cicitnya kemudian.

Terdengar hembusan napas kasar dari Ananta. "Bangunin aku lagi jam empat," katanya sebelum mengganti posisi tidur menjadi telungkup.

Tak ingin semakin membuat suaminya jengkel, Azalea memutuskan untuk beranjak meninggalkan kamar. Dia memilih untuk mengalihkan perhatiannya dengan muraja'ah hafalan, selagi menunggu pukul empat untuk membangunkan suaminya agar laki-laki itu bisa ikut shalat jama'ah di masjid.

Azalea larut dalam lantunan kalamullah yang begitu lancar dilafadzkan lisannya, hingga tanpa sadar gadis itu memejamkan mata dan tertidur lelap.

Azalea tidak tahu berapa lama ia tertidur, sebab saat membuka mata, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah raut jengkel Ananta dengan wajah yang agak basah.

Belum sempat Azalea bicara, Ananta sudah mengangsurkan layar ponsel di depan wajahnya. Membuat gadis itu tercenung sejenak, sebelum kemudian membelalakan matanya.

ANANTAZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang